Geliat Bank Sampah Kaliber di Tengah Pandemi
Sejak awal didirikan tahun 2017, bank sampah ini menerima tabungan warga dalam bentuk sampah organik.
SINGARAJA, NusaBali
Banyak cara yang bisa dilakukan warga untuk memenuhi kebutuhannya, terutama di tengah pandemi. Salah satunya dengan cara menabung sampah dan menukarnya dengan uang. Keberadaan bank sampah terus diminati warga. Selain membantu perekonomian, keberadaan bank sampah juga dinilai efektif untuk mengedukasi masyarakat terkait sampah dan meningkatkan kepedulian lingkungan.
Salah satunya adalah Bank Sampah Kalibukbuk Bersih (Kaliber) yang berada di Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Sejak awal didirikan bank sampah ini menerima tabungan warga dalam bentuk sampah organik. "Sejak awal berdiri respons masyarakat cukup baik, mereka sangat antusias dengan keberadaan bank sampah. Karena kini warga tahu kalau sampah yang ada di sekitarnya itu sebenarnya punya nilai ekonomis," kata Direktur Bank Sampah Kaliber, I Ketut Budiasa, Sabtu (25/7).
Ia menyebutkan, saat ini nasabah Bank Sampah Kaliber sudah berjumlah 871 orang dari awalnya hanya 30 nasabah saat kali pertama dibuka. Nasabah-nasabah itu merupakan warga di Desa Kaliber yang tersebar di tiga banjar, yakni Banjar Celuk Buluh, Banjar Banyualit, dan Banjar Kalibukbuk. Selain perorangan, sejumlah instansi juga tergabung menjadi nasabah. "Nasabahnya itu warga di sini. Ada juga 5 sekolah mulai dari SD hingga SMP, hotel dan villa juga ada 5," kata Budiasa.
Keberadaan Bank Sampah Kaliber, lanjutnya, cukup membantu warga di musim pandemi ini. Karena sampah yang ditabung bisa diambil dalam bentuk uang untuk menutupi kebutuhan mereka. "Mereka yang dulunya bekerja, tetapi kemudian dirumahkan karena pandemi, sementara kebutuhan uang terus berjalan. Makanya cukup banyak yang ambil tabungannya. Hampir seluruh nasabah," tutur alumnus Fakultas Pertanian Universitas Udayana ini.
"Tabungan yang ditarik bervariasi. Paling banyak Rp 800 ribu. Ada juga tabungan-tabungan yang dari awal tidak pernah diambil kemudian diambil," imbuh Budiasa.
Untuk aktivitas pemilahan dan penjemputan sampah tetap berlangsung selama pandemi. "Sebelum pandemi setiap hari Sabtu atau Minggu rutin warga menyetorkan sampahnya. Namun karena sekarang warga banyak yang di rumah jadi tidak menentu harinya setor sampah. Bisa awal pekan atau akhir pekan," tambahnya.
Yang pasti, kata dia, setoran sampah organik di Bank Sampah Kaliber tetap sama dari sebelum pandemi, yakni rata-rata 1 ton setiap bulannya. Sedangkan kegiatan les pelajaran gratis dan les tari gratis dengan menukar sampah yang diinisiasi pihaknya untuk sementara dihentikan semenjak pandemi merebak empat bulan yang lalu. "Kegiatan itu memang menyasar anak-anak bagaimana mereka memilah sampah dan peduli pada lingkungan sedini mungkin. Sayangnya kegiatan tersebut selama pandemi harus kami berhentikan dulu sementara," ujar pria asal Banjar Dinas Celuk Buluh, Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.
Ia menambahkan, Bank Sampah Kaliber didirikan sejak tahun 2017 lalu dengan semangat peduli lingkungan melalui program Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng tentang Bank Sampah. "Didirikan saat Kadis-nya waktu itu Pak Nyoman Genep. Astungkara sampai sekarang Bank Sampah Kaliber masih berdiri dan terus berkembang," ungkap pria yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga kontrak di salah satu SKPD Kabupaten Buleleng ini.
