Film 'Memargi Antar' Karya Sineas Klungkung Diputar di 16 Negara
SEMARAPURA, NusaBali
Para sineas (pembuat film) muda Klungkung memproduksi film berjudul ‘Memargi Antar’ (kepergian yang sempurna). Film ini dilaunching secara virtual bertepatan dengan Hari Anak Nasional di salah satu tempat, Desa Kamasan, Kecamatan Klungkung, Kamis (23/7) malam.
Film itu disutradarai Ni Putu Mulyani, menceritakan kisah Putu, seorang anak perempuan Bali yang tidak dipedulikan oleh ayahnya. Sang ayah sibuk dengan pacar barunya. Hal tersebut membuat Putu ingin bertemu ibunya yang sudah lama meninggal. Agar bisa bertemu dan tinggal selamanya dengan ibunya, Putu terpikir untuk melanggar salah satu pantangan ritual Hindu Bali yakni Mepandes.
Ditambahkan Ketua Komunitas Cinema Klungkung I Gusti Made Aryadi SSn MSn, dalam tradisi ritual ini, saat Mapandes tak boleh memejamkan mata. Namun ketika Putu ikut Mapandes, dia malah memejamkan kedua matanya. Mitos ‘dilarang pejamkan mata saat Mapandes’ itu diketahui dari cerita pamannya.
Saat memejamkan mata itu lah, Putu malam melihat sosok sang ayah sedang mengangkat teleponnya. Saat itu pula, Putu kesal karena sang ayah tak mau hadir menyaksikan dirinya Mapandes.
‘’Nah, saat pejamkan mata itu juga Putu melihat semacam siluet menuju matahari terbenam. Tak pasti dijelaskan, apakah terbenam berarti kematian atau apa. Disanalah pemaknaan dari Memargi Antar (kepergian yang sempurna) itu,’’ jelasnya.
Mulyani mengaku sangat bangga karena dirinya dan teman-teman diberi kesempatan mewakili Klungkung membuat film yang mengungkit tentang mitos dan kebudayaan di Klungkung. “Selain menambah wawasan tentang film, kami juga mendapat pengalaman yang sangat berharga dan pastinya penting untuk menjadi bekal di kemudian hari,” ujar Mulyani, Jumat (25/7).
Film ini juga diputar di 16 negara yakni Indonesia, Hong Kong, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Myanmar, dan beberapa negara lain di Asia. Kemudian Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan UEA di Timur Tengah, serta Afrika Selatan.
Ketua Komunitas Cinema Klungkung I Gusti Made Aryadi SSn MSn, sebagai penanggung jawab, mengatakan bertepatan dengan Hari Anak Nasional, Kamis (23/7), dilaksanakan acara launching film dan nonton bareng (nobar) Viu Shorts Season 2. “Acara ini dilaksanakan selama seminggu di 16 kota berbeda di Indonesia,” ujar Gusti Aryadi. Dalam hal ini Klungkung mendapat kehormatan untuk menjadi kota pertama di Bali yang dapat ikut andil dalam program Viu Shorts Season 2.
Pada saat yang bersamaan juga dilaunching film pendek berjudul Kalang Obong, garapan dari sineas muda asal Kendal, Jawa Tengah. Kemudian, 24 Juli film ‘Penari Larangan’ dari Majalengka, Jawa Barat. Kakaluk Fulan Fehan, Atambua, NTT. 25 Juli, Dawuk, Cilacap, Jawa Tengah dan Danau Pengantin, Tangerang, Banten, Bulu Mata, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. 26 Juli, Melaiq, Mataram, NTB, Ikan Merah, Magelang, Jawa Tengah, dan Kelar Kelor, Kulon Progo, Jawa Tengah. 27 Juli Lima Wasto, Surakarta, Jawa Tengah, Pohon Pengantin, Salatiga, Jawa Tengah. 28 Juli, G-Rain, Jawa Timur, Lae Pandaroh, Dairi, Sumatera Utara. 29 Juli, Kanak Kembar, Sangatta, Kalimantan Timur, La Love, Palu, Sulawesi Tengah.
Program ini bertujuan untuk menggali potensi-potensi dan cerita urban mengenai kisah percintaan dan mitos dari daerah masing-masing. “Hal tersebut yang akan membuat generasi muda ini dapat menggali potensi dan peluang mereka dalam dunia perfilman,” kata Gusti Aryadi.
Kegiatan ini di Klungkung didukung oleh beberapa partner lokal yakni Pemkab Klungkung dan Komunitas Film Cinema Klungkung. Karena semangat dari anak-anak muda Klungkung, partner lokal ini senantiasa membantu sehingga film ‘Mamargi Antar’ sukses mewakili Klungkung di Viu Shorts Season 2 ini.
Aryadi sangat mengapresiasi kegiatan dan program tersebut sehingga ada kesempatan bagi filmaker untuk berkarya dan mengasah skill. Dia mengharapkan program ini mampu memberikan inspirasi kepada anak-anak muda Klungkung agar tetap semangat dan terus berkarya.
Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudpora) Klungkung, Komang Sukarya berharap dengan kearifan lokal yang di angkat dalam film ini, Klungkung menjadi semakin dikenal di seluruh dunia. “Mengenai kearifan lokal dan budaya-budaya yang kita miliki, atau ke unikan yang berkaitan dengan upacara-upacara keagamaan yang barangkali masih tercecer, bisa diangkat di kemudian hari,” harapnya.
Kata dia, kearifan lokal budaya Klungkung bisa dikenal di tingkat nasional maupun internasional melalui penayangan film. “Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Viu Shorts atas programnya ini, dan tidak lupa para rekan dan adik-adik yang sudah bekerja keras untuk membuat film,” katanya. *wan
Komentar