Terapi Ozon, Alternatif Pembersihan dari Covid-19
DENPASAR, NusaBali
Tak bisa dipungkiri, meski telah memasuki tatanan hidup di era baru, namun masih belum ada yang benar-benar menjadi obat untuk menangani Covid-19.
Melalui webinar yang diselenggarakan oleh Orchid Associates bertajuk Covid-19 Protokol New Normal Seminar Online, salah satu pembicara yakni Chai Tjuatcha, owner dari klinik BHCC Utama, mengutarakan salah satu alternatif pengobatan Covid-19 melalui terapi ozon.
Sebelumnya, terdapat alternatif menggunakan radiasi ultraviolet (UV) sebagai salah satu cara pensterilan dari Covid-19. “Ada lagi satu yang mungkin dilupakan oleh kita, yaitu namanya ozon. Ozon itu sudah dipakai lama sekali dalam dunia industri kita, misalnya air minum. Air minum didisinfektan dengan dua, yaitu dengan UV dan dengan ozon,” ungkap Chai Tjuatcha, Kamis (9/7).
Jika ditilik dari sejarah pun, rupanya ozon telah digunakan dalam praktek kesehatan sejak lama. Beberapa yang disebutkan, antara lain di tahun 1799 saat ozon mulai digunakan untuk pembersihan luka dan bakteri anaerob. Kemudian, di tahun 1885, ozon juga digunakan oleh seorang dokter bernama dr Charles Kenworthy untuk terapi pada kesehatan manusia.
Di kliniknya sendiri, yakni Klinik BHCC, telah menerapkan praktek disinfeksi alat dengan ozon dan UV ini untuk membersihkan alat medis pasca digunakan, utamanya dalam pencucian luka atau darah. Penggunaan UV sendiri terbatas penggunaannya dengan catatan bahwa UV tidak boleh dilakukan jika manusia atau makhluk hidup lain ada di tempat tersebut.
“Kalau dengan ozon dengan kadar yang tepat, itu boleh beredar 24 jam dan tidak menimbulkan suatu efek negatif bagi makhluk hidup, baik bagi bayi, orang tua, dan sebagainya,” lanjut Chai Tjuatcha.
Penggunaan ozon kepada di kliniknya dilakukan dengan menerima sebanyak 50 pasien per hari. Pemberian ozon dilakukan dalam waktu 24 jam, yang setiap jamnya ozon akan bekerja selama 20 menit. Dari terapi ini, dalam waktu tiga jam ozon dapat berkurang sebesar 75%. Hingga saat ini, klaim Chai Tjuatcha, hampir tidak ada tingkat infeksius yang terjadi.
Melalui presentasinya ini, Chai Tjuatcha juga menjelaskan bagaimana ozon yang digunakan untuk terapi ini terbentuk. Sejatinya, ozon berasal dari oksigen yang dimasukan ke dalam suatu ruang atau chamber dan dialiri dengan listrik. Proses ini akan memecah oksigen (O2) menjadi single O yang bersifat tidak stabil.
Molekul O ini akan menempel pada O2 yang menjadi O3 atau lebih, yang merupakan ozon itu sendiri. Ozon yang notabene terbentuk dari O2 dan merupakan unsur alami ini, jika digunakan dalam darah pasien, maka tidak bisa menggunakan oksigen biasa, melainkan menggunakan oksigen dengan medical grade.*cr74
1
Komentar