Sehari 1.947 Orang Rapid Test di Gilimanuk, 1 Reaktif
Penyebaran Covid-19 Makin Masif, Komisi I Minta Perketat Pintu Masuk Bali
Kepala Satpol PP Provinsi Bali, Dewa Nyoman Darmadi, sebut penjagaan pintu masuk Bali sebetulnya sudah ketat. Namun, ada oknum yang manfaatkan kelengahan petugas jaga untuk meloloskan orang tanpa rapid test masuk Bali
DENPASAR, NusaBali
Fenomena masih banyaknya orang luar masuk Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana tanpa mengantongi surat keterangan rapid test, membuat gerah DPRD Bali. Komisi I DPRD Bali minta perketat pintu-pintu masuk Bali, terutama Pelabuhan Gilimanuk. Sementara, dalam sehari ada 1.947 orang yang di-rapid test di Pelabuhan Gilimanuk, di mana hasilnya satu dari mereka dinyatakan reaktif.
Anggota Komisi I DPRD Bali dari Fraksi Gerindra, I Ketut Juliarta, menyayangkan masih bobolnya pintu masuk Bali yang berpeluang terjadi penularan Covid-19. Menurut Juliarta, saat DPRD Bali sidak ke Pelabuhan Gilimanuk di awal-awal pandemi Covid-10, pengawasan lalulintas orang yang masuk Bali sempat cukup ketat. Petugas Satpol PP pun beberapa kali sempat mengembalikan orang masuk Bali, karena tanpa identitas dan tujuan yang jelas.
"Namun, saat ini pengawasan lalulintas orang di Gilimanuk cenderung mengendor. Ritme penjagaan ketat itu menurun, sehingga pintu masuk Bali banyak meloloskan orang dari daerah zona merah," ujar Juliarta di Denpasar, Rabu (10/6).
Juliarta mengingatkan kondisi ini sangat berbahaya dan potensial menyebabkan penyebaran Covid-19 semakin masif di Bali. Apalagi, sekarang kasus transmisi lokal di Bali terus meningkat. "Jangan lagi ini diperparah dengan pintu masuk Bali yang bobol. Apalagi, mereka yang masuk Bali berasal dari daerah zona merah,” tandas Juliarta.
“Koordinasi Pemprov Bali dan Pemprov Jawa Timur harus diintensifkan lagi. Harus sama-sama kita mencegah penyebaran Covid-19. Maka, harus tegas dan ketat menjaga wilayah. Kami salut kepada petugas TNI/Polri yang mengungkap sopir travel yang meloloskan penumpang tanpa surat keterangan rapid test di Gilimanuk. Pola tegas begini harus ditegakkan," lanjut politisi asal Banjar Nyamping, Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung yang kini menjabat Ketua Fraksi Gerin-dra DPRD Bali ini.
Menanggapi kritik dan masukan Komisi I DPRD Bali, Kepala Satpol PP Provinsi Bali, Dewa Nyoman Darmadi, yang juga tergabung dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali, mengatakan penjagaan pintu masuk Bali sebetulnya sudah ketat. Namun, tetap saja ada yang lolos. Menurut Dewa Darmadu, fenomena ini bukan karena kelalaian dan ketidaktegasan petugas, melainkan ada oknum tertentu yang memanfaatkan kelengahan petugas jaga.
"Kami tidak menutup mata, memang ada yang lolos tanpa bukti rapid test. Tetapi, kita sudah maksimal melakukan upaya penjagaan pintu masuk di Pelabuhan Gilimanuk dan Pelabuhan Padangbai (Karangasem). Kami juga manusia, Satpol PP bukan superman. Mungkin saja petugas kita saat sedang kecapekan dan lengah, kemudian dimanfaatkan oknum untuk meloloskan orang masuk Bali,” jelas Dewa Darmadi saat dikonfirmasi terpisah, Rabu kemarin.
Dewa Darmadi menegaskan, kejadian sopir lolos di Pelabuhan Gilimanuk, ada juga karena membawa logistik ke Bali. Namun, mereka tetap di-rapid test. "Logistik kan tidak dilarang masuk Bali. Di samping itu, Bali juga daerah lintasan. Namun, untuk sopir logistik ini tetap di-rapid test," tandas putra dari politisi senior Demokrat, Ngakan Made Samudra ini.
