Gelombang Kedua Pandemi Pengaruhi Ekspor Impor
JAKARTA, NusaBali
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pergerakan ekspor-impor Indonesia yang terus mengalami penurunan di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Ekspor pada Mei 2020 tercatat turun 28,95 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan impor defisit lebih dalam sekitar 42,20 persen dari April 2029. Catatan ekspor pada Mei 2020 tersebut menjadi yang terendah sejak 2016, sementara impor menjadi yang terburuk sejak 2009.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro dikutip Liputan6.com menilai, wabah pandemi gelombang dua (second wave) di berbagai negara yang tidak merata turut berpengaruh terhadap ekspor- impor atau neraca perdagangan domestik dan global. "Jadi persoalan utama dari ekonomi global sekarang bahwa phase-nya itu tidak merata. Jadi ada yang mulai lebih awal seperti China, terus kemudian masih ada yang trouble yang akhirnya berdampak kepada ekspektasi perlambatan ekonomi," tuturnya dalam sesi teleconference, Rabu (17/6). "Dan ketidaksamaan ini otomatis memang akan memukul neraca perdagangan di berbagai negara, termasuk juga di Indonesia," Andry menegaskan.
Jika melihat dari beberapa indikator pertumbuhan ekonomi nasional, ia menganggap sektor ekspor-impor memang menjadi yang paling lemah. Menurutnya, kedua bidang tersebut juga masih akan terdampak ke depannya. "Apalagi kalau kita lihat kemarin data ekspor-impornya, memang lebih banyak dari penurunan impor lebih dalam dibandingkan dengan ekspornya," ujar dia.
Untuk ekspor, ia melihat masih ada secercah harapan lantaran beberapa negara seperti China kini telah melonggarkan aturan pembatasan sosialnya. "Ekspornya sendiri sebenarnya masih ada peluang di beberapa permintaan untuk yang komoditas, karena China sendiri sudah mulai sejak pelonggaran ada permintaan dari komoditasnya. Itu masih relatif baik," tukas Andry.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia mengalami surplus sebesar 2,1 miliar dolar AS. Terciptanya surplus tersebut kurang menggembirakan karena mayoritas disumbang oleh penurunan ekspor sebesar 28,9 persen dan impor turun 42,2 persen. "Ekspor kita mengalami pertumbuhan negatif baik untuk industri pengolahan, pertanian dan pertambangan. Impor turun curam baik karena barang konsumsi dan bahan baku dan barang modal," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Senin (15/6).
Sepanjang Mei 2020, Neraca dagang tersebut disumbang oleh ekspor sebesar 10,53 miliar dolar dan impor sebesar 8,44 miliar dolar. Ekspor pada Mei 2020 mengalami penurunan sebesar 11,40 persen. "Kalau dibandingkan pada posisi April 2020 maka nilai total ekspor pada mei 2020 mengalami penurunan 11,40 persen dan bisa dilihat bahwa selama April ke Mei ekspor migas mengalami kenaikan tetapi sebaliknya ekspor non migasnya turun," jelasnya..
Sementara itu, nilai impor pada Mei 2020 mencapai 8,44 miliar dolar turun sebesar 32,65 persen dibanding April 2020. Penurunan ini disebabkan penurunan impor migas sebesar 23,04 persen. "Non migasnya mengalami penurunan yang cukup dalam 33,36 persen. Total nilai impor pada Mei 2020 kalau dibandingkan pada Mei 2019 menunjukkan pada bulan Mei 2020 ini menurun tajam sekali yaitu 42,20 persen. Dengan catatan impor migasnya hampir 70 persen sementara impor migasnya mengalami penurunan 37, 34 persen," tandasnya. *
1
Komentar