Derita Kehidupan Dadong Luh Siki
Nasib apes menimpa Dadong (nenek) Luh Siki,65, warga Dusun Kalanganyar, Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt, Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Di usianya yang kian renta dan sakit-sakitan, ia harus memikul tanggungjawab untuk menghidupi anak semata wayangnya, Luh Ayu,35, penderita gangguan mental sejak kecil.
Kerena sakit-sakitan, Siki tidak lagi mampu berjalan. Ia dapat bertahan hidup hanya dari bantuan dan kepedulian pemerintah dusun setempat dan para tetangga. Seperti terlihat, Selasa (20/9), Siki dan Kadek Ayu, hanya berbaring pada sebuah kamar 3 meter x 3 meter yang dibuatkan oleh pihak dusun. Siki hanya hidup dengan anaknya, tidak memiliki seorang keluarga pun. Suaminya sudah meninggal dunia.
Siki sekitar dua bulan lalu sempat terjatuh di depan rumah hingga lumpuh. Dalam kondisi seperti itu, ia harus mengurusi anaknya, Luh Ayu, karena keterbelakangan mental. Kepala Dusun Kalanganyar, Banjarasem, Made Sujana mengatakan, selama ini Dadong Siki dan anaknya sudah ditanggung pemerintah dusun. Mulai dari makan hingga menggaji orang untuk memandikan dan membersihkan kamar yang seringkali kotor terisi sampah yang dibawa masuk oleh Luh Ayu. “Untuk makan sehari-hari, kami tanggung dan langsung memasakkan. Karena Dadong Siki sudah tidak bisa berjalan sejak terjatuh. Namun kepedulian warga disini sangat tinggi pada Dadong Siki,” tegas Sujana.
Dadong Siki tidak memiliki kartu keluarga (KK) sehingga sulit untuk mendapatkan bantuan. 30 kilogram beras tiap bulan didapatkan dari warga setempat dan pemerintah dusun. Beberapa tahun lalu, kata Sujana, Luh Ayu sempat dibawa ke RSJ Bali di Bangli, namun dipulangkan karena dianggap sudah membaik.
Namun tidak lama setelah pulang, kondisinya kembali seperti sediakala karena kurangnya perawatan. Saat ini pemerintah dusun yang menyanggupi mengurus Dadong Siki dan Luh Ayu hanya berharap bantuan pendanaan untuk menggaji warga untuk merawatnya. Sedangkan untuk kebutuhan makan sudah ditanggung pemerintah dusun. “Karena kondisinya seperti ini, kalau bisa di Panti Jompo alangkah bagusnya. Tetapi kami juga belum tahu apakah pemerintah mau menerima dengan keadaan seperti ini,” ungkap dia.
Kondisi Dadong Siki ini sempat mengundang perhatian pengguna media sosial (Medsos) hingga mengunjungi rumahnya. Selasa (20/9), Dinas Sosial Buleleng bersama komunitas sosial dan sejumlah instansi, membersihkan kamar dan memandikan langsung Luh Siki dan Kadek Ayu. Rombongan pun membawakan bantuan kasur untuk alas tidur Dadong Siki dan Luh Ayu. Selama ini mereka tidur hanya menggunakan tikar dengan kondisi yang sangat lusuh.
Kasi Kesejahteraan Lanjut Usia, Dinas Sosial Buleleng Niken Puji Astuti Tri Utami mengatakan sejauh ini kondisi yang dialami Siki dan anaknya sudah tertangani oleh pemerintah dusun. Namun pemerintah akan memberikan pendampingan dengan pemberian bantuan sembako. Terkait dengan kondisi Siki sudah tua dan sakit-sakitan, pihaknya pun menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah dusun yang selama ini menanggungnya. Begitu pula dengan anaknya Kadek Ayu yang mengalami gangguan jiwa. * k23
Kerena sakit-sakitan, Siki tidak lagi mampu berjalan. Ia dapat bertahan hidup hanya dari bantuan dan kepedulian pemerintah dusun setempat dan para tetangga. Seperti terlihat, Selasa (20/9), Siki dan Kadek Ayu, hanya berbaring pada sebuah kamar 3 meter x 3 meter yang dibuatkan oleh pihak dusun. Siki hanya hidup dengan anaknya, tidak memiliki seorang keluarga pun. Suaminya sudah meninggal dunia.
Siki sekitar dua bulan lalu sempat terjatuh di depan rumah hingga lumpuh. Dalam kondisi seperti itu, ia harus mengurusi anaknya, Luh Ayu, karena keterbelakangan mental. Kepala Dusun Kalanganyar, Banjarasem, Made Sujana mengatakan, selama ini Dadong Siki dan anaknya sudah ditanggung pemerintah dusun. Mulai dari makan hingga menggaji orang untuk memandikan dan membersihkan kamar yang seringkali kotor terisi sampah yang dibawa masuk oleh Luh Ayu. “Untuk makan sehari-hari, kami tanggung dan langsung memasakkan. Karena Dadong Siki sudah tidak bisa berjalan sejak terjatuh. Namun kepedulian warga disini sangat tinggi pada Dadong Siki,” tegas Sujana.
Dadong Siki tidak memiliki kartu keluarga (KK) sehingga sulit untuk mendapatkan bantuan. 30 kilogram beras tiap bulan didapatkan dari warga setempat dan pemerintah dusun. Beberapa tahun lalu, kata Sujana, Luh Ayu sempat dibawa ke RSJ Bali di Bangli, namun dipulangkan karena dianggap sudah membaik.
Namun tidak lama setelah pulang, kondisinya kembali seperti sediakala karena kurangnya perawatan. Saat ini pemerintah dusun yang menyanggupi mengurus Dadong Siki dan Luh Ayu hanya berharap bantuan pendanaan untuk menggaji warga untuk merawatnya. Sedangkan untuk kebutuhan makan sudah ditanggung pemerintah dusun. “Karena kondisinya seperti ini, kalau bisa di Panti Jompo alangkah bagusnya. Tetapi kami juga belum tahu apakah pemerintah mau menerima dengan keadaan seperti ini,” ungkap dia.
Kondisi Dadong Siki ini sempat mengundang perhatian pengguna media sosial (Medsos) hingga mengunjungi rumahnya. Selasa (20/9), Dinas Sosial Buleleng bersama komunitas sosial dan sejumlah instansi, membersihkan kamar dan memandikan langsung Luh Siki dan Kadek Ayu. Rombongan pun membawakan bantuan kasur untuk alas tidur Dadong Siki dan Luh Ayu. Selama ini mereka tidur hanya menggunakan tikar dengan kondisi yang sangat lusuh.
Kasi Kesejahteraan Lanjut Usia, Dinas Sosial Buleleng Niken Puji Astuti Tri Utami mengatakan sejauh ini kondisi yang dialami Siki dan anaknya sudah tertangani oleh pemerintah dusun. Namun pemerintah akan memberikan pendampingan dengan pemberian bantuan sembako. Terkait dengan kondisi Siki sudah tua dan sakit-sakitan, pihaknya pun menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah dusun yang selama ini menanggungnya. Begitu pula dengan anaknya Kadek Ayu yang mengalami gangguan jiwa. * k23
Komentar