5 Hari, 1.025 Warga Jembrana Rapid Test Gratis
Rincian pemohon rapid test gratis, 578 orang sopir kendaraan logistik, 210 orang santri, 158 orang pendamping santri, dan 79 orang mahasiswa.
NEGARA, NusaBali
Setelah layanan rapid test gratis di Pelabuhan Gilimanuk dihentikan oleh Pemprov Bali per Kamis (18/6), Pemkab Jembrana memberikan layanan rapid test gratis untuk para sopir kendaraan logistik dan pelajar ber-KTP Jembrana. Layanan rapid test gratis itu dibuka di 10 puskesmas se-Jembrana. Dalam waktu lima hari, Jumat (19/6) hingga Selasa (23/6), tercatat sudah ada 1.025 warga Jembrana yang memanfaatkan rapid test gratis tersebut.
Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Jembrana dr I Gusti Agung Putu Arisantha, menjelaskan rekapan penggunaan rapid test gratis selama lima hari itu, dihitung sehari pasca dihentikannya layanan rapid test gratis oleh Provinsi Bali di Pelabuhan Gilimanuk. “Selama lima hari itu, kami dapatkan laporan total penggunaan 1.025 rapid test. Jadi kalau dirata-rata, ada 205 buah rapid test yang digunakan per hari,” ujarnya.
Secara terinci, dari 1.025 warga Jembrana yang dirapid test gratis itu, paling banyak adalah kalangan sopir kendaraan logistik yang mencapai 578 orang. Kemudian para santri dengan jumlah 210 orang, pendamping santri sebanyak 158 orang, dan mahasiswa sebanyak 79 orang. “Sejak pemberlakuan rapid test gratis untuk pelajar dan angkutan logistik asal Jembrana, sekarang puskesmas tidak lagi melayani rapid test untuk pelaku perjalanan mandiri. Di puskesmas difokuskan untuk pelayanan rapid test yang free (gratis),” ucap Arisantha.
Menurut Arisantha, untuk pelaku perjalanan mandiri, ada dua rumah sakit yang menyediakan layanan rapid test di Jembrana. Yakni RSUD Negara dan RS BaliMed Negara, dengan tarif berbeda. “Kalau untuk tarif, tetap mengikuti ketentuan. Sesuai dengan kebijakan Pemprov Bali, semua fasilitas kesehatan yang menyediakan rapid test, tidak melebihi Rp 400 ribu,” ujarnya.
Disinggung mengenai ketersediaan alat untuk rapid test gratis, Arisantha mengemukakan sementara masih cukup aman untuk beberapa waktu ke depan. Sebelumnya, disediakan anggaran Rp 1 miliar untuk pengadaan rapid test. Dari dana Rp 1 miliar tersebut, waktu awal pandemi Covid-19 sudah digunakan sekitar Rp 520 juta, dengan mendapat sekitar 2.500 buah alat rapid test.
“Waktu pengadaan yang awal itu, memang harga rapid test waktu itu masih cukup mahal. Sekitar Rp 200-an ribu per alat rapid test. Tetapi sekarang harganya sudah turun. Jadi untuk dana yang masih tersisa sekitar Rp 480 juta, untuk cadangan pembelian rapid test, bisa dapat lebih banyak,” ucap Arisantha yang juga Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Jembrana. *ode
Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Jembrana dr I Gusti Agung Putu Arisantha, menjelaskan rekapan penggunaan rapid test gratis selama lima hari itu, dihitung sehari pasca dihentikannya layanan rapid test gratis oleh Provinsi Bali di Pelabuhan Gilimanuk. “Selama lima hari itu, kami dapatkan laporan total penggunaan 1.025 rapid test. Jadi kalau dirata-rata, ada 205 buah rapid test yang digunakan per hari,” ujarnya.
Secara terinci, dari 1.025 warga Jembrana yang dirapid test gratis itu, paling banyak adalah kalangan sopir kendaraan logistik yang mencapai 578 orang. Kemudian para santri dengan jumlah 210 orang, pendamping santri sebanyak 158 orang, dan mahasiswa sebanyak 79 orang. “Sejak pemberlakuan rapid test gratis untuk pelajar dan angkutan logistik asal Jembrana, sekarang puskesmas tidak lagi melayani rapid test untuk pelaku perjalanan mandiri. Di puskesmas difokuskan untuk pelayanan rapid test yang free (gratis),” ucap Arisantha.
Menurut Arisantha, untuk pelaku perjalanan mandiri, ada dua rumah sakit yang menyediakan layanan rapid test di Jembrana. Yakni RSUD Negara dan RS BaliMed Negara, dengan tarif berbeda. “Kalau untuk tarif, tetap mengikuti ketentuan. Sesuai dengan kebijakan Pemprov Bali, semua fasilitas kesehatan yang menyediakan rapid test, tidak melebihi Rp 400 ribu,” ujarnya.
Disinggung mengenai ketersediaan alat untuk rapid test gratis, Arisantha mengemukakan sementara masih cukup aman untuk beberapa waktu ke depan. Sebelumnya, disediakan anggaran Rp 1 miliar untuk pengadaan rapid test. Dari dana Rp 1 miliar tersebut, waktu awal pandemi Covid-19 sudah digunakan sekitar Rp 520 juta, dengan mendapat sekitar 2.500 buah alat rapid test.
“Waktu pengadaan yang awal itu, memang harga rapid test waktu itu masih cukup mahal. Sekitar Rp 200-an ribu per alat rapid test. Tetapi sekarang harganya sudah turun. Jadi untuk dana yang masih tersisa sekitar Rp 480 juta, untuk cadangan pembelian rapid test, bisa dapat lebih banyak,” ucap Arisantha yang juga Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Jembrana. *ode
Komentar