Taman Disperkimta Buleleng Manfaatkan Sampah Organik
Selain meminimalisir pencemaran lingkungan, penggunaan sampah organik memperkecil jumlah sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimta) Buleleng kembali melakukan upaya pelestarian lingkungan. Sejumlah sampah organik dedaunan yang dihasilkan berkala setelah dilakukan penataan taman, membuat Perkimta mempertimbangkan untuk membuat lubang pengelolaan. Sampah organik itu diolah untuk dijadikan pupuk organik.
Lubang pengelolaan sampah organik itu dibuat langsung di areal kantor Disperkimta Buleleng. Sekretaris Disperkimta Buleleng, Nyoman Suarjana, Jumat (5/6) menjelaskan, upaya tersebut dilakukan untuk meminimalisir pencemaran lingkungan di Buleleng. “Hal ini juga dapat membantu memperkecil jumlah sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” ungkap dia.
Suarjana juga menjelaskan setelah lubang pengolahan sampah organik di kantornya sukses akan dibuat lagi sistem yang sama di sejumlah tempat umum, seperti Taman Kota dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang menjadi aset Disperkimta. Menurut Suarjana, pengolahan sampah dari sumbernya juga merupakan salah satu realisasi program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku), yang akan menyasar kawasan permukiman warga.
Secara tidak langsung hal itu juga membantu mengurangi volume sampah, khususnya sampah organik. Pada penataan taman dan lingkungan di kantor Disperkimta Buleleng dimaksudkan agar dapat memberikan rasa nyaman, sejuk dan asri di lingkungan kantor sehingga menambah gairah kerja dengan suasana yang asri. “Kegiatan ini merupakan implementasi Pergub Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber,” jelasnya.
Sementara itu pembuatan lubang biopori juga sudah dilaksanakan sebelumnya, yang diimplementasikan di kantor Disperkimta, seluruh RTH di Buleleng. Lubang biopori yang sudah dipasang dimanfaatkan untuk mengendalikan air saat musim penghujan dan menghindari banjir.
Menurutnya lubang biopori juga sangat efektif untuk menjaga stabilitas ketersediaan air. Terutama air sumur yang selama ini digunakan Disperkimta untuk penyiraman taman di seputaran kota. “Sumber daya air yang kita gunakan dalam penyiraman tanaman yakni dengan sumber air dari tanah (sumur) agar lebih efisien kami telah menginjeksikan kembali ke tanah pada saat hujan melalui biopori,” ungkapnya.*k23
Lubang pengelolaan sampah organik itu dibuat langsung di areal kantor Disperkimta Buleleng. Sekretaris Disperkimta Buleleng, Nyoman Suarjana, Jumat (5/6) menjelaskan, upaya tersebut dilakukan untuk meminimalisir pencemaran lingkungan di Buleleng. “Hal ini juga dapat membantu memperkecil jumlah sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” ungkap dia.
Suarjana juga menjelaskan setelah lubang pengolahan sampah organik di kantornya sukses akan dibuat lagi sistem yang sama di sejumlah tempat umum, seperti Taman Kota dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang menjadi aset Disperkimta. Menurut Suarjana, pengolahan sampah dari sumbernya juga merupakan salah satu realisasi program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku), yang akan menyasar kawasan permukiman warga.
Secara tidak langsung hal itu juga membantu mengurangi volume sampah, khususnya sampah organik. Pada penataan taman dan lingkungan di kantor Disperkimta Buleleng dimaksudkan agar dapat memberikan rasa nyaman, sejuk dan asri di lingkungan kantor sehingga menambah gairah kerja dengan suasana yang asri. “Kegiatan ini merupakan implementasi Pergub Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber,” jelasnya.
Sementara itu pembuatan lubang biopori juga sudah dilaksanakan sebelumnya, yang diimplementasikan di kantor Disperkimta, seluruh RTH di Buleleng. Lubang biopori yang sudah dipasang dimanfaatkan untuk mengendalikan air saat musim penghujan dan menghindari banjir.
Menurutnya lubang biopori juga sangat efektif untuk menjaga stabilitas ketersediaan air. Terutama air sumur yang selama ini digunakan Disperkimta untuk penyiraman taman di seputaran kota. “Sumber daya air yang kita gunakan dalam penyiraman tanaman yakni dengan sumber air dari tanah (sumur) agar lebih efisien kami telah menginjeksikan kembali ke tanah pada saat hujan melalui biopori,” ungkapnya.*k23
1
Komentar