Pelatih Muaythai Kecewa, Insentif Terancam Dihapus
DENPASAR, NusaBali
Pelatih Muaythai PON Bali Wayan Suwita tidak setuju dan menolak rencana KONI Bali hanya memberikan uang insentif latihan selama tiga bulan saja.
Penolakan itu karena prestasi itu butuh prestise. Jadi antara hak dan kewajiban atlet serta pelatih harus diseimbangkan.
"Kasihan sekali jadinya jika itu dilakukan. Bagaimana akan berprestasi, jika pembibitan sejak di daerah saja ngos-ngosan dan mandeg. Bagi kami jika program Pelatda Bali sampai dihentikan, jelas akan tidak bagus," ucap Wayan Suwita, Senin (1/6).
Pria yang juga Sekum Muaythai Bali itu menegaskan, atlet itu memang sangat membutuhkan nutrisi, sehingga uang insentif latihan diharapkan segera cair. Dengan kondisi seperti itu, jangankan makan empat sehat lima sempurna, makan sehat saja cukup susah. Lantas bagaimana bisa fokus dalam menatap prestasi. Padahal pihaknya menangani atlet elite sekelas PON. Jelas ini merupakan gengsinya daerah.
"Sekarang ini saya tidak berani menekan atlet terlalu banyak dengan program yang ketat. Hak atlet saja tidak dipenuhi, lantas bagaimana mampu berprestasi," tutur Suwita.
Pihaknya hanya berani meminta atlet untuk menjaga kondis fisik saja. Sebab, menjejak program latihan tidak memungkinkan. Apalagi hak atlet belum terpenuhi.
"Jika sampai uang insentif latihan untuk kedepannya tidak ada, jangan terlalu berharap prestasi. Kasihan atlet hanya disuruh latihan saja," papar Suwita.
Bayangkan jika uang insentif Pelatda Bali sampai dihentikan, kata Suwita, itu sangat parah. Karena pelatih itu disaat seperti sekarang ini adalah sebuah profesi. Bukan lagi sekedar senang dan hobi ataupun hiburan. Apalagi pelatih yang latar belakangnya sebagai tenaga honor harian atau kerja serabutan.
“Sangat tidak elok, mereka yang bertumpu sebagai pelatih, haknya lantas dipotong ditengah jalan. Pengalaman kami saat melatih di SEA Games, pencairan honor pelatih dan wasit yang telat berakibat buruk pada prestasi atlet. Ini ditunda saja pembayaran uang insentif latihan ada dampak psikologis terhadap persiapan atlet, apalagi sampai dihilangkan uang insentif latihan ke depannya, jelas akan lebih buruk lagi," papar Suwita.
Ditambahkan, jelas akan berakibat erhadap program latihan, dan prestasi. Bagaimana mau berprestasi kalau makan saja masih mikir. "Kalau mau program jalan tentu ada dana motivasi, kalau tidak tentu konsentrasi atlet dan pelatih beralih. Tidak fokus jadinya. Sebab, mereka betul - betul sangat berharap. Artinya profesionalisme kita di hargai," jelas Suwita. dek
Komentar