Sementara itu, penggunaan rapid test untuk pelaku perjalanan, khususnya sopir dan kernet angkutan logistik masuk Bali di Pelabuhan Gilimanuk, mengalami peningkatan drastis. Dalam sehari per Selasa (9/6) tercatat ada 1.947 orang yang di-rapid test. Dari 1.947 orang tersebut, satu orang hasilnya reaktif.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Jembrana, dr I Gusti Agung Putu Arisantha, mengatakan penggunaan 1.947 rapid test dalam sehari ini menjadi rekor tertinggi di Gilimanuk. Padahal, dalam beberapa hari sebelumnya pasca Lebaran, penggunaan rapid test hanya mencapai kisaran 1.000-1.200 per hari. “Kemarin itu (Selasa) yang tertinggi,” ucap Arisantha saat dihubungi di Negara, Rabu kemarin.
Arisantha mengatakan, tingginya penggunaan rapid test di Gilimanuk memang karena banyak sopir dan kernet angkutan logistik yang masuk Bali. Terlebih, sejumlah sopir angkutan logistik yang sering keluar masuk Bali itu, masa berlaku rapid test sebelumnya telah melewati batas waktu 7 hari, sehingga wajib di-rapid test kembali. Terjadinya lonjakan rapid test ini sempat membuat kewalahan petugas medis, yang melakukan pemeriksaan terpusat di Gedung Tourism Information Centre (TIC) Teluk Gilimanuk. .
“Untuk melaksanakan pemeriksaan rapid test di Gilimanuk, kami siapkan 30 petugas medis yang merupakan perawat dan analis dari beberapa puskesmas di Jembrana. Mereka dibagi menjadi 3 shift,” jelas Arisantha, yang sempat turun langsung mengecek pemeriksaan rapid test di Pelabuhan Gilimanuk, Selasa malam.
Menurut Arisantha, dari total 1.947 orang yang di-rapid test hari Selasa, satu di antaranya dinyatakan reaktif. Yang bersangkutan berasal dari Tabanan. “Satu orang yang rapid test-nya reaktif ini sudah langsung kami rujuk ke Tabanan untuk tindakan lebih lanjut,” terang Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Jembrana ini.
Secara kumulatif, sejak 5 April hingga 9 Juni 2020, ada 27.666 orang masuk Bali yang di-rapid test di Pelabuhan Gilimanuk. Dari jumlah itu, 65 orang di antaranya dinyatakan reaktif. Sesuai prosedur, ketika yang reaktif adalah warga dari Jawa, maka akan langsung dikembalikan ke Jawa. Jika warga dari Jembrana, langsung dirujuk ke RSUD Negara. Sedangkan jika warga Bali dari luar Jembrana, diserahkan ke GTPP Covid-19 Provinsi atau langsung ke GTPP Covid-19 Kabupaten/Kota asal. *nat,ode
Anggota Komisi I DPRD Bali dari Fraksi Gerindra, I Ketut Juliarta, menyayangkan masih bobolnya pintu masuk Bali yang berpeluang terjadi penularan Covid-19. Menurut Juliarta, saat DPRD Bali sidak ke Pelabuhan Gilimanuk di awal-awal pandemi Covid-10, pengawasan lalulintas orang yang masuk Bali sempat cukup ketat. Petugas Satpol PP pun beberapa kali sempat mengembalikan orang masuk Bali, karena tanpa identitas dan tujuan yang jelas.
"Namun, saat ini pengawasan lalulintas orang di Gilimanuk cenderung mengendor. Ritme penjagaan ketat itu menurun, sehingga pintu masuk Bali banyak meloloskan orang dari daerah zona merah," ujar Juliarta di Denpasar, Rabu (10/6).
Juliarta mengingatkan kondisi ini sangat berbahaya dan potensial menyebabkan penyebaran Covid-19 semakin masif di Bali. Apalagi, sekarang kasus transmisi lokal di Bali terus meningkat. "Jangan lagi ini diperparah dengan pintu masuk Bali yang bobol. Apalagi, mereka yang masuk Bali berasal dari daerah zona merah,” tandas Juliarta.
“Koordinasi Pemprov Bali dan Pemprov Jawa Timur harus diintensifkan lagi. Harus sama-sama kita mencegah penyebaran Covid-19. Maka, harus tegas dan ketat menjaga wilayah. Kami salut kepada petugas TNI/Polri yang mengungkap sopir travel yang meloloskan penumpang tanpa surat keterangan rapid test di Gilimanuk. Pola tegas begini harus ditegakkan," lanjut politisi asal Banjar Nyamping, Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung yang kini menjabat Ketua Fraksi Gerin-dra DPRD Bali ini.
