Sebelum Bunuh Diri, Korban 'Usir' Orangtuanya dari Rumah
Tidak Dibelikan Motor, Gadis 18 Tahun Nekat Ulahpati dengan Gantung Diri
Beberapa jam sebelum ditemukan tewas gantung diri di rumahnya kawasan Desa Apuan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, korban Ni Putu Eli Martini sempat membuat status di WA yang menyebut-nyebut dirinya akan mati
TABANAN, NusaBali
Seorang gadis asal Banjar/Desa Apuan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Ni Putu Eli Martini, 18, ditemukan tewas gantung diri di ruang tamu rumahnya, Sabtu (11/7) sore. Dugaan sementara, gadis berusia 18 tahun ini nekat bunuh diri hanya gara-gara tidak dibelikan motor baru oleh orangtuanya. Sebelum nekat ulahpati, korban sempat ‘usir’ kedua orangtuanya dari rumah.
Informasi di lapangan, kematian tragis korban Ni Putu Eli Martini pertama kali diketahui ayahnya, I Made Arsha, saat baru pulang dari berkunjung ke rumah keluarganya di Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi, Badung, Sabtu sore sekitar pukul 17.00 Wita. Gadis berusia 18 tahun ini tewas menggantung dengan leher terjerat selendang yang dikaitkan ke kayu plafon ruang tamu.
Peristiwa heboh ini langsung dilaporkan ke aparat desa dan polisi. Begitu menerima laporkan, petugas Polsek Baturiti dengan membonceng petugas medis, langsung turun ke lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP, meminta keterangan saksi-saksi, serta memeriksa mayat korban Ni Puti Eli Martini. Dari hasil pemeriksaan luar, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di rumah korban.
Menurut Kapolsek Baturiti, AKP Fahmi Hamdani, gadis beruasia 18 tahun yang kesehariannya bekerja di sebuah rumah makan kawasan Badung ini disimpulkan murni meninggal karena bunuh diri dengan cara gantung diri. Pasalnya, korban tewas dengan lidah menjulur dan keluar air mani dari alat vitalnya, sebagai layaknya orang gantung diri.
Mayat korban langsung disemayamkan di rumah duka sembari menunggu upacara penguburan, tanpa dibawa ke rumah sakit lagi. Lagipula, pihak keluarga tak mau dilakukan otopsi jenazah. Pihak keluarga sudah menerima peristiwa maut ini sebagai musibah,” ungkap AKP Fahmi Hamdani, Minggu kemarin.
AKP Fahmi menyebutkan, pihaknya sudah meminta keterangan di lapangan, termasuk orangtua korban. Terungkap, korban Putu Eli Marrtini diduga kuat nekat ulahpati (bunuh diri) karena keinginannya untuk dibelikan motor baru tidak bisa dipenuhi orangtuanya, yang memang keluarga kurang mampu.
Beberapa jam sebelum ditemukan tewas gantung diri, korban Putu Eli Martini sempat ribut dengan orangtuanya, terkait permintaan untuk membeli motor tersebut. Bahkan, korban sampai menyuruh ayah, ibu, dan kedua adiknya pergi dari rumah.
Karena ‘diusir’, kedua orangtua dan dua adik korban pun pergi ke rumah kerabatnya di Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi. Sedangkan korban Putu Eli Martini tinggal sendirian di rumah. “Namun, saat balik pulang sorenya, sang ayah menemukan putrinya ini tewas gantung diri,” papar AKP Fahmi.
Korban Putu Eli Martini merupakan anak sulung dari tiga bersaudara pasangan I Made Arsha dan Ni Ketut Sulasti. Sedangkan dua adiknya, nomor dua perempuan dan si bungsu laki-laki, masih duduk di bangku Kelas VI SD.
Sebelum tewas bunuh diri, korban Putu Eli Martini sempat membuat status di WhatsApp (WA), Sabtu pagi pukul 10.00 Wita. Dalam statusnya, korban menyebut-nyebut dirinya akan mati. “Baang be tiyang mati, do tiyang bin pengelingine (Biarkan sudah saya mati, jangan saya ditangisi, Red),” bunyi status di WA korban.
