Sebelum Pelatihan Keterampilan, Seratusan Gepeng Dilatih Yoga
Sebanyak 100 gelandangan dan pengemis (gepeng) sebelum mengikuti pelatihan mengemas dupa dan menganyam daun lontar dilatih yoga.
AMLAPURA, NusaBali
Sebelum bekerja, kondisi batin dibuat bersih, sehingga bisa konsentrasi. Instruktur I Made Dwija Nurjaya, menjelaskan hal itu di sela-sela memberikan pelatihan kepada 100 gepeng di Banjar Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem, Minggu (18/9).
Dwija Nurjaya mengisi acara bidang pemberdayaan masyarakat, khususnya mengemas dupa dengan harapan ke depan masyarakat di Banjar Muntigunung dan sekitarnya bisa mandiri.
Selama ini, kata Dwija Nurjaya, di tempat usahanya yang dibangun dengan memberdayakan tenaga kerja masyarakat desa, wajib melakukan aktivitas yoga setiap hari sebelum memulai bekerja. Diharapkan masyarakat terbiasa dengan pikiran yang bersih, sehingga nantinya menghasilkan karya yang bersih secara fisik dan dilandasi batin yang bersih pula. “Saya memberikan materi memberdayakan masyarakat selama enam hari, Minggu (18/9) hingga Jumat (23/9),” katanya.
Sedangkan instruktur bidang menganyam daun lontar diisi I Ketut Subur dari Banjar Muntigunung, Desa Tianyar Barat. Tercatat 100 gepeng semuanya dari kaum ibu-ibu mengikuti pelatihan. Seratusan gepeng tersebut berasal dari delapan banjar di dua desa. Khusus dari Desa Tianyar Barat sebanyak 80 orang berasal dari empat banjar, yakni Banjar Muntigunung, Muntigunung Tengah, Muntigunung Kangin, dan Muntigunung Kauh. Selebihnya 20 orang berasal dari Desa Tianyar Tengah, tersebar di empat banjar, yakni Banjar Sangsana, Dalem, Padangsari, dan Pedahan.
Ibu-ibu yang sebelumnya menggepeng antusias mengikuti pelatihan, berharap kelak hidup mandiri dengan mampu membuka usaha sendiri. Ada beberapa ibu-ibu yang hadir mengajak balitanya sambil menimba ilmu dari para instruktur, bahkan ada ibu hamil juga tak kalah semangat ikut pelatihan.
Peserta Ni Nyoman Serimentik, Ni Nyoman Melah, dan Ni Wayan Serigampil, misalnya, ikut pelatihan agar terlepas dari pekerjaan mengemis, sehingga mampu meningkatkan taraf hidup dan menjaga martabat sebagai warga.
“Kalau soal mengemas dupa, lebih mudah, tinggal memasukkan tangkai ke dalam serbuk yang tersedia diatur mesin, kemudian telah jadi dupa. Tinggal merapikan,” kata Ni Nyoman Serimentik. Hanya menganyam daun lontar perlu ketekunan belajar, agar hasilnya lebih rapi.
Perbekel Tianyar Barat I Gede Agung Pasrisak Juliawan, mengaku termotivasi untuk membangkitkan semangat warganya, agar benar-benar mampu menyerap ilmu selama pelatihan. “Melihat antusias warga, kami menaruh harapan, taraf hidup masyarakat di sini lebih baik,” kata Agung Juliawan. * k16
Dwija Nurjaya mengisi acara bidang pemberdayaan masyarakat, khususnya mengemas dupa dengan harapan ke depan masyarakat di Banjar Muntigunung dan sekitarnya bisa mandiri.
Selama ini, kata Dwija Nurjaya, di tempat usahanya yang dibangun dengan memberdayakan tenaga kerja masyarakat desa, wajib melakukan aktivitas yoga setiap hari sebelum memulai bekerja. Diharapkan masyarakat terbiasa dengan pikiran yang bersih, sehingga nantinya menghasilkan karya yang bersih secara fisik dan dilandasi batin yang bersih pula. “Saya memberikan materi memberdayakan masyarakat selama enam hari, Minggu (18/9) hingga Jumat (23/9),” katanya.
Sedangkan instruktur bidang menganyam daun lontar diisi I Ketut Subur dari Banjar Muntigunung, Desa Tianyar Barat. Tercatat 100 gepeng semuanya dari kaum ibu-ibu mengikuti pelatihan. Seratusan gepeng tersebut berasal dari delapan banjar di dua desa. Khusus dari Desa Tianyar Barat sebanyak 80 orang berasal dari empat banjar, yakni Banjar Muntigunung, Muntigunung Tengah, Muntigunung Kangin, dan Muntigunung Kauh. Selebihnya 20 orang berasal dari Desa Tianyar Tengah, tersebar di empat banjar, yakni Banjar Sangsana, Dalem, Padangsari, dan Pedahan.
Ibu-ibu yang sebelumnya menggepeng antusias mengikuti pelatihan, berharap kelak hidup mandiri dengan mampu membuka usaha sendiri. Ada beberapa ibu-ibu yang hadir mengajak balitanya sambil menimba ilmu dari para instruktur, bahkan ada ibu hamil juga tak kalah semangat ikut pelatihan.
Peserta Ni Nyoman Serimentik, Ni Nyoman Melah, dan Ni Wayan Serigampil, misalnya, ikut pelatihan agar terlepas dari pekerjaan mengemis, sehingga mampu meningkatkan taraf hidup dan menjaga martabat sebagai warga.
“Kalau soal mengemas dupa, lebih mudah, tinggal memasukkan tangkai ke dalam serbuk yang tersedia diatur mesin, kemudian telah jadi dupa. Tinggal merapikan,” kata Ni Nyoman Serimentik. Hanya menganyam daun lontar perlu ketekunan belajar, agar hasilnya lebih rapi.
Perbekel Tianyar Barat I Gede Agung Pasrisak Juliawan, mengaku termotivasi untuk membangkitkan semangat warganya, agar benar-benar mampu menyerap ilmu selama pelatihan. “Melihat antusias warga, kami menaruh harapan, taraf hidup masyarakat di sini lebih baik,” kata Agung Juliawan. * k16
Komentar