Menanggapi kritik dan masukan Komisi I DPRD Bali, Kepala Satpol PP Provinsi Bali, Dewa Nyoman Darmadi, yang juga tergabung dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali, mengatakan penjagaan pintu masuk Bali sebetulnya sudah ketat. Namun, tetap saja ada yang lolos. Menurut Dewa Darmadu, fenomena ini bukan karena kelalaian dan ketidaktegasan petugas, melainkan ada oknum tertentu yang memanfaatkan kelengahan petugas jaga.
"Kami tidak menutup mata, memang ada yang lolos tanpa bukti rapid test. Tetapi, kita sudah maksimal melakukan upaya penjagaan pintu masuk di Pelabuhan Gilimanuk dan Pelabuhan Padangbai (Karangasem). Kami juga manusia, Satpol PP bukan superman. Mungkin saja petugas kita saat sedang kecapekan dan lengah, kemudian dimanfaatkan oknum untuk meloloskan orang masuk Bali,” jelas Dewa Darmadi saat dikonfirmasi terpisah, Rabu kemarin.
Dewa Darmadi menegaskan, kejadian sopir lolos di Pelabuhan Gilimanuk, ada juga karena membawa logistik ke Bali. Namun, mereka tetap di-rapid test. "Logistik kan tidak dilarang masuk Bali. Di samping itu, Bali juga daerah lintasan. Namun, untuk sopir logistik ini tetap di-rapid test," tandas putra dari politisi senior Demokrat, Ngakan Made Samudra ini.
Sementara itu, penggunaan rapid test untuk pelaku perjalanan, khususnya sopir dan kernet angkutan logistik masuk Bali di Pelabuhan Gilimanuk, mengalami peningkatan drastis. Dalam sehari per Selasa (9/6) tercatat ada 1.947 orang yang di-rapid test. Dari 1.947 orang tersebut, satu orang hasilnya reaktif.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Jembrana, dr I Gusti Agung Putu Arisantha, mengatakan penggunaan 1.947 rapid test dalam sehari ini menjadi rekor tertinggi di Gilimanuk. Padahal, dalam beberapa hari sebelumnya pasca Lebaran, penggunaan rapid test hanya mencapai kisaran 1.000-1.200 per hari. “Kemarin itu (Selasa) yang tertinggi,” ucap Arisantha saat dihubungi di Negara, Rabu kemarin.
Arisantha mengatakan, tingginya penggunaan rapid test di Gilimanuk memang karena banyak sopir dan kernet angkutan logistik yang masuk Bali. Terlebih, sejumlah sopir angkutan logistik yang sering keluar masuk Bali itu, masa berlaku rapid test sebelumnya telah melewati batas waktu 7 hari, sehingga wajib di-rapid test kembali. Terjadinya lonjakan rapid test ini sempat membuat kewalahan petugas medis, yang melakukan pemeriksaan terpusat di Gedung Tourism Information Centre (TIC) Teluk Gilimanuk. .
“Untuk melaksanakan pemeriksaan rapid test di Gilimanuk, kami siapkan 30 petugas medis yang merupakan perawat dan analis dari beberapa puskesmas di Jembrana. Mereka dibagi menjadi 3 shift,” jelas Arisantha, yang sempat turun langsung mengecek pemeriksaan rapid test di Pelabuhan Gilimanuk, Selasa malam.
Menurut Arisantha, dari total 1.947 orang yang di-rapid test hari Selasa, satu di antaranya dinyatakan reaktif. Yang bersangkutan berasal dari Tabanan. “Satu orang yang rapid test-nya reaktif ini sudah langsung kami rujuk ke Tabanan untuk tindakan lebih lanjut,” terang Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Jembrana ini.
Secara kumulatif, sejak 5 April hingga 9 Juni 2020, ada 27.666 orang masuk Bali yang di-rapid test di Pelabuhan Gilimanuk. Dari jumlah itu, 65 orang di antaranya dinyatakan reaktif. Sesuai prosedur, ketika yang reaktif adalah warga dari Jawa, maka akan langsung dikembalikan ke Jawa. Jika warga dari Jembrana, langsung dirujuk ke RSUD Negara. Sedangkan jika warga Bali dari luar Jembrana, diserahkan ke GTPP Covid-19 Provinsi atau langsung ke GTPP Covid-19 Kabupaten/Kota asal. *nat,ode
1
Komentar