Made Gunada, Petani Penyedia Sayuran untuk Restoran Fastfood Se-Indonesia
Siapa sangka, sayuran yang terdapat dalam sajian makanan cepat saji seperti McDonald’s, Burger King, Wendy’s, Carl’s Jr, Hoka-Hoka Bento, A&W, Starbucks, dan Domino Pizza di seluruh Indonesia ternyata dipasok oleh seorang tokoh petani Bali.
TABANAN, NusaBali.com
Dialah Made Gunada, pria asal Banjar Pemuteran, Candi Kuning, Tabanan yang sudah 30 tahun ini melakoni pekerjaannya sebagai petani pemasok sayuran seperti selada, seledri, tomat, daun bawang, acar, wortel, dan sayuran salad lainnya ke berbagai restoran franchise seluruh Indonesia.
Lahir dengan latar belakang keluarga petani tak serta merta juga menjadikannya petani. Dirinya sempat menempuh bangku kuliah dan lulus dengan gelar Sarjana Ekonomi di bidang Manajemen Universitas Udayana. Barulah, setelah lulus Made Gunada memutuskan untuk kembali pulang dan bertani. Keputusannya ini sempat ditentang oleh keluarga, yang menginginkan agar Made Gunada mencari pekerjaan lain.
“Konsennya saya kenapa memilih menjadi petani, setelah tamat dulu, saya memutuskan untuk pulang kampung untuk menjadi petani. Tidak mencari pekerjaan ke instansi atau ke pemerintah, tidak. Nah kenapa menjadi petani menjadi pilihan saya, karena saya melihat alam ini peluang. Peluang yang murah, sebenarnya. Tidak susah-susah lagi, begitu saya pikir. Bawa stopmap keliling ngelamar kan masih susah harus ketemu ini, harus ketemu itu,” katanya pada NusaBali, Kamis (11/6).
Kala itu, lemon masih menjadi komoditi langka di Bali. Bahkan bisa dibilang belum ada pertanian yang secara khusus membudidayakan lemon. Untuk itulah, Made Gunada mencoba membudidayakan lemon, namun saat itu pasar untuk lemon tersebut juga terbilang tidak pasti. Oleh ajakan temannya, Made Gunada kemudian menawarkan lemon hasil pertaniannya ke McDonald’s pertama di Bali pada tahun 1993.
“Karena saya punya lemon dulu, McDonald’s Bali buka itu tahun 93, ada teman datang. ‘Kenapa tidak coba ke McDonald’s? Di sana pakai lemon, ada Iced Lemon Tea-nya.’ Di sanalah saya mengawali dulu,” kenangnya.
Lika-liku dilaluinya, mulai dari merasa minder karena dibentak saat mengantarkan produknya dengan membawakan lemon dalam kresek dan berpenampilan yang dirasa kurang professional. Belum lagi saat lemon bawaannya disebut terasa kecut, padahal rasa lemon memang demikian adanya. Lalu, sempat juga Made Gunada menunggu kepastian apakah lemonnya akan dibeli atau tidak selama berbulan-bulan.
Namun dengan kegigihannya, Made Gunada terus berusaha menawarkan produknya hingga akhirnya pihak McDonald’s memutuskan untuk menengok kebunnya yang berlokasi di daerah Pemuteran, Tabanan. Sejak itulah, dirinya menjadi pemasok lemon untuk McDonald’s Kuta dengan kewajiban untuk memasok sebanyak 40 kg lemon perharinya.
Komoditas kedua yang dipasoknya ke McDonald’s yaitu lettuce (selada). Ketika ditanyai apakah Made Gunada memiliki selada di pertaniannya, Made Gunada belum tahu apa itu lettuce. Namun dengan mottonya yang pantang untuk mengatakan tidak bisa, maka dirinya menyanggupi.
Seiring waktu, terdapat permintaan untuk mengemas selada ini dengan proses cutting, maka Made Gunada diberi SOP bagaimana untuk memotong, mengeringkan, dan mengemas sayuran, yang membuat Made Gunada belajar alat-alat yang digunakan untuk mengeringkan sayuran tersebut, dan membuat pabrik untuk tujuan memproses sayuran tersebut.
Seiring dengan berkembangnya McDonald’s begitu pula dengan permintaannya untuk memasok sayuran, hingga dirinya memasok kebutuhan sayuran untuk McDonald’s seluruh Indonesia. Barulah, sekitar tahun 2002 , franchise restoran sepat saji lainnya mulai masuk ke Indonesia, Made Gunada sebagai salah satu pemasok yang sudah dipercaya sebagai pemasok di McDonald’s juga dilirik oleh restoran-restoran ini. Jadilah, Made Gunada memasok kebutuhan ke franchise lainnya.