Budiasa menyebut, awalnya pihaknya yang datang dan mengambil sampah-sampah yang sudah dikumpulkan warga. Namun saat ini sebagian besar warga yang datang ke bank sampah dan membawa sampah yang sudah dipilah dan akan ditabung. Sampah-sampah tersebut dihargai Rp 300 hingga Rp 6.000 setiap kilogramnya. "Awalnya kami sistemnya jemput bola. Namun ada juga program bagi yang mengantar sampahnya sendiri sampah tersebut dihargai lebih mahal, hingga dua kali lipatnya. Makanya mereka tertarik mengantarkan sendiri," pungkasnya.*cr75
Salah satunya adalah Bank Sampah Kalibukbuk Bersih (Kaliber) yang berada di Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Sejak awal didirikan bank sampah ini menerima tabungan warga dalam bentuk sampah organik. "Sejak awal berdiri respons masyarakat cukup baik, mereka sangat antusias dengan keberadaan bank sampah. Karena kini warga tahu kalau sampah yang ada di sekitarnya itu sebenarnya punya nilai ekonomis," kata Direktur Bank Sampah Kaliber, I Ketut Budiasa, Sabtu (25/7).
Ia menyebutkan, saat ini nasabah Bank Sampah Kaliber sudah berjumlah 871 orang dari awalnya hanya 30 nasabah saat kali pertama dibuka. Nasabah-nasabah itu merupakan warga di Desa Kaliber yang tersebar di tiga banjar, yakni Banjar Celuk Buluh, Banjar Banyualit, dan Banjar Kalibukbuk. Selain perorangan, sejumlah instansi juga tergabung menjadi nasabah. "Nasabahnya itu warga di sini. Ada juga 5 sekolah mulai dari SD hingga SMP, hotel dan villa juga ada 5," kata Budiasa.
Keberadaan Bank Sampah Kaliber, lanjutnya, cukup membantu warga di musim pandemi ini. Karena sampah yang ditabung bisa diambil dalam bentuk uang untuk menutupi kebutuhan mereka. "Mereka yang dulunya bekerja, tetapi kemudian dirumahkan karena pandemi, sementara kebutuhan uang terus berjalan. Makanya cukup banyak yang ambil tabungannya. Hampir seluruh nasabah," tutur alumnus Fakultas Pertanian Universitas Udayana ini.
"Tabungan yang ditarik bervariasi. Paling banyak Rp 800 ribu. Ada juga tabungan-tabungan yang dari awal tidak pernah diambil kemudian diambil," imbuh Budiasa.
Untuk aktivitas pemilahan dan penjemputan sampah tetap berlangsung selama pandemi. "Sebelum pandemi setiap hari Sabtu atau Minggu rutin warga menyetorkan sampahnya. Namun karena sekarang warga banyak yang di rumah jadi tidak menentu harinya setor sampah. Bisa awal pekan atau akhir pekan," tambahnya.
Yang pasti, kata dia, setoran sampah organik di Bank Sampah Kaliber tetap sama dari sebelum pandemi, yakni rata-rata 1 ton setiap bulannya. Sedangkan kegiatan les pelajaran gratis dan les tari gratis dengan menukar sampah yang diinisiasi pihaknya untuk sementara dihentikan semenjak pandemi merebak empat bulan yang lalu. "Kegiatan itu memang menyasar anak-anak bagaimana mereka memilah sampah dan peduli pada lingkungan sedini mungkin. Sayangnya kegiatan tersebut selama pandemi harus kami berhentikan dulu sementara," ujar pria asal Banjar Dinas Celuk Buluh, Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.
Ia menambahkan, Bank Sampah Kaliber didirikan sejak tahun 2017 lalu dengan semangat peduli lingkungan melalui program Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng tentang Bank Sampah. "Didirikan saat Kadis-nya waktu itu Pak Nyoman Genep. Astungkara sampai sekarang Bank Sampah Kaliber masih berdiri dan terus berkembang," ungkap pria yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga kontrak di salah satu SKPD Kabupaten Buleleng ini.
Budiasa menyebut, awalnya pihaknya yang datang dan mengambil sampah-sampah yang sudah dikumpulkan warga. Namun saat ini sebagian besar warga yang datang ke bank sampah dan membawa sampah yang sudah dipilah dan akan ditabung. Sampah-sampah tersebut dihargai Rp 300 hingga Rp 6.000 setiap kilogramnya. "Awalnya kami sistemnya jemput bola. Namun ada juga program bagi yang mengantar sampahnya sendiri sampah tersebut dihargai lebih mahal, hingga dua kali lipatnya. Makanya mereka tertarik mengantarkan sendiri," pungkasnya.*cr75
1
Komentar