Menyongsong ‘New Normal’ sebagai Era Baru dalam Pendidikan Karakter
Pandemi COVID-19 sampai detik ini masih berkeliaran di sekitar kita. Ibarat hantu yang berkeliaran, entah dimana, yang pasti hari demi hari masih ada yang terjangkit.
Penulis : I Putu Yoga Purandina, M.Pd.
Dosen Jurusan Dharma Acarya, STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja
Kondisi ini justru membuat kita semua seperti kehabisan akal dan semangat dibuatnya. Di satu sisi kita semua tidak mungkin untuk termangu menunggu dengan berdiam diri begitu saja. Ada yang mesti dipenuhi, perut haruslah dipenuhi, begitu pula fikiran atau otak kita. Berdiam diri di rumah atau sebagian orang menyebut dengan kata ‘rebahan’ tentu menjadi solusi untuk memutus rantai penyebaran pandemi ini. namun berdiam diri dengan waktu yang lumayan lama akan menimbulkan masalah baru lagi. Seperti pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Begitu mirisnya keadaan ini, akhirnya sejak awal Juni 2020 ini pemerintah memperkenalkan istilah ‘New Normal’. Apa itu ‘New Normal’? New Normal merupakan istilah untuk tatanan hidup baru atau panduan tata kehidupan baru yang bisa dilakukan di tengah pandemi COVID-19. Kita tidak bisa terus-terusan termangu. Kita harus tetap bergerak melakukan kegiatan untuk memenuhi semua kebutuhan kita. Inilah yang dimaksud dengan tatanan hidup baru ini, tetap melakukan kegiatan seperti biasa namun harus sesuai dengan standar protokol kesehatan di tempat umum.
Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020. Dalam keputusan ini menteri kesehatan mengatur atau memberi panduan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di tempat kerja perkantoran dan industry dalam mendukung keberlangsungan usaha pada situasi pandemi. Begitu pula di bidang pendidikan telah diputuskan mengenai tatanan kehidupan baru dengan Keputusan Bersama Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalam Negeri. Tahun ajaran baru tetap dimulai pada Juli 2020 ini begitu pula untuk pendidikan tinggi dimulai sekitar bulan Agustus dan September 2020.
Bagaimanapun pendidikan untuk putra-putri kita haruslah tetap optimal. Keputusan Bersama tadi sesungguhnya langkah awal kebijakan pendidikan. Sebagai dasar para stake holder mengambil keputusan yang lebih teknis di lapangan. Pembelajaran diperbolehkan dilakukan dengan cara tatap muka langsung jika daerah tersebut telah berada pada zona hijau. Tapi nyatanya di Indonesia sebagain besar atau hampir 94% berada pada zona kuning, oranye, maupun merah. Dengan demikian sebagian besar akan tetap melakukan pembelajaran dari rumah ini. Semua pasti sudah sangat lelah dengan hal ini. Kasihan melihat putra-putri kita tidak bisa bersosialisasi dengan teman-temannya. Terutama pada jenjang pendidikan PAUD, Dasar dan Menengah.
Pada jenjang ini pembelajaran jarak jauh kuranglah optimal. Anak-anak membutuhkan interaksi dengan orang lain baik teman, maupun gurunya di sekolah. Interaksi ini akan menumbuhkan karakter anak itu sendiri. Anak pergi ke sekolah sebenarnya tidak hanya dijejali dengan ilmu pengetahuan namun bagaimana bersosialisasi, berkarakter yang postif. Itulah yang tidak didapatkan anak ketika pandemi ini. Namun, kita tidak mungkin membiarkan diri kita, anak-anak kita untuk meratapi situasi ini. kita harus berfikir, mencari hal positif yang bisa kita lakukan di situasi yang sulit ini. Walaupun harus belajar dari rumah, kita sebagai guru dan orang tua semestinya bisa membantu mereka untuk mengembangkan interaksi, dan karakter positif mereka. Walaupun interaksi yang terbatas, yaitu lebih banyak dengan anggota keluarga saja, namun bisa kita kondisikan agar aktivitas di rumah menjadi sangat menyenangkan dan bermanfaat dalam mengoptimalkan perkembangan karate anak.
Pendidikan karakter bisa dilakukan secara tidak langsung melalui kegiatan-kegiatan bersama di lingkungan keluarga. Misalnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, berolahraga bersama, berdoa bersama, belajar bersama, serta melakukan aktivitas rutin lainnya dengan penuh suka cita. Di setiap aktivitas ini harus diselipkan nilai-nilai karakter seperti kreatifitas, disiplin, mandiri, religious, dll. Namun semua ini tidak akan mampu ditumbuhkan jika para orang tua tidak sadar dan faham dengan hal ini. Orang tua haruslah setia menemani buah hatinya selama belajar dari rumah ini. Jangan dilepas begitu saja. Kalau anak dilepas begitu saja, mereka akan kehilangan arah. Tidak ada hal postif yang mereka dapatkan untuk perkebangan karakternya. Secara psikologis malah akan membuat mereka dalam suasana yang membosankan, menakutkan, yang tidak baik untuk perkembangan karakter mereka.
Orang tua harus setia mengajak anak mereka melakukan kegiatan-kegiatan bersama. Meluangkan waktu lebih banyak kepada anak. Jika dahulu pendidikan diserahkan begitu saja kepada guru di sekolah, sekarang ini orang tua mempunya peran yang penting. Orang tua dan guru bersinergi, berkolaborasi mengembangkan karakter anak selama di rumah. Apalagi rumah semestinya tempat yang baik untuk pertumbuhan mereka. Ikatan batin anak dan orang tua tidak akan dapat tergantikan oleh siapapun, bahkan guru. Maka dari itu sangatlah tepat jika karakter anak ini ditumbuhkan di rumah. Pasti akan tumbuh dengan optimal.
Guru di sini mempunyai peranan mendesain pembelajaran yang melibatkan orang tua. Melibatkan orang tua dalam pembelajaran anak akan sangat efektif dalam menumbuhkan karakter anak. Guru bisa memberikan intruksi atau tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan positif bersama orang tua mereka. Mendesain sedemikian rupa sehingga anak dapat belajar dan bermakna bagi perkembangan karakternya. Tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, namun diselipkan dengan memberi latihan atau aktivitas interaksi dengan orang tua dan lingkungan keluarganya. Contohnya misalnya melakukan kegiatan pembelajaran menjaga kebersihan bersama orang tua untuk siswa PAUD, melakukan praktikum tumbuhan bersama orang tua untuk siswa SD, begitu pula untuk siswa SMP dan SMA masih perlu bimbingan dan arahan orang tua. Intinya bagaimana caranya agar pembelajaran yang didesain oleh guru agar melibatkan orang tua atau dengan tetap menjaga komunikasi anak dengan orang tua.
Inilah sebuah hal baru, tatanan hidup baru, New Normal, dalam kehidupan kita saat ini. Para orang tua dan guru harus siap dengan hal ini. Menerima dengan penuh semangat bahwa inilah yang harus dilakukan. Kebiasaan baru di tengah pandemi ini. Tetap melakukan aktivitas yang positif, mengembangkan karakter anak menjadi kebiasaan dan kewajiban. Kita songsong New Normal ini sebagai kebiasaan baru kita, sebagai era baru dalam pendidikan karakter.*
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Komentar