16 Pedagang Menolak Di-Swab Test
Memilih Lakukan Karantina Mandiri 14 Hari
16 pedagang hasil tracing ini, ‘terprovokasi’ dari 19 pedagang di Pasar Abiantimbul yang sebelumnya juga protes karena kembali di-swab test, padahal hasil swab test pertama dinyatakan negatif.
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 16 pedagang di Pasar Abiantimbul, Desa Pemecutan Klod, Denpasar Barat menolak dilakukan swab test, Selasa (14/7). Belasan pedagang itu menolak diduga lantaran terprovokasi dari pedagang lainnya yang sebelumnya menolak melakukan swab kedua kalinya dan memilih pulang meninggalkan petugas yang datang ke pasar tersebut.
Direktur Utama (Dirut) Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar, IB Kompyang Wiranata, Selasa (14/7), mengungkapkan, sebanyak 16 pedagang tersebut merupakan hasil tracing. Mereka di-swab lantaran berjualan dengan radius 10 meter dari pedagang yang sudah dinyatakan positif Covid-19 sejak tanggal 10 Juli 2020 lalu.
Kata Wiranata, pedagang sepakat untuk melakukan swab Selasa kemarin, namun setelah petugas datang, mereka langsung bergegas pulang. "Bahkan ada yang sengaja tidak datang ke pasar. Tadi (kemarin, red) paling hanya 10 pedagang yang datang. Petugas datang malah mereka berkemas-kemas memilih untuk pulang dan tidak mau dilakukan swab test," ungkap Gus Kowi, sapaannya.
Dikatakan Gus Kowi, pihaknya sempat berkomunikasi dengan para pedagang yang sudah bersiap-siap untuk pulang. Namun, para pedagang itu mengaku tidak mau di-swab karena ‘terprovokasi’ oleh pedagang yang protes sebelumnya dan mengatakan swab test itu sakit. Selain itu juga mereka tidak mau di-swab test lantaran pihak Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 mengatakan harus dilakukan test kedua.
Dengan kondisi yang sudah tidak memungkinkan untuk berkomunikasi, pihaknya memberikan syarat kepada 16 pedagang tersebut untuk tidak berjualan sebelum bisa menunjukkan hasil swab negatif atau rapid test non reaktif. "Kami tidak bisa memaksakan mereka juga. Tapi kami tekanan jika mereka ingin berjualan lagi, mereka wajib bisa memperlihatkan hasil swab negatif atau paling tidak hasil rapid test non reaktif. Jika tidak mereka harus isolasi mandiri selama 14 haru," ungkapnya.
Mantan Ketua Komisi II DPRD Kota Denpasar ini mengatakan, para pedagang tersebut memilih karantina mandiri selama 14 hari ketimbang harus melakukan swab test. "Mereka sepakat untuk melakukan isolasi mandiri. Tetapi jika ingin berjualan kembali syaratnya itu tadi mereka wajib membawa hasil swab negatif atau hasil rapid tes non reaktif," imbuhnya.
Sementara itu, salah satu pedagang, bernama Suputro yang rencananya di-swab, mengaku memilih untuk diisolasi mandiri selama 14 hari ketimbang dilakukan swab test. Dia menyebut hasil swab test tidak jelas apalagi harus ada swab test kedua. "Saya tidak maulah swab test. Apalagi hasilnya tidak jelas, masa harus dua kali. Kalo terus di-swab kan nama kita tercemar dibilang kena Covid-19, udah gitu hasil gak jelas. Kan mending saya setuju yang dibilang sama Perumda Pasar untuk isolasi mandiri 14 hari," ujarnya.
Dikatakannya, semenjak ditemukan kasus positif di Pasar Abiantimbul, suasana pasar sangat sepi. Ketika ada yang berbelanja mereka tidak seperti biasanya leluasa santai memilih barang belanjaan. "Semenjak ada yang positif sepi sekali. Apalagi yang belanja itu cepat-cepatan karena takut Covid-19 katanya. Belanja satu saja sudah langsung pulang," ungkapnya.mis
Sebelunya, sebanyak 19 pedagang di Pasar Abiantimbul, Desa Pemecutan Klod, Denpasar Barat protes dengan aturan swab test dua kali, Senin (13/7). Mereka protes karena hasil swab yang baru keluar dua hari yang lalu, Sabtu (10/7) sudah dinyatakan negatif, namun didatangi pihak puskesmas kembali untuk dilakukan swab kedua. "Yang bikin protes, mereka sudah dinyatakan negatif, tetapi ingin di-swab lagi. Apalagi mereka (pedagang) kan tahunya kalau swab itu hanya sekali, belum pernah tahu kalau swab sampai dua kali setelah dinyatakan negatif. Mereka (GTPP) juga tidak ada koordinasi. Jadi ini yang membuat mereka bertanya-tanya," ungkap Dirut Perumda Pasar Sewakadarma, IB Kompyang Wiranata. *mis
Direktur Utama (Dirut) Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar, IB Kompyang Wiranata, Selasa (14/7), mengungkapkan, sebanyak 16 pedagang tersebut merupakan hasil tracing. Mereka di-swab lantaran berjualan dengan radius 10 meter dari pedagang yang sudah dinyatakan positif Covid-19 sejak tanggal 10 Juli 2020 lalu.
