Pondok Seni 36 Rilis Album 'Dewi Laksmi'
Butuh proses 3 tahun, hasil kompilasi 12 orang Generasi Muda Bali yang easy listening
DENPASAR, NusaBali
Setelah tiga tahun berproses, akhirnya Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Pondok Seni 36 berhasil merilis satu album kompilasi berjudul ‘Dewi Laksmi’, Minggu (31/5) lalu.
Album kompilasi ini dibawakan oleh 12 anak-anak, remaja, hingga dewasa yang tergabung dalam Generasi Muda Bali (GMB). Menariknya, karya masing-masing tidak hanya dibuat dalam balutan tradisi, namun diaransemen dengan nuansa modern dan easy listening.
Pimpinan LKP Pondok Seni 36, Ketut Alit Jatendra mengatakan, dilepasnya album kompilasi ini ke publik memang bertujuan untuk mewadahi anak-anak didiknya agar memiliki karya selepas menerima pelatihan di LKP Pondok Seni 36. Selain itu, album tersebut juga sebagai cerminan anak-anak dalam melihat sejauhmana kemampuan dirinya masing-masing.
Dalam album kompilasi ini tidak hanya lirik berbahasa Bali. Namun juga ada lirik berbahasa Indonesia dan Inggris. Hal ini untuk menambah warna warni karya di album tersebut. Selain itu, lagu juga disesuaikan dengan karakter dan kemampuan sang anak.
“Dalam album ini kami kemas dengan berbagai genre, musiknya beat, upbeat, dan easy listening, sehingga terkesan tidak membosankan,” ujar Jatendra.
Adapun album kompilasi ‘Dewi Laksmi’ terdiri dari 11 lagu, di antaranya Dewi Laksmi (Lakshmi Amritha GMB), Tresna Asih Catur Guru (Dinda dan Tricia GMB), The Last Leaf Survived (Fiona Amelia GMB), Bajang Milenial (Dea dan Deeka GMB), Pandan Pinih Suci (Yumiko Maharani GMB), Semesta Ceria (Meisya Nariswari GMB), Putri Bulan (Bulan Manohara), Mari Bernyanyi (Wedhaswara).
Ada juga lagu Canang Sari (Yuni Ditaa), Curi-curi Pandang (Dek Wulan), dan satu lagu yang dinyanyikan bersama oleh seluruh artis GMB, berjudul Simponi Kasih. Seluruh lagu diciptakan oleh Alit Jatendra, sedangkan aransemen digarap oleh Dek Artha, Ari W, Palawara, Jimmy, Sila'a, serta videographer yang terlibat seperti Yong Sagita, Yasa Sega, Sem, dan De Drawa.
Jatendra menambahkan proses kreatif untuk menggarap album kompilasi sudah tiga tahun lamanya.
Dia mengaku kendala utama adalah inspirasi lagu dan beberapa hal yang tak terduga menimpanya. Namun dia bersyukur, anak-anak yang tergabung dalam GMB sabar menunggu proses kreatif ini.
“Album ini dicetak dalam DVD karaoke sebanyak 1000 keping. Sebenarnya kami sudah finish sebenarnya bulan Februari 2020. Anak-anak tinggal jalan. Nah tiba-tiba ada covid-19, dan akhirnya semuanya diundur,” bebernya.
Sementara itu, terkait dipilihnya ‘Dewi Laksmi’ memiliki makna tersendiri. Dewi Laksmi sebagai dewi kemakmuran dipandang cocok menjadi inspirasi yang mendasari album tersebut, dengan harapan album ini juga memberikan manfaat atau kemakmuran bagi sesama manusia.
“Setelah berkonsultasi dengan para orangtua, kami pilih ‘Dewi Laksmi’ sebagai judul album. Dewi Laksmi itu kan dewi kemakmuran. Jadi filosofinya, semoga apa yang kita lakukan juga bisa memberikan manfaat atau kesejahteraan untuk orang lain. Selain itu, ini (lagu Dewi Laksmi, red) juga menjadi semacam doa agar bumi segera pulih dan bangkit dari corona,” katanya.
