Vaksinasi Massal Rabies Jalan di Tengah Pandemi
Populasi anjing liar terbanyak ada di Kecamatan Sukasada 17 ribu lebih, kemudian Kecamatan Buleleng dan Tejakula masing-masing populasinya 14 ribu ekor lebih anjing liar.
SINGARAJA, NusaBali
Upaya menekan kasus gigitan anjing rabies tetap dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng. Dalam status pandemi Covid-19, pelaksanaan vaksinasi massal rabies tetap berlangsung tahun ini. Meski pergerakannya cukup lamban, Buleleng setahun terakhir berhasil menekan kasus rabies sehingga menurunkan peringkat angka rabies tertinggi di Bali dari peringkat 2 mundur ke posisi 4 besar.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta dihubungi Rabu (17/6) mengatakan pelaksanaan vaksinasi rabies masal tahun 2020 tetap berjalan seperti penjadwalan tahun sebelumnya. Petugas lapangan Dinas Pertanian di masing-masing kecamatan pun sudah bergerak sejak bulan April lalu. Hanya saja pergerakannya agak lamban karena terikat protokol Covid-19 dengan pembatasan jumlah orang dan penerapan jaga jarak. “Tahun ini ada, kita tetap jalan. Sesuai dengan seruan pusat program pertanian, tidak ada yang tidak jalan, walaupun pandemi tetap dilaksanakan dengan protokol kesehatan. Petugas kita juga dibatasi hanya lima orang melayani masyarakat,” jelas dia.
Dinas Pertanian pun mengestimasi populasi anjing liar di seluruh wilayah Buleleng mencapai angka 109.528 ekor. Ratusan ribu ekor itu tersebar hampir merata di sembilan kecamatan. Namun jumlah populasi terbanyak ditemukan di Kecamatan Sukasada sebanyak 17 ribu lebih, kemudian menyusul Kecamatan Buleleng dan Tejakula masing-masing populasinya 14 ribu ekor lebih anjing liar.
Sumiarta pun mengatakan untuk vaksin rabies massal tahun ini ditargetkan bisa tercapai 70 persen. Target ini memang menurun dari realisasi tahun 2019 lalu yang mencapai 87,91 persen dari jumlah populasi 110.495 ekor. “Tahun ini dengan kondisi pandemi pasti ada penurunan target, tetapi tetap kami maksimalkan pelayanan juga kami buka di kantor. Jadi masyarakat bisa membawa anjingnya ke kantor kami untuk divaksin rabies selain pergerakan petugas di kecamatan,” imbuh dia.
Pelaksanaan vaksinasi massal di tahun ini yang sudah terlaksana bertahap di tujuh kecamatan sudah mencapai angka realisasi sebanyak 2,66 persen atau 1.754 ekor anjing. Khusus vaksinasi rabies massal masih tetap mengutaman daerah yang masuk zona merah. Sementara itu Buleleng dengan luas wilayah dan geografis perbukitan membuat populasi anjing liar cukup tinggi setahun terakhir mampu menurunkan kasus gigitan rabies. Pada tahun 2019 dengan jumlah gigitan 31 kasus Buleleng menempati peringkat kedua dengan jumlah kasus gigitan anjing rabies kedua tertinggi di Bali setelah Karangasem. Namun di tahun ini dengan 6 kasus gigitan rabies per awal Juni ini menempatkan Buleleng di posisi keempat setelah Karangasem, Klungkung dan Bangli.
“Kalau perbandingan data tahun kemarin dihitung per Juni tahun ini hanya 6 kasus gigitan. Sebaliknya tahun 2019 di bulan Juni sudah ada 20 kasus gigitan, artinya ada penurunan 14 kasus, ini juga dipengaruhi pandemi dnegan terbatasnya akses keluar masuk ke masing-masing wilayah,” ungkap Sumiarta.*k23
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta dihubungi Rabu (17/6) mengatakan pelaksanaan vaksinasi rabies masal tahun 2020 tetap berjalan seperti penjadwalan tahun sebelumnya. Petugas lapangan Dinas Pertanian di masing-masing kecamatan pun sudah bergerak sejak bulan April lalu. Hanya saja pergerakannya agak lamban karena terikat protokol Covid-19 dengan pembatasan jumlah orang dan penerapan jaga jarak. “Tahun ini ada, kita tetap jalan. Sesuai dengan seruan pusat program pertanian, tidak ada yang tidak jalan, walaupun pandemi tetap dilaksanakan dengan protokol kesehatan. Petugas kita juga dibatasi hanya lima orang melayani masyarakat,” jelas dia.
Dinas Pertanian pun mengestimasi populasi anjing liar di seluruh wilayah Buleleng mencapai angka 109.528 ekor. Ratusan ribu ekor itu tersebar hampir merata di sembilan kecamatan. Namun jumlah populasi terbanyak ditemukan di Kecamatan Sukasada sebanyak 17 ribu lebih, kemudian menyusul Kecamatan Buleleng dan Tejakula masing-masing populasinya 14 ribu ekor lebih anjing liar.
Sumiarta pun mengatakan untuk vaksin rabies massal tahun ini ditargetkan bisa tercapai 70 persen. Target ini memang menurun dari realisasi tahun 2019 lalu yang mencapai 87,91 persen dari jumlah populasi 110.495 ekor. “Tahun ini dengan kondisi pandemi pasti ada penurunan target, tetapi tetap kami maksimalkan pelayanan juga kami buka di kantor. Jadi masyarakat bisa membawa anjingnya ke kantor kami untuk divaksin rabies selain pergerakan petugas di kecamatan,” imbuh dia.
Pelaksanaan vaksinasi massal di tahun ini yang sudah terlaksana bertahap di tujuh kecamatan sudah mencapai angka realisasi sebanyak 2,66 persen atau 1.754 ekor anjing. Khusus vaksinasi rabies massal masih tetap mengutaman daerah yang masuk zona merah. Sementara itu Buleleng dengan luas wilayah dan geografis perbukitan membuat populasi anjing liar cukup tinggi setahun terakhir mampu menurunkan kasus gigitan rabies. Pada tahun 2019 dengan jumlah gigitan 31 kasus Buleleng menempati peringkat kedua dengan jumlah kasus gigitan anjing rabies kedua tertinggi di Bali setelah Karangasem. Namun di tahun ini dengan 6 kasus gigitan rabies per awal Juni ini menempatkan Buleleng di posisi keempat setelah Karangasem, Klungkung dan Bangli.
“Kalau perbandingan data tahun kemarin dihitung per Juni tahun ini hanya 6 kasus gigitan. Sebaliknya tahun 2019 di bulan Juni sudah ada 20 kasus gigitan, artinya ada penurunan 14 kasus, ini juga dipengaruhi pandemi dnegan terbatasnya akses keluar masuk ke masing-masing wilayah,” ungkap Sumiarta.*k23
Komentar