Bottas Buka Kemenangan F1 Musim 2020
SPIELBERG, NusaBali
Pebalap Finlandia Valtteri Bottas menjadi juara seri pembuka musim 2020 balap F1 GP Austria pada Minggu (5/7) di Red Bull Ring, Austria.
Start dari posisi terdepan, Bottas dengan nyaman sanggup memimpin jalannya balapan sejak lap pertama hingga lap terakhir. Valtteri Bottas langsung melesat untuk memimpin balapan. Dia langsung menciptakan gap yang cukup jauh dengan pembalap di belakangnya.
Gap sejauh 2,4 detik antara Bottas dan Max Verstappen (Red Bull Ring) di posisi kedua langsung tercipta ketika balapan baru memasuki putaran ketiga. Sementara Lewis Hamilton, yang mendapat penalti turun posisi start ke urutan lima, kesulitan untuk menyalip Alexander Albon (Red Bull Ring) yang start di depannya. Namun begitu, Hamilton sanggup memperbaiki posisinya. Pada lap kesembilan dia sanggup menyalip Albon untuk menghuni posisi ketiga.
Petaka dialami Verstappen setelah mobilnya mengalami gagal mesin setelah melewati Tikungan 1 pada lap ke-11. Impian Verstappen untuk mencetak kemenangan ketiga secara beruntun di Austria pupus setelah dirinya harus rela gagal finis. Persaingan untuk posisi terdepan praktis menjadi milik duo Mercedes.
Para seri pembuka musim 2020 yang mundur empat bulan ini, pebalap memulai prosesi melakukan aksi berlutut. Para pebalap F1 ingin menunjukkan solidaritas mereka terhadap kasus rasisme yang menimpa George Floyd, warga Afrika-Amerika yang dibunuh oknum polisi Minneapolis akhir Mei lalu. Kegiatan itu mencontoh para pemain sepakbola di Liga Inggris yang berlutut sebelum memulai pertandingan.
Melansir Autosport, tidak semua pebalap rupanya ingin mengikuti aksi berlutut sebelum balapan dimulai. Beberapa di antara mereka keberatan melakukannya karena dapat menimbulkan kekhawatiran tentang makna berlutut sendiri dalam budaya dan negara mereka. Pernyataan itu disampaikan Daniel Ricciardo yang merupakan pebalap tim Renault. Menurutnya, semua pihak sepakat mendukung perlawanan melawan rasisme, tetapi ada beberapa pebalap yang merasa tidak nyaman andai diminta berlutut. "Pada dasarnya kami semua 100 persen mendukung untuk pemberantasan rasisme. Tidak ada dari kami yang anti dengan itu, jadi kami semua mendukung soal ini," kata Ricciardo, dikutip dari Autosport.
"Namun ada sedikit garis tegas dari beberapa driver dan negara mereka soal bagaimana hal itu dirasakan. Kami semua mendengarkan mereka dan seluruh pendapatnya, sehingga kami sampai pada keputusan untuk tidak ingin membahayakan siapa pun. Kami semua mengerti jika kami akan melakukan apa yang membuat kami nyaman. Yang jelas, tidak akan ada yang menghakimi atau mengkritik jika mereka tidak berlutut," ujarnya.*
Gap sejauh 2,4 detik antara Bottas dan Max Verstappen (Red Bull Ring) di posisi kedua langsung tercipta ketika balapan baru memasuki putaran ketiga. Sementara Lewis Hamilton, yang mendapat penalti turun posisi start ke urutan lima, kesulitan untuk menyalip Alexander Albon (Red Bull Ring) yang start di depannya. Namun begitu, Hamilton sanggup memperbaiki posisinya. Pada lap kesembilan dia sanggup menyalip Albon untuk menghuni posisi ketiga.
Petaka dialami Verstappen setelah mobilnya mengalami gagal mesin setelah melewati Tikungan 1 pada lap ke-11. Impian Verstappen untuk mencetak kemenangan ketiga secara beruntun di Austria pupus setelah dirinya harus rela gagal finis. Persaingan untuk posisi terdepan praktis menjadi milik duo Mercedes.
Para seri pembuka musim 2020 yang mundur empat bulan ini, pebalap memulai prosesi melakukan aksi berlutut. Para pebalap F1 ingin menunjukkan solidaritas mereka terhadap kasus rasisme yang menimpa George Floyd, warga Afrika-Amerika yang dibunuh oknum polisi Minneapolis akhir Mei lalu. Kegiatan itu mencontoh para pemain sepakbola di Liga Inggris yang berlutut sebelum memulai pertandingan.
Melansir Autosport, tidak semua pebalap rupanya ingin mengikuti aksi berlutut sebelum balapan dimulai. Beberapa di antara mereka keberatan melakukannya karena dapat menimbulkan kekhawatiran tentang makna berlutut sendiri dalam budaya dan negara mereka. Pernyataan itu disampaikan Daniel Ricciardo yang merupakan pebalap tim Renault. Menurutnya, semua pihak sepakat mendukung perlawanan melawan rasisme, tetapi ada beberapa pebalap yang merasa tidak nyaman andai diminta berlutut. "Pada dasarnya kami semua 100 persen mendukung untuk pemberantasan rasisme. Tidak ada dari kami yang anti dengan itu, jadi kami semua mendukung soal ini," kata Ricciardo, dikutip dari Autosport.
"Namun ada sedikit garis tegas dari beberapa driver dan negara mereka soal bagaimana hal itu dirasakan. Kami semua mendengarkan mereka dan seluruh pendapatnya, sehingga kami sampai pada keputusan untuk tidak ingin membahayakan siapa pun. Kami semua mengerti jika kami akan melakukan apa yang membuat kami nyaman. Yang jelas, tidak akan ada yang menghakimi atau mengkritik jika mereka tidak berlutut," ujarnya.*
Komentar