Tukang Suwun Pasar Galiran Tewas Cebur Diri ke Tukad Unda
Diduga Stres Usai 14 Hari Diisolasi Bersama Warga Sebanjar di Cegeng
Sekitar 6 tahun lalu, korban Ni Nengah Beluh juga sempat nekat mencoba bunuh diri dengan cara yang sama, mencebur di tebing Tukad Unda kawasan Banjar Cegeng, Desa Kertha Buana, Kecamatan Sidemen. Karangasem. Namun, saat itu nyawanya berhasil diselamatkan
AMLAPURA, NusaBali
Seorang tukang suwun (buruh angkut barang) di Pasar Galiran, Kelurahan Semarapura Kelod, Kecamatan Klungkung, Ni Nengah Beluh, 61, nekat bunuh diri dengan cara mencebur ke Tukad Unda dari tebing setinggi hampir 100 meter, Jumat (24/7) pagi. Perempuan asal Banjar Cegeng, Desa Kertha Buana, Kecamatan Sidemen, Karangasem ini diduga stres karena sempat menjalani isolasi selama 14 hari bersama warga sebanjar akibat pandemi Covid-19.
Aksi ulahpati (bunuh diri) korban Dadong (Nenek) Ni Nengah Beluh terjadi Jumat pagi sekitar pukul 06.00 Wita, di Tukad Unda kawasan Banjar Cegeng, Desa Kertha Buana. Terjun dari ketinggian, tubuh Dadong Beluh ditemukan dalam kondisi remuk bagian kepala, di mana kedua tangan dan kakinya patah, karena sempat benturan dengan beberapa batang pohon. Tubuh korban ditemukan nyangkut pada pa-ngkal pohon di dasar jurang, dalam posisi miring.
Informasi di lapangan, sebelum bunuh diri, korban Dadong Beluh pergi dari rumah, Jumat subuh sekitar pukul 05.00 Wita. Kepada suaminya, I Nengah Rupet, korban pamitan hendak buang air besar. Tetapi, perempuan berusia 61 tahun ini bukannya ke kamar mandi, tapi justru menuju ke arah tebing Tukad Unda yang berjarak sekitar 8 meter arah timur dari rumahnya.
Karena korban Dadong Beluh tak kunjung balik ke rumah, sang suami yakni Pekak (Kakek) I Nengah Rupet memberitahu salah satu anaknya, I Ketut Dite, untuk menjemput ibunya. Ketut Dite pun hingga tiga kali bolak-balik mencari ibunya, Dadong Beluh, menyusuri tebing Kali Unda bersama keponakannya, I Komang Sujana. Namun, upaya pencarian tidak membuahkan hasil.
Ketut Dite kemudian teringat peristiwa 6 tahun silam, ketika ibunya sempat nekat mencoba bunuh diri dengan cara mencebur ke jurang di tebing Tukad Unda. Maka, Ketut Dite pun mendatangi lokasi TKP di mana korban sebelumnya mencoba bunuh diri.
Ternyata benar, korban Dadong Beluh bunuh diri dengan mencebur dari tebing Tukad Unda. Mayatnya kemudian ditemukan nyangkut di pangkal pohon dasar jurang, dalam kondisi tubuh remuk. Peristiwa maut ini dilaporkan ke Polsek Sidemen.
Tak lama berselang, jajajaran kepolisian yang dipimpin langsung Kapolsek Sidemen, AKP I Nyoman Artadana, datang ke lokasi bersama petugas medis dari Puskesmas Sidemen, Sri Maryati, untuk melakukan olah TKP, memeriksa, dan mengevakuasi jasad korban. Selanjutnya, jasad korban dibawa ke rumah duka di Banjar Cegeng, Desa Kertha Buana.
Kapolsek Sidemen, AKP I Nyoman Artadana, mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak ada tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. Kemastian tragis korban Dadong Beluh disimpulkan terjadi murni terjadi karena jatuh ke jurang. "Apakah jatuh karena bunuh diri atau terpeleset, tidak ditahui, karena tak ada saksi. Namun, korban diduga sedngaja bunuh diri, mengingat 6 tahun lalu sempat nekat hendak menceburkan ke jurang di tempat yang sama," jelas AKP Artadana.