Sementara itu, Kepala Desa (Perbekel) Apuan, I Made Admaja, juga membenarkan korban Putu Eli Martini diduga nekat bunuh diri karena tidak dibelikan motor oleh orangtuanya. Menurut Made Admmaja, korban menginginkan motor baru. Tapi, karena situasi sekarang sedang sulit, orangtuanya belum bisa memenuhi keinginan korban. “Itulah yang menjadi permasalahan,” ujar Admaja saat dihubungi NusaBali terpisah, Minggu kemarin.
Admaja menyebutkan, korban Putu Eli Martini sudah setahun lebih bekerja di sebuah rumah makan kawasan Badung kurang lebih setahun. Kesehariannya, korban tinggal kos bersama temannya. Jika libur, baru pulang kampung ke Banjar/Desa Apuan.
Korban Putu Eli Martini diketahui pulang kampung ke Desa Apuan, Jumat (10/7) malam atau sehari sebelum tewas gantung diri. “Anak itu sempat jatuh di kaswasan Marga, Tabanan, lalu dijemput sama bapaknya untuk diajak pulang, Jumat malam,” papar Perbekel Apuan ini.
Menurut Admaja, korban Putu Eli Martini merupakan tulang punggung dan harapan keluarga. Orangtuanya termasuk keluarga kurang mampu. Sedangkan kedua adik korban masuk daftar sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PKH). Per Agustus 2020 nanti, keluarga korban akan mendapat bantuan bedah rumah dari desa.
Hingga Minggu kemarin, jenazah gadis korban bunuh diri ini masih disemayamkan di rumah duka. Jenazah Putu Eli Martini rencananya akan dipuacarai makingsan ring gni di Setra Desa Adat Apuan pada Buda Paing Landep, Rabu (15/7) lusa.
“Kebetulan, di Desa Adat Apuan ada 3 orang meninggal dunia. Sesuai aturan adat, kalau ada tiga orang meninggal, tidak boleh dikubur. Maka, jenazah gadis korban gantung diri akan diupacara mekingsan ring gni, hari Rabu nanti,” tandas Admaja. *des
Seorang gadis asal Banjar/Desa Apuan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Ni Putu Eli Martini, 18, ditemukan tewas gantung diri di ruang tamu rumahnya, Sabtu (11/7) sore. Dugaan sementara, gadis berusia 18 tahun ini nekat bunuh diri hanya gara-gara tidak dibelikan motor baru oleh orangtuanya. Sebelum nekat ulahpati, korban sempat ‘usir’ kedua orangtuanya dari rumah.
Informasi di lapangan, kematian tragis korban Ni Putu Eli Martini pertama kali diketahui ayahnya, I Made Arsha, saat baru pulang dari berkunjung ke rumah keluarganya di Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi, Badung, Sabtu sore sekitar pukul 17.00 Wita. Gadis berusia 18 tahun ini tewas menggantung dengan leher terjerat selendang yang dikaitkan ke kayu plafon ruang tamu.
Peristiwa heboh ini langsung dilaporkan ke aparat desa dan polisi. Begitu menerima laporkan, petugas Polsek Baturiti dengan membonceng petugas medis, langsung turun ke lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP, meminta keterangan saksi-saksi, serta memeriksa mayat korban Ni Puti Eli Martini. Dari hasil pemeriksaan luar, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di rumah korban.
Menurut Kapolsek Baturiti, AKP Fahmi Hamdani, gadis beruasia 18 tahun yang kesehariannya bekerja di sebuah rumah makan kawasan Badung ini disimpulkan murni meninggal karena bunuh diri dengan cara gantung diri. Pasalnya, korban tewas dengan lidah menjulur dan keluar air mani dari alat vitalnya, sebagai layaknya orang gantung diri.