Sejalan dengan hal tersebut, permintaan untuk pasokan sayur juga bertambah, salah satunya permintaan untuk produk acar (pickle) yang sebelunya disuplai dengan impor. Untuk itu, pabrik yang sebelumnya hanya mengemas sayur bertambah menjadi pabrik untuk memproduksi acar. Kini, pertanian Made Gunada menjadi satu-satunya produsen acar yang dipasok ke seluruh Indonesia karena belum ada produsen yang mengolah acarnya seperti di pertanian Made Gunada.
“Kalau pickle-nya memang saya produksi full di Bedugul. Karena ini kan setelah kita proses, bisa tahan lama sampai setahun kalau kita sudah melalui proses fermentasi. Sedangkan dengan produk-produk freshnya, lettuce, seledri, daun bawang, itu kita masing-masing area. Karena kalau kita kirim dari Bali ke Jawa nanti di jalan riskan,” beber pria kelahiran 14 Desember 1964 ini.
Hingga saat ini, pertanian Made Gunada tersebar di beberapa titik di Indonesia, mulai dari area pertanian di Bedugul, Tabanan untuk memasok kebutuhan di Bali, pertanian di Kota Batu, Malang untuk memasok kebutuhan di Jawa Timur, area Cipanas untuk kebutuhan di Jabodetabek, hingga terdapat juga untuk di pulau-pulau lainnya seperti di Batam, Medan, Balikpapan, dan Manado. Khusus untuk kebutuhan acar atau pickle, produksi 60 ton sebulan untuk dipasok ke seluruh Indonesia saat ini berpusat di pertaniannya di Bedugul.
Dalam membuka lahan pertanian di daerah lain, Made Gunada juga mengajak petani-petani di daerah tersebut untuk bekerjasama dan dibina. Dirinya juga selalu berusaha untuk mengikuti perkembangan dalam menjaga standard kualitas produk-produknya, mulai dari mengikuti pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan restoran yang menjadi mitranya, hingga melengkapi alat dan kebutuhan untuk memproses sayuran miliknya.
Tentu, dalam perjalanannya, Made Gunada melalui banyak lika-liku. Salah satunya, yakni tuntutan untuk memenuhi kebutuhan 40 ton sayuran dalam sehari , meski di musim yang tidak cocok untuk tumbuhnya tanaman tertentu. Namun, hal tersebut dapat diakali, seperti penerapan metode shading untuk tanaman selada sehingga selada dapat tetap tumbuh meski cuaca tak mendukung.
Sempat, Made Gunada memasok produk pertaniannya untuk supermarket dan hotel-hotel besar. Namun, karena pola pembayaran yang tidak menentu, di tahun 2010 Made Gunada memutuskan berhenti memasok ke supermarket dan hotel, dan fokus pada supply ke restoran cepat saji saja. Keputusan ini juga berdasarkan pertimbangan bahwa di restoran cepat saji, utamanya di McDonald’s, dirinya dididik bagaimana menerapkan keamanan dan menjaga kualitas produk, dan manajemen untuk suplai yang berkelanjutan.
Dalam hidupnya, Made Gunada memiliki konsep hidupnya tersendiri, yaitu ‘Kecil To’, yang sebenarnya merupakan plesetan berbahasa Indonesia dari strategi ilmu Manajemen yang dipelajarinya, yakni Planning, Organizing, Actuating, and Controlling (POAC). Strategi ini kemudian ia maknai ulang sebagai Kecil To, yang berupa singkatan dari Kenali, Cintai, Laksanakan, dan Totalitas.
‘Kecil To’ sendiri juga merujuk pada perjalanan hidupnya, yang merintis pertanian dari kecil hingga seperti sekarang. Merujuk pula pada siklus pertumbuhan, seperti pada tanaman yang dirawat Made Gunada dari bibit, tumbuh, hingga menjadi sayur yang siap makan. “Akhirnya insting saya terbangun, benar-benar tumbuh jadi orang berhasil itu dari kecil dia. Kalau saya awal-awal sudah besar, kan tidak mungkin. Dari sanalah kita belajar, Kecil To itu,” pungkasnya.*Nyoman Yulia Pratiwi
Profile In Frame :
Profile In Frame :
1
Komentar