Sementara, dari pihak keluarga menduga korban Dadong Beluh stres setelah menjalani karantina selama 14 hari, akibat pandemi Covid-19. Korban diisolasi, karena kesehariannya bekerja sebagai tukwang suwun di Pasar Galiran, Klungkung, yang jadi klaster penyebaran Covid-19. Ada 19 warga Banjar Cegeng yang terpapar Covid-19, sehingga krama sebanjar harus diisolasi selama 14 hari. Mereka rata-rata kesehariannya mencari nafkah di Pasar Galiran.
Nah, karena selaam 14 hari tidak boleh beraktivitas keluar rumah, korban Dadong Beluh diduga stres. Lagipula, korban juga agak pikun. Kebetulan, pagi kemarin salah satu cucu korban lahir di Klungkung, sehingga banyak anggota keluarganya pergi menengok. Di rumahnya di Banjar Cegeng hanya korban berdua dengan suaminya, Pekak Nengah Rupet, dan seorang anaknya, I Ketut Dite.
Korban Dadong Beluh berpulang buat selamanya dengan meninggalkan suami tercita Pekak Rupet, serta 5 anak, 8 cucu, dan 2 cicit. Berdasarkan hasil rembuk keluarga, jenazah Dadong Beluh sudah langsung dikubutkan di Setra Desa Adat Tohjiwa, Desa Kertha Buana, Jumat sore pukul 15.00 Wita. "Saya sudah merelakan istri saya meninggal, tidak perlu jenazahnya diotopsi,” tutur suami korban, Pekak Rupet.
Sementara itu, Kelian Banjar Cegeng, Desa Kertha Buana, I Nyoman Sulendra, mengatakan korban Dadong Beluh masih kuat bekerja sebagai tukang suwun di Pasar Galiran, meski usianya sudah 61 tahun. Disebutkan, korban sebelumnya sempat nekat mencoba bunuh diri dengan mencebur ke jurang, 6 tahun silam. “Beruntung, saat itu nyawanya berhasil diselamatkan,” terang Nyoman Sulendra, Jumat kemarin. *k16
Seorang tukang suwun (buruh angkut barang) di Pasar Galiran, Kelurahan Semarapura Kelod, Kecamatan Klungkung, Ni Nengah Beluh, 61, nekat bunuh diri dengan cara mencebur ke Tukad Unda dari tebing setinggi hampir 100 meter, Jumat (24/7) pagi. Perempuan asal Banjar Cegeng, Desa Kertha Buana, Kecamatan Sidemen, Karangasem ini diduga stres karena sempat menjalani isolasi selama 14 hari bersama warga sebanjar akibat pandemi Covid-19.
Aksi ulahpati (bunuh diri) korban Dadong (Nenek) Ni Nengah Beluh terjadi Jumat pagi sekitar pukul 06.00 Wita, di Tukad Unda kawasan Banjar Cegeng, Desa Kertha Buana. Terjun dari ketinggian, tubuh Dadong Beluh ditemukan dalam kondisi remuk bagian kepala, di mana kedua tangan dan kakinya patah, karena sempat benturan dengan beberapa batang pohon. Tubuh korban ditemukan nyangkut pada pa-ngkal pohon di dasar jurang, dalam posisi miring.
Informasi di lapangan, sebelum bunuh diri, korban Dadong Beluh pergi dari rumah, Jumat subuh sekitar pukul 05.00 Wita. Kepada suaminya, I Nengah Rupet, korban pamitan hendak buang air besar. Tetapi, perempuan berusia 61 tahun ini bukannya ke kamar mandi, tapi justru menuju ke arah tebing Tukad Unda yang berjarak sekitar 8 meter arah timur dari rumahnya.
