Kesempatan Bagus bagi Dunia Pertanian di Tengah Pandemi
TABANAN, NusaBali.com
Memang, sebagai akibat dari pandemi, arus pariwisata yang menurun juga berdampak besar pada para petani sayuran. Di daerah Bedugul sendiri, 80% pertanian digunakan untuk memasok kebutuhan pariwisata seperti hotel dan restoran.
Dampak ini juga dirasakan Made Gunada yang terpengaruh oleh tutupnya beberapa cabang restoran cepat saji akibat Covid-19, yang tak hanya terjadi di Bali namun juga seluruh Indonesia.
Penurunan produksi yang dirasakan oleh Made Gunada disebut-sebut mencapai hingga 70%. Hal ini membuat kelebihan produksi yang siap dipanen tidak terjual. Oleh Made Gunada, beberapa dari sayuran berlebih tersebut dialihkannya untuk warga yang membutuhkan. “Sampai kemarin kayak lettuce itu ada yang saya kirim ke Pulaki untuk dikasih ke monyet, kan kasihan juga di sana,” ujarnya.
Selain berpengaruh terhadap hasil pertaniannya, pengaruh juga dirasakan dari segi manajemen karyawan. “Kalau di perusahaan saya, Wiguna Alam Persada, berpengaruh ya. Karena sebelumnya secara keseluruhan kan sudah terhitung kita punya karyawan hampir 200 orang. Dengan menurunnya volume permintaan dari resto-resto yang kita kirim otomatis mengganggu dari produktivitas juga, sehingga kita ambil kebijakan kita bagi jam kerja. Kalau di Jakarta kita bagi 15 hari libur 15 hari kerja. Tapi kita tidak merumahkan mereka,” lanjut Made Gunada.
Namun, dirinya bersama dengan petaninya merasa cukup terbantu dengan berbagai aksi sosial yang dilakukan masyarakat, seperti dalam aksi semacam pasar rakyat, sehingga sayuran tersebut meski dijual murah, tetapi tetap tersalurkan. Selain itu, beberapa aksi sosial tersebut juga mempertimbangkan sisi kesehatan masyarakat agar tidak memberi bantuan berupa makanan instan.
Namun, meski di tengah situasi yang menyebabkan pertanian lesu, Made Gunada menyebutkan ada peluang bagus bagi dunia pertanian. Menurutnya, ini merupakan kesempatan bagus untuk menumbuhkan kreativitas bagi kemajuan dunia pertanian, utamanya agar pertanian tetap bertahan di tengah situasi ini.
Dirinya berharap agar anak-anak muda yang kembali pulang karena pandemi ini untuk memajukan daerahnya dengan bertani. “Dengan di-PHK atau kerjaan di stop di hotel, pulang mau jadi petani, bagus lagi. Artinya mereka akan mengenal pertanian itu seperti apa. Mungkin akan terlatih jiwa mereka untuk tidak malu lagi menjadi petani,” harap alumni Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ini.
Juga, dirinya tidak keberatan dengan tren masyarakat yang bertani selama menghabiskan waktu berdiam di rumah. Menurutnya, itu tidak merugikan petani sama sekali. Apalagi dengan perbedaan pangsa pasar untuk petani yang memasok ke restoran cepat saji seperti dirinya. “Kalau menurut saya sih tidak ada yang dirugikan, dan bagus kalau anak-anak muda mau bertani. Karena kalau sekarang kita lihat, mengimpor saja masih banyak. Wortel masih kita impor, bawang putih kita impor, bawang bombay masih kita impor. Artinya, masih banyak peluang yang bisa kita garap,” tegasnya.*cr74
Komentar