Waspada Rabies, Tujuh Wilayah Dapat Atensi
Program vaksinasi massal antisipasi merebaknya kasus rabies terus digalakkan Pemkab Badung.
MANGUPURA, NusaBali
Meski vaksinasi massal diklaim telah tuntas per 31 Agustus 2016, namun tujuh wilayah di Badung tetap diatensi. Salah satunya kawasan Jimbaran yang masuk zona merah.
“Sesuai data kami, dari 72.798 populasi anjing sudah 97 persennya telah divaksinasi hingga bulan Agustus. Sebanyak 97 persen yang sudah divaksinasi itu angkanya kurang lebih 70.928. Tapi sisanya akan kami lakukan penyisiran,” kata Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (Disnakanlut) Badung I Made Badra, Kamis (22/9) kemarin.
Penyisiran lanjutan oleh tim Disnakanlut difokuskan pada tujuh wilayah. Salah satunya, kawasan Jimbaran yang masuk zona merah. Selain enam wilayah lainya adalah di Plaga, Dalung, Taman, Kuta, Munggu, dan Kerobokan.
Kenapa hanya di tujuh wilayah saja lokasi penyisiran? “Iya kita perlu sisir lagi untuk memastikan seluruh anjing yang ada di Badung tervaksin. Untuk di Jimbaran memang pasti, karena di sana masuk zona merah. Sedangkan di enam wilayah lagi itu kami lakukan penyisiran jangan sampai ke luar merah,” tegasnya.
Lebih lanjut dikatakan, upaya penyisiran ini dilakukan demi memastikan Badung bebas dari kasus rabies. “Sampai sekarang di Badung belum ada kasus rabies yang kami temukan. Mudah-mudahan saja tidak ada. Kalau kasus gigitan anjing ada, kalau tidak salah hanya 11 kasus yang kami dapat datanya. Tapi itu tidak positif rabies. Yang positif rabies belum ada kami temukan,” kata pejabat asal Kuta ini.
Meski sudah ada pemetaan kawasan rawan, tetapi bukan berarti daerah lain tidak jadi perhatian. Menurut Badra, semua wilayah tetap terus dipantau. Petugas pun terus siaga jika menerima laporan mendadak dari masyarakat.
Menurut Badra, waspada kasus rabies adalah harga mati, karena jika lengah akan memberikan dampak buruk terhadap perkembangan citra pariwisata di Badung. Apalagi kalau wisatawan mancanegara sampai tergigit anjing, dimana ternyata anjing si penggigit positif rabies. “Apalagi kalau sampai wisatawan digigit dan tidak ada VAR, nanti bisa ramai. Bisa-bisa anjlok nanti pariwisata kita di Badung. Jadi kita harus tetap waspada. Ada satu anjing positif rabies kita harus eliminasi anjing yang ada di sekitarnya, daripada ada korban jiwa,” tandasnya.
Ditanya terkait adanya isu bila ada oknum nakal sengaja membuang anjing rabies ke daerah-daerah, sehingga setelah beberapa bulan kemudian kembali muncul orang digigit rabies?. “Begitu informasinya, makanya masih kami selidiki ini. Yang kami dengar ada oknum ini membuang satu anjing rabies, menggigit anjing lain dan menyebar. Itu yang saya dengar di luar Badung, kalau di Badung memang belum ada. Tapi tetap kami harus siaga,” kata Badra. Pihaknya pun sengaja menggandeng pihak terkait seperti kepolisian untuk melakukan pengawasan sehingga betul-betul ancaman itu dapat ditanggulangi. * asa
“Sesuai data kami, dari 72.798 populasi anjing sudah 97 persennya telah divaksinasi hingga bulan Agustus. Sebanyak 97 persen yang sudah divaksinasi itu angkanya kurang lebih 70.928. Tapi sisanya akan kami lakukan penyisiran,” kata Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (Disnakanlut) Badung I Made Badra, Kamis (22/9) kemarin.
Penyisiran lanjutan oleh tim Disnakanlut difokuskan pada tujuh wilayah. Salah satunya, kawasan Jimbaran yang masuk zona merah. Selain enam wilayah lainya adalah di Plaga, Dalung, Taman, Kuta, Munggu, dan Kerobokan.
Kenapa hanya di tujuh wilayah saja lokasi penyisiran? “Iya kita perlu sisir lagi untuk memastikan seluruh anjing yang ada di Badung tervaksin. Untuk di Jimbaran memang pasti, karena di sana masuk zona merah. Sedangkan di enam wilayah lagi itu kami lakukan penyisiran jangan sampai ke luar merah,” tegasnya.
Lebih lanjut dikatakan, upaya penyisiran ini dilakukan demi memastikan Badung bebas dari kasus rabies. “Sampai sekarang di Badung belum ada kasus rabies yang kami temukan. Mudah-mudahan saja tidak ada. Kalau kasus gigitan anjing ada, kalau tidak salah hanya 11 kasus yang kami dapat datanya. Tapi itu tidak positif rabies. Yang positif rabies belum ada kami temukan,” kata pejabat asal Kuta ini.
Meski sudah ada pemetaan kawasan rawan, tetapi bukan berarti daerah lain tidak jadi perhatian. Menurut Badra, semua wilayah tetap terus dipantau. Petugas pun terus siaga jika menerima laporan mendadak dari masyarakat.
Menurut Badra, waspada kasus rabies adalah harga mati, karena jika lengah akan memberikan dampak buruk terhadap perkembangan citra pariwisata di Badung. Apalagi kalau wisatawan mancanegara sampai tergigit anjing, dimana ternyata anjing si penggigit positif rabies. “Apalagi kalau sampai wisatawan digigit dan tidak ada VAR, nanti bisa ramai. Bisa-bisa anjlok nanti pariwisata kita di Badung. Jadi kita harus tetap waspada. Ada satu anjing positif rabies kita harus eliminasi anjing yang ada di sekitarnya, daripada ada korban jiwa,” tandasnya.
Ditanya terkait adanya isu bila ada oknum nakal sengaja membuang anjing rabies ke daerah-daerah, sehingga setelah beberapa bulan kemudian kembali muncul orang digigit rabies?. “Begitu informasinya, makanya masih kami selidiki ini. Yang kami dengar ada oknum ini membuang satu anjing rabies, menggigit anjing lain dan menyebar. Itu yang saya dengar di luar Badung, kalau di Badung memang belum ada. Tapi tetap kami harus siaga,” kata Badra. Pihaknya pun sengaja menggandeng pihak terkait seperti kepolisian untuk melakukan pengawasan sehingga betul-betul ancaman itu dapat ditanggulangi. * asa
Komentar