Dalam rencana awal, sesungguhnya album kompilasi ini akan diluncurkan dalam bentuk konser pada bulan Maret 2020. Kemudian, hasil penjualan album akan disumbangkan kepada Yayasan Anak Autis. Namun konser pun harus ditunda karena covid-19 mulai merebak di Indonesia. *ind
Album kompilasi ini dibawakan oleh 12 anak-anak, remaja, hingga dewasa yang tergabung dalam Generasi Muda Bali (GMB). Menariknya, karya masing-masing tidak hanya dibuat dalam balutan tradisi, namun diaransemen dengan nuansa modern dan easy listening.
Pimpinan LKP Pondok Seni 36, Ketut Alit Jatendra mengatakan, dilepasnya album kompilasi ini ke publik memang bertujuan untuk mewadahi anak-anak didiknya agar memiliki karya selepas menerima pelatihan di LKP Pondok Seni 36. Selain itu, album tersebut juga sebagai cerminan anak-anak dalam melihat sejauhmana kemampuan dirinya masing-masing.
Dalam album kompilasi ini tidak hanya lirik berbahasa Bali. Namun juga ada lirik berbahasa Indonesia dan Inggris. Hal ini untuk menambah warna warni karya di album tersebut. Selain itu, lagu juga disesuaikan dengan karakter dan kemampuan sang anak.
“Dalam album ini kami kemas dengan berbagai genre, musiknya beat, upbeat, dan easy listening, sehingga terkesan tidak membosankan,” ujar Jatendra.
Adapun album kompilasi ‘Dewi Laksmi’ terdiri dari 11 lagu, di antaranya Dewi Laksmi (Lakshmi Amritha GMB), Tresna Asih Catur Guru (Dinda dan Tricia GMB), The Last Leaf Survived (Fiona Amelia GMB), Bajang Milenial (Dea dan Deeka GMB), Pandan Pinih Suci (Yumiko Maharani GMB), Semesta Ceria (Meisya Nariswari GMB), Putri Bulan (Bulan Manohara), Mari Bernyanyi (Wedhaswara).
Ada juga lagu Canang Sari (Yuni Ditaa), Curi-curi Pandang (Dek Wulan), dan satu lagu yang dinyanyikan bersama oleh seluruh artis GMB, berjudul Simponi Kasih. Seluruh lagu diciptakan oleh Alit Jatendra, sedangkan aransemen digarap oleh Dek Artha, Ari W, Palawara, Jimmy, Sila'a, serta videographer yang terlibat seperti Yong Sagita, Yasa Sega, Sem, dan De Drawa.
Jatendra menambahkan proses kreatif untuk menggarap album kompilasi sudah tiga tahun lamanya.
Dia mengaku kendala utama adalah inspirasi lagu dan beberapa hal yang tak terduga menimpanya. Namun dia bersyukur, anak-anak yang tergabung dalam GMB sabar menunggu proses kreatif ini.
“Album ini dicetak dalam DVD karaoke sebanyak 1000 keping. Sebenarnya kami sudah finish sebenarnya bulan Februari 2020. Anak-anak tinggal jalan. Nah tiba-tiba ada covid-19, dan akhirnya semuanya diundur,” bebernya.
Sementara itu, terkait dipilihnya ‘Dewi Laksmi’ memiliki makna tersendiri. Dewi Laksmi sebagai dewi kemakmuran dipandang cocok menjadi inspirasi yang mendasari album tersebut, dengan harapan album ini juga memberikan manfaat atau kemakmuran bagi sesama manusia.
“Setelah berkonsultasi dengan para orangtua, kami pilih ‘Dewi Laksmi’ sebagai judul album. Dewi Laksmi itu kan dewi kemakmuran. Jadi filosofinya, semoga apa yang kita lakukan juga bisa memberikan manfaat atau kesejahteraan untuk orang lain. Selain itu, ini (lagu Dewi Laksmi, red) juga menjadi semacam doa agar bumi segera pulih dan bangkit dari corona,” katanya.
Dalam rencana awal, sesungguhnya album kompilasi ini akan diluncurkan dalam bentuk konser pada bulan Maret 2020. Kemudian, hasil penjualan album akan disumbangkan kepada Yayasan Anak Autis. Namun konser pun harus ditunda karena covid-19 mulai merebak di Indonesia. *ind
Komentar