Kata Wiranata, pedagang sepakat untuk melakukan swab Selasa kemarin, namun setelah petugas datang, mereka langsung bergegas pulang. "Bahkan ada yang sengaja tidak datang ke pasar. Tadi (kemarin, red) paling hanya 10 pedagang yang datang. Petugas datang malah mereka berkemas-kemas memilih untuk pulang dan tidak mau dilakukan swab test," ungkap Gus Kowi, sapaannya.
Dikatakan Gus Kowi, pihaknya sempat berkomunikasi dengan para pedagang yang sudah bersiap-siap untuk pulang. Namun, para pedagang itu mengaku tidak mau di-swab karena ‘terprovokasi’ oleh pedagang yang protes sebelumnya dan mengatakan swab test itu sakit. Selain itu juga mereka tidak mau di-swab test lantaran pihak Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 mengatakan harus dilakukan test kedua.
Dengan kondisi yang sudah tidak memungkinkan untuk berkomunikasi, pihaknya memberikan syarat kepada 16 pedagang tersebut untuk tidak berjualan sebelum bisa menunjukkan hasil swab negatif atau rapid test non reaktif. "Kami tidak bisa memaksakan mereka juga. Tapi kami tekanan jika mereka ingin berjualan lagi, mereka wajib bisa memperlihatkan hasil swab negatif atau paling tidak hasil rapid test non reaktif. Jika tidak mereka harus isolasi mandiri selama 14 haru," ungkapnya.
Mantan Ketua Komisi II DPRD Kota Denpasar ini mengatakan, para pedagang tersebut memilih karantina mandiri selama 14 hari ketimbang harus melakukan swab test. "Mereka sepakat untuk melakukan isolasi mandiri. Tetapi jika ingin berjualan kembali syaratnya itu tadi mereka wajib membawa hasil swab negatif atau hasil rapid tes non reaktif," imbuhnya.
Sementara itu, salah satu pedagang, bernama Suputro yang rencananya di-swab, mengaku memilih untuk diisolasi mandiri selama 14 hari ketimbang dilakukan swab test. Dia menyebut hasil swab test tidak jelas apalagi harus ada swab test kedua. "Saya tidak maulah swab test. Apalagi hasilnya tidak jelas, masa harus dua kali. Kalo terus di-swab kan nama kita tercemar dibilang kena Covid-19, udah gitu hasil gak jelas. Kan mending saya setuju yang dibilang sama Perumda Pasar untuk isolasi mandiri 14 hari," ujarnya.
Dikatakannya, semenjak ditemukan kasus positif di Pasar Abiantimbul, suasana pasar sangat sepi. Ketika ada yang berbelanja mereka tidak seperti biasanya leluasa santai memilih barang belanjaan. "Semenjak ada yang positif sepi sekali. Apalagi yang belanja itu cepat-cepatan karena takut Covid-19 katanya. Belanja satu saja sudah langsung pulang," ungkapnya.mis
Sebelunya, sebanyak 19 pedagang di Pasar Abiantimbul, Desa Pemecutan Klod, Denpasar Barat protes dengan aturan swab test dua kali, Senin (13/7). Mereka protes karena hasil swab yang baru keluar dua hari yang lalu, Sabtu (10/7) sudah dinyatakan negatif, namun didatangi pihak puskesmas kembali untuk dilakukan swab kedua. "Yang bikin protes, mereka sudah dinyatakan negatif, tetapi ingin di-swab lagi. Apalagi mereka (pedagang) kan tahunya kalau swab itu hanya sekali, belum pernah tahu kalau swab sampai dua kali setelah dinyatakan negatif. Mereka (GTPP) juga tidak ada koordinasi. Jadi ini yang membuat mereka bertanya-tanya," ungkap Dirut Perumda Pasar Sewakadarma, IB Kompyang Wiranata. *mis
Komentar