Kejurda Dansa Masih Proses Pembuatan Video
DENPASAR, NusaBali
Para peserta Kejurda Dansa hingga kini masih disibukkan dalam proses pembuatan video.
Proses pengerjaan video dilakukan atlet, sebagai syarat untuk mengikuti Kejurda secara online. Setiap atlet diwajibkan mengirimkan video sesuai kategori yang diikutinya. Untuk itu Pengprov IODI Bali memberikan batas waktu terakhir pengiriman video hingga 15 Juli mendatang. "Kejurda ini kan sudah kami sampaikan pertengahan Juni. Sampai saat ini memang belum ada kirim video ke pihak panitia. Dan, setelah ditelurusi memang atlet menyiapkan video tersebut secara matang. Dan, kami tunggu sampai pertengahan bulan Juli. Waktunya lagi sekitar 2 pekan ke depan," ucap Ketua Umum Pengprov IODI Bali Ni Made Suparmi, Selasa (30/6).
Kata Suparmi, Pengprov IODI Bali terus memfasilitasi atletnya agar event tetap berlanjut, meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19. Sebelumnya, telah sukses menggelar kejuaraan secara virtual yang dimotori Pengkab IODI Karangasem. Kali ini giliran IODI Bali akan menggeber kejuaraan daerah (Kejurda). "Kejurda ini untuk menjaring atlet di event Kejurnas. Kejurnas akhir bulan Juli video sudah diterima panitia pusat. Rencananya, 9 Agustus semifinal dan 17 Agustus final. Nah, untuk Kejurda ditetapkan 15 Juli adalah waktu terakhir pengiriman video dan seminggu kemudian langsung diumumkan siapa juaranya untuk Bali. Dan, juara di Kejurda otomatis mewakili Bali di ajang Kejurnas," tegas Suparmi.
Alhasil, video atletnya tersebut akan dilakukan perangkingan dulu di Bali. Begitu dipastikan siapa juaranya, video tersebut akan kembali dikirim ke panitia pusat di ajang Kejurnas. "Kami pahami, atlet pasti ekstra hati-hati dalam membuat video sesuai kategori yang diikutinya. Karena saya yakin, setiap atlet pasti ingin mewakili Bali di ajang Kejurnas. Tapi, jangan lupa batas waktu pengirimannya juga," tegas Suparmi.
Wanita asal Sanur Denpasar Selatan ini, event Kejurda ini memang proyeksi menuju Kejurnas. Dengan demikian, sebelum mewakili Bali sifatnya dilakukan seleksi via Kejurda lebih dulu. Seleksi ketat via Kejurda dilakukan karena kuota di Kejurnas sangat terbatas. Setiap daerah hanya diperkenankan mengutus 16 atlet saja. Dengan demikian jumlah kategori yang dipertandingkan di Kejurda juga mengacu katagori yang dipertandingkan di Kejurnas. Di Kejurda dan Kejurnas sama-sama mempertandingkan 12 kategori. Dengan rincian umur, KU-12, KU -16, dan KU 16 tahun ke atas. Sementara kategori yang dipertandingkan yakni kategori solo latin, cha-cha-cha, jive, rimba, samba, paso doble, solo standard waltz, tango, quikstep, slowfoxstrot, vianis waltz, linedancesport cha-cha-cha, dan linedancesport jive.
Panitia akan menurunkan 11 juri saat Kejurda. 11 juri itu dibantu 1 orang squeetiner. Sebab, saat Kejurnas online nanti juga menggunakan 11 juri. Hanya saja jumlah squeetiner lebih banyak di Kejurnas yakni 2 orang. Dan, untuk Kejurda Bali, jurinya adalah perwakilan masing-masing daerah. Rancangan dan namanya sudah ada. Rencana untuk juri itu akan dibagi dalam 3 panel. "Kami agendakan Ketua Umum KONI Bali untuk membuka dan memberi sambutan saat pengumuman peserta. Tapi, semua itu masih melihat dan kondisi sampai 15 Juli nanti pengumuman jumlah peserta. Jika tidak memungkinkan, arahnya memakai pengumuman lewat virtual zoom meeting atau web resmi dansa," tegas Suparmi. *dek
Kata Suparmi, Pengprov IODI Bali terus memfasilitasi atletnya agar event tetap berlanjut, meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19. Sebelumnya, telah sukses menggelar kejuaraan secara virtual yang dimotori Pengkab IODI Karangasem. Kali ini giliran IODI Bali akan menggeber kejuaraan daerah (Kejurda). "Kejurda ini untuk menjaring atlet di event Kejurnas. Kejurnas akhir bulan Juli video sudah diterima panitia pusat. Rencananya, 9 Agustus semifinal dan 17 Agustus final. Nah, untuk Kejurda ditetapkan 15 Juli adalah waktu terakhir pengiriman video dan seminggu kemudian langsung diumumkan siapa juaranya untuk Bali. Dan, juara di Kejurda otomatis mewakili Bali di ajang Kejurnas," tegas Suparmi.
Alhasil, video atletnya tersebut akan dilakukan perangkingan dulu di Bali. Begitu dipastikan siapa juaranya, video tersebut akan kembali dikirim ke panitia pusat di ajang Kejurnas. "Kami pahami, atlet pasti ekstra hati-hati dalam membuat video sesuai kategori yang diikutinya. Karena saya yakin, setiap atlet pasti ingin mewakili Bali di ajang Kejurnas. Tapi, jangan lupa batas waktu pengirimannya juga," tegas Suparmi.
Wanita asal Sanur Denpasar Selatan ini, event Kejurda ini memang proyeksi menuju Kejurnas. Dengan demikian, sebelum mewakili Bali sifatnya dilakukan seleksi via Kejurda lebih dulu. Seleksi ketat via Kejurda dilakukan karena kuota di Kejurnas sangat terbatas. Setiap daerah hanya diperkenankan mengutus 16 atlet saja. Dengan demikian jumlah kategori yang dipertandingkan di Kejurda juga mengacu katagori yang dipertandingkan di Kejurnas. Di Kejurda dan Kejurnas sama-sama mempertandingkan 12 kategori. Dengan rincian umur, KU-12, KU -16, dan KU 16 tahun ke atas. Sementara kategori yang dipertandingkan yakni kategori solo latin, cha-cha-cha, jive, rimba, samba, paso doble, solo standard waltz, tango, quikstep, slowfoxstrot, vianis waltz, linedancesport cha-cha-cha, dan linedancesport jive.
Panitia akan menurunkan 11 juri saat Kejurda. 11 juri itu dibantu 1 orang squeetiner. Sebab, saat Kejurnas online nanti juga menggunakan 11 juri. Hanya saja jumlah squeetiner lebih banyak di Kejurnas yakni 2 orang. Dan, untuk Kejurda Bali, jurinya adalah perwakilan masing-masing daerah. Rancangan dan namanya sudah ada. Rencana untuk juri itu akan dibagi dalam 3 panel. "Kami agendakan Ketua Umum KONI Bali untuk membuka dan memberi sambutan saat pengumuman peserta. Tapi, semua itu masih melihat dan kondisi sampai 15 Juli nanti pengumuman jumlah peserta. Jika tidak memungkinkan, arahnya memakai pengumuman lewat virtual zoom meeting atau web resmi dansa," tegas Suparmi. *dek
Komentar