Sepeda Bekas Laris di Tengah Pandemi
Trend bersepeda berimbas pada penjualan sepeda bekas yang meningkat
DENPASAR, NusaBali
Selama musim pandemi, olahraga bersepeda seolah menjadi tren baru. Tren baru ini pun berimbas pada penjualan sepeda, termasuk pada sepeda bekas. Seperti yang dirasakan oleh Beno Asnawi, penjual sepeda bekas yang berjualan di lantai 3 Pasar Kereneng, Denpasar.
Beno Asnawi mengaku, penjualan memang meningkat di tengah musim pandemi ini. Hal ini dirasakannya sejak Maret 2020 lalu, di saat isu Covid-19 tengah merebak di Bali. Padahal, di hari-hari biasa sebelum wabah Covid-19 menyerang, sepeda bekas jualannya sepi pembeli.
“Ya ramai dibanding hari-hari biasa. Sebelum corona kan sepi, sehari paling laku dua, satu. Sekarang laku lima, hari Minggu itu bisa delapan,” ujarnya saat ditemui NusaBali di tokonya, Senin (15/6).
Kebanyakan, pembeli berasal dari kalangan pemuda dan anak kecil kisaran usia tujuh tahun. Disebutkan, model sepeda yang paling banyak dicari yaitu model sepeda gunung dan sepeda lipat, yang harganya berkisar antara Rp 1.500.000 hingga Rp 500.000 untuk sepeda anak-anak. Adapun, sepeda yang dicari juga kebanyakan yang telah dilengkapi dengan rem cakram.
Bagi Beno Asnawi, fenomena bersepeda memang sesuatu yang biasa, namun tidak di saat pandemi. Di tahun-tahun sebelumnya, musim libur sekolah menjadi musim yang ramai bagi masyarakat untuk membeli sepeda bekas miliknya.
Menurutnya, musim bersepeda bisa berlangsung selama lima bulan. Sementara itu, Beno Asnawi juga tak yakin peningkatan penjualan ini akan berlangsung seterusnya. Tren bersepeda yang biasanya berlangsung selama lima bulan ini biasanya diikuti dengan masyarakat yang mulai bosan lalu menjual sepedanya kembali.
Saat itu, biasanya warga yang menjual sepedanya akan lebih banyak daripada yang membeli. “Kalau sudah bosan kebanyakan dijual. Kalau kenaikan kelas, liburan sekolah itu kan pasti ramai, setahun sekali itu. Habis itu ya dijual lagi kalau tidak dipakai. Banyak yang jual daripada yang beli,” lanjutnya.*cr74
Komentar