Kotoran dan Urine Dipercaya untuk Sembuhkan Penyakit

DENPASAR, NusaBali
Setibanya Lembu di sebuah tenda yang disiapkan oleh panitia kirab, masyarakat datang silih berganti untuk melihat langsung hewan yang dipercaya sebagai ‘kendaraan’ suci Dewa Siwa itu. Lembu Putih yang hanya ada di Desa Taro ini didatangkan khusus ke Kota Denpasar untuk melengkapi prosesi upacara Kirab Lembu dan Kirab Pratima Ganesha yang digelar World Hindu Youth Organization. Lembu yang disucikan oleh krama Desa Taro ini murwa daksina (berkeliling) sebanyak 3 kali yang diikuti oleh ratusan krama dan pecalang.

Kelian Adat Desa Pakraman Taro, Wayan Tagil Kumara Nata didampingi prajuru Wayan Dana menjelaskan, sebelum berangkat ke Denpasar pihaknya telah melakukan upacara matur piuning 3 hari lalu.  “Syaratnya memang seperti itu, yakni 3 hari sebelum keluar dari desa untuk melengkapi prosesi upacara, harus dilakukan matur piuning terlebih dahulu. Selain itu, ketika tiba di tempat tujuan, sembilan Lembu Putih ini wajib diupacarai banten pemendak,” ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskan, banten pemendak merupakan sambutan selamat datang. “Tanpa pemendak, Lembu Duwe tidak akan mau jalan dan berkeliling. Sedangkan krama yang ikut, baru akan istirahat makan dan minum, hanya setelah pemendak dilakukan," imbuhnya.

Menurut Wayan Tagil, di Desa Taro, Lembu Putih sangat disakralkan, dihormati dan disucikan, bahkan diperlakukan layaknya manusia. "Setiap proses kehidupan ada upacaranya, lembu lahir maupun mati ada upacaranya. Juga setiap 6 bulan rutin diupacarai otonan. Lembu niki (Lembu Putih) hanya dipakai ketika kegiatan upacara. Air susunya difungsikan untuk upacara besar seperti nyatur," jelasnya.

Dia juga menyebut urine, kotoran, ludah dan kotoran telinga Lembu Putih ini dipercaya memiliki manfaat menyembuhkan penyakit. "Tanah bekas injakan telapak kaki (Lembu Putih) juga banyak dimanfaatkan oleh warga untuk menetralisir kekuatan negatif di pekarangan rumah," katanya.

Bahkan, kata dia, kotoran Lembu Putih juga dipercaya bisa menyembuhkan penderita lumpuh. “Urine dan kotoran lembu sudah terbukti bermanfaat sebagai obat. Dengan catatan, bagi mereka yang yakin dan percaya. Pernah ada yang sakit lumpuh nunas kotoran Lembu Duwe ke Taro, sekarang sudah sembuh," ujarnya.

Selain itu, kasiat kotoran Lembu Duwe juga dipercaya bisa menyembuhkan sakit kulit, sakit kuning hingga panyengker karang perumahan. "Ada Mangku dari Sanur, sampai 3 kali nunas bacin (kotoran, red) untuk panyengker karang. Seperti di India, bacin Lembu Putih ini dipakai membuat tembok. Tujuannya untuk menangkal kekuatan negatif. Tapi kembali bahwa intinya kita harus yakin," tegasnya.

Sementara itu, perjalanan membawa Lembu Putih dari Desa Taro, Gianyar menuju Denpasar memakan waktu sekitar 1,5 jam mulai pukul 07.30 Wita dengan menggunakan 3 truk besar. Mengenai biaya, Wayan Tagil menyebut menghabiskan sekitar Rp 16 juta yang berasal dari pihak panitia penyelenggara yang meminta Lembu Putih untuk didatangkan. Diakui bahwa dana tersebut hanya cukup untuk upacara, transportasi dan makan. "Terlalu kecil, sekitar Rp 16 juta seluruhnya. Makanya personil yang ikut terbatas," jelasnya seraya menyebut ada sebanyak 45 Lembu Putih baik betina maupun jantan yang dipelihara di Desa Taro.

Sementara menurut penggagas acara, Senator DPD RI Perwakilan Bali IGN Arya Wedakarna menjelaskan kirab ini bertujuan untuk pamarisudha bumi. Melalui kotoran dan urine lembu yang tercecer, diharapkan mampu mempralina jagat Bali. "Dari sini kita ingin mengedukasi generasi muda Hindu, mengapa umat Hindu tidak makan daging sapi. Karena sapi bagi kami adalah hewan suci, kendaraan Dewa Siwa," jelasnya. * nvi