Festival Muntigunung, Mengikis Kesan Negatif Kampung Gepeng
Festival Muntigunung di Banjar Muntigunung Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem, diselenggarakan untuk mengikis kesan negatif yang selama ini dikenal sebagai kampung gepeng
AMLAPURA, NusaBali
Berbagai kegiatan dilakukan, agar masyarakatnya lebih kreatif, berinovasi, dan mandiri membangun usaha melalui berbagai potensi lokal. Sehingga warga kian bermartabat, dan budaya menggepeng ditinggalkan secara perlahan.
Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri yang membuka acara festival tersebut, Selasa (27/9), mengajak seluruh lapisan masyarakat Desa Tianyar Barat bekerja keras agar lebih maju dan bisa mandiri membangun usaha sesuai potensi setempat.
Festival Muntigunung 2016 diawali acara Gerakan Muntigunung Membaca, Kamis (15/9), disusul memberikan pelatihan kepada 100 gepeng pada 18-25 September, dan terakhir Festival Muntigunung. “Banjar Muntigunung memiliki potensi besar untuk maju, modalnya objek wisata tradisional, kerajinan lokal, dan semangat kerja keras warganya,” jelas Bupati Mas Sumatri.
Festival Muntigunung nantinya diambilalih pemerintah, agar pelaksanaannya rutin setiap tahun. Sebab, memiliki potensi mengembangkan paket wisata terpadu.
Dalam festival itu Bupati Mas Sumatri mengajak segenap murid SD, melakukan gerakan salam literasi (keberaksaraan), membangkitkan semangat siswa SD, bertujuan agar membiasakan berpikir, diikuti proses membaca dan menulis. Sehingga nantinya menghasilkan karya nyata. “Literasi bisa terlaksana dengan baik, hendaknya didukung budaya lokal. Caranya melalui pendekatan, kemudahan akses, berbiaya murah, suasana menyenangkan, dan bisa berkelanjutan,” kata Bupati Mas Sumatri.
Penyelenggara Festival Muntigunung Perbekel Tianyar Barat yang asli Banjar Muntigunung I Gede Agung Pasrisak Juliawan mengakui hal itu. Banjar Muntigunung telah merintis desa wisata dengan potensi paket wisata yang layak jual, seperti, Muntigunung Trekking, Mata Air Penyambung Nyawa, prosesi upacara menguburkan jenazah tanpa ditimbun tanah, kerajinan daun lontar, dan tarian khas dari Banjar Muntigunung.
“Tinggal pemerintah membantu meningkatkan kualitas jalan, dan membuka akses jalan baru menghubungkan ke seluruh banjar,” kata Agung Juliawan. Dalam festival itu juga dilaunching Gerakan Karangasem Membaca, yang mengajak murid SDN 1 hingga SDN 8 Tianyar Barat, agar membiasakan diri membaca sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Festival juga menghadirkan 100 gepeng yang sebelumnya mendapatkan pelatihan menganyam daun lontar menjadi tamas dan mengemas dupa. * k16
Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri yang membuka acara festival tersebut, Selasa (27/9), mengajak seluruh lapisan masyarakat Desa Tianyar Barat bekerja keras agar lebih maju dan bisa mandiri membangun usaha sesuai potensi setempat.
Festival Muntigunung 2016 diawali acara Gerakan Muntigunung Membaca, Kamis (15/9), disusul memberikan pelatihan kepada 100 gepeng pada 18-25 September, dan terakhir Festival Muntigunung. “Banjar Muntigunung memiliki potensi besar untuk maju, modalnya objek wisata tradisional, kerajinan lokal, dan semangat kerja keras warganya,” jelas Bupati Mas Sumatri.
Festival Muntigunung nantinya diambilalih pemerintah, agar pelaksanaannya rutin setiap tahun. Sebab, memiliki potensi mengembangkan paket wisata terpadu.
Dalam festival itu Bupati Mas Sumatri mengajak segenap murid SD, melakukan gerakan salam literasi (keberaksaraan), membangkitkan semangat siswa SD, bertujuan agar membiasakan berpikir, diikuti proses membaca dan menulis. Sehingga nantinya menghasilkan karya nyata. “Literasi bisa terlaksana dengan baik, hendaknya didukung budaya lokal. Caranya melalui pendekatan, kemudahan akses, berbiaya murah, suasana menyenangkan, dan bisa berkelanjutan,” kata Bupati Mas Sumatri.
Penyelenggara Festival Muntigunung Perbekel Tianyar Barat yang asli Banjar Muntigunung I Gede Agung Pasrisak Juliawan mengakui hal itu. Banjar Muntigunung telah merintis desa wisata dengan potensi paket wisata yang layak jual, seperti, Muntigunung Trekking, Mata Air Penyambung Nyawa, prosesi upacara menguburkan jenazah tanpa ditimbun tanah, kerajinan daun lontar, dan tarian khas dari Banjar Muntigunung.
“Tinggal pemerintah membantu meningkatkan kualitas jalan, dan membuka akses jalan baru menghubungkan ke seluruh banjar,” kata Agung Juliawan. Dalam festival itu juga dilaunching Gerakan Karangasem Membaca, yang mengajak murid SDN 1 hingga SDN 8 Tianyar Barat, agar membiasakan diri membaca sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Festival juga menghadirkan 100 gepeng yang sebelumnya mendapatkan pelatihan menganyam daun lontar menjadi tamas dan mengemas dupa. * k16
1
Komentar