Karena korban Dadong Beluh tak kunjung balik ke rumah, sang suami yakni Pekak (Kakek) I Nengah Rupet memberitahu salah satu anaknya, I Ketut Dite, untuk menjemput ibunya. Ketut Dite pun hingga tiga kali bolak-balik mencari ibunya, Dadong Beluh, menyusuri tebing Kali Unda bersama keponakannya, I Komang Sujana. Namun, upaya pencarian tidak membuahkan hasil.
Ketut Dite kemudian teringat peristiwa 6 tahun silam, ketika ibunya sempat nekat mencoba bunuh diri dengan cara mencebur ke jurang di tebing Tukad Unda. Maka, Ketut Dite pun mendatangi lokasi TKP di mana korban sebelumnya mencoba bunuh diri.
Ternyata benar, korban Dadong Beluh bunuh diri dengan mencebur dari tebing Tukad Unda. Mayatnya kemudian ditemukan nyangkut di pangkal pohon dasar jurang, dalam kondisi tubuh remuk. Peristiwa maut ini dilaporkan ke Polsek Sidemen.
Tak lama berselang, jajajaran kepolisian yang dipimpin langsung Kapolsek Sidemen, AKP I Nyoman Artadana, datang ke lokasi bersama petugas medis dari Puskesmas Sidemen, Sri Maryati, untuk melakukan olah TKP, memeriksa, dan mengevakuasi jasad korban. Selanjutnya, jasad korban dibawa ke rumah duka di Banjar Cegeng, Desa Kertha Buana.
Kapolsek Sidemen, AKP I Nyoman Artadana, mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak ada tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. Kemastian tragis korban Dadong Beluh disimpulkan terjadi murni terjadi karena jatuh ke jurang. "Apakah jatuh karena bunuh diri atau terpeleset, tidak ditahui, karena tak ada saksi. Namun, korban diduga sedngaja bunuh diri, mengingat 6 tahun lalu sempat nekat hendak menceburkan ke jurang di tempat yang sama," jelas AKP Artadana.
Sementara, dari pihak keluarga menduga korban Dadong Beluh stres setelah menjalani karantina selama 14 hari, akibat pandemi Covid-19. Korban diisolasi, karena kesehariannya bekerja sebagai tukwang suwun di Pasar Galiran, Klungkung, yang jadi klaster penyebaran Covid-19. Ada 19 warga Banjar Cegeng yang terpapar Covid-19, sehingga krama sebanjar harus diisolasi selama 14 hari. Mereka rata-rata kesehariannya mencari nafkah di Pasar Galiran.
Nah, karena selaam 14 hari tidak boleh beraktivitas keluar rumah, korban Dadong Beluh diduga stres. Lagipula, korban juga agak pikun. Kebetulan, pagi kemarin salah satu cucu korban lahir di Klungkung, sehingga banyak anggota keluarganya pergi menengok. Di rumahnya di Banjar Cegeng hanya korban berdua dengan suaminya, Pekak Nengah Rupet, dan seorang anaknya, I Ketut Dite.
Korban Dadong Beluh berpulang buat selamanya dengan meninggalkan suami tercita Pekak Rupet, serta 5 anak, 8 cucu, dan 2 cicit. Berdasarkan hasil rembuk keluarga, jenazah Dadong Beluh sudah langsung dikubutkan di Setra Desa Adat Tohjiwa, Desa Kertha Buana, Jumat sore pukul 15.00 Wita. "Saya sudah merelakan istri saya meninggal, tidak perlu jenazahnya diotopsi,” tutur suami korban, Pekak Rupet.
Sementara itu, Kelian Banjar Cegeng, Desa Kertha Buana, I Nyoman Sulendra, mengatakan korban Dadong Beluh masih kuat bekerja sebagai tukang suwun di Pasar Galiran, meski usianya sudah 61 tahun. Disebutkan, korban sebelumnya sempat nekat mencoba bunuh diri dengan mencebur ke jurang, 6 tahun silam. “Beruntung, saat itu nyawanya berhasil diselamatkan,” terang Nyoman Sulendra, Jumat kemarin. *k16
Komentar