Mayat korban langsung disemayamkan di rumah duka sembari menunggu upacara penguburan, tanpa dibawa ke rumah sakit lagi. Lagipula, pihak keluarga tak mau dilakukan otopsi jenazah. Pihak keluarga sudah menerima peristiwa maut ini sebagai musibah,” ungkap AKP Fahmi Hamdani, Minggu kemarin.
AKP Fahmi menyebutkan, pihaknya sudah meminta keterangan di lapangan, termasuk orangtua korban. Terungkap, korban Putu Eli Marrtini diduga kuat nekat ulahpati (bunuh diri) karena keinginannya untuk dibelikan motor baru tidak bisa dipenuhi orangtuanya, yang memang keluarga kurang mampu.
Beberapa jam sebelum ditemukan tewas gantung diri, korban Putu Eli Martini sempat ribut dengan orangtuanya, terkait permintaan untuk membeli motor tersebut. Bahkan, korban sampai menyuruh ayah, ibu, dan kedua adiknya pergi dari rumah.
Karena ‘diusir’, kedua orangtua dan dua adik korban pun pergi ke rumah kerabatnya di Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi. Sedangkan korban Putu Eli Martini tinggal sendirian di rumah. “Namun, saat balik pulang sorenya, sang ayah menemukan putrinya ini tewas gantung diri,” papar AKP Fahmi.
Korban Putu Eli Martini merupakan anak sulung dari tiga bersaudara pasangan I Made Arsha dan Ni Ketut Sulasti. Sedangkan dua adiknya, nomor dua perempuan dan si bungsu laki-laki, masih duduk di bangku Kelas VI SD.
Sebelum tewas bunuh diri, korban Putu Eli Martini sempat membuat status di WhatsApp (WA), Sabtu pagi pukul 10.00 Wita. Dalam statusnya, korban menyebut-nyebut dirinya akan mati. “Baang be tiyang mati, do tiyang bin pengelingine (Biarkan sudah saya mati, jangan saya ditangisi, Red),” bunyi status di WA korban.
Sementara itu, Kepala Desa (Perbekel) Apuan, I Made Admaja, juga membenarkan korban Putu Eli Martini diduga nekat bunuh diri karena tidak dibelikan motor oleh orangtuanya. Menurut Made Admmaja, korban menginginkan motor baru. Tapi, karena situasi sekarang sedang sulit, orangtuanya belum bisa memenuhi keinginan korban. “Itulah yang menjadi permasalahan,” ujar Admaja saat dihubungi NusaBali terpisah, Minggu kemarin.
Admaja menyebutkan, korban Putu Eli Martini sudah setahun lebih bekerja di sebuah rumah makan kawasan Badung kurang lebih setahun. Kesehariannya, korban tinggal kos bersama temannya. Jika libur, baru pulang kampung ke Banjar/Desa Apuan.
Korban Putu Eli Martini diketahui pulang kampung ke Desa Apuan, Jumat (10/7) malam atau sehari sebelum tewas gantung diri. “Anak itu sempat jatuh di kaswasan Marga, Tabanan, lalu dijemput sama bapaknya untuk diajak pulang, Jumat malam,” papar Perbekel Apuan ini.
Menurut Admaja, korban Putu Eli Martini merupakan tulang punggung dan harapan keluarga. Orangtuanya termasuk keluarga kurang mampu. Sedangkan kedua adik korban masuk daftar sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PKH). Per Agustus 2020 nanti, keluarga korban akan mendapat bantuan bedah rumah dari desa.
Hingga Minggu kemarin, jenazah gadis korban bunuh diri ini masih disemayamkan di rumah duka. Jenazah Putu Eli Martini rencananya akan dipuacarai makingsan ring gni di Setra Desa Adat Apuan pada Buda Paing Landep, Rabu (15/7) lusa.
“Kebetulan, di Desa Adat Apuan ada 3 orang meninggal dunia. Sesuai aturan adat, kalau ada tiga orang meninggal, tidak boleh dikubur. Maka, jenazah gadis korban gantung diri akan diupacara mekingsan ring gni, hari Rabu nanti,” tandas Admaja. *des
Komentar