Buleleng Turun Status, 3 Kabupaten Masuk Level Waspada
Prakiraan Potensi Kekeringan di Wilayah Bali
MANGUPURA, NusaBali
Setelah Kota Denpasar masuk dalam level waspada kekeringan, kini Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengkategorikan tiga kabupaten lainnya yakni Bangli, Karangasem, dan Klungkung masuk dalam kategori level waspada.
Hal ini dipicu karena tiga daerah tersebut sudah tidak diguyur hujan selama 20 hingga 30 hari. Sementara, status siaga yang sempat disandang Kabupaten Buleleng sudah turun ke waspada karena wilayah tersebut sudah pernah diguyur hujan.
Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar Iman Fatchurochman, menerangkan dari hasil monitoring kejadian hari kering berturut-turut dan prediksi probabilistik curah hujan dasarian satu, terdapat indikasi potensi kekeringan meteorologis hingga dasarian kedua. Dari analisa itu, tiga wilayah yakni Bangli, Karangasem, dan Klungkung dikategorikan dalam level waspada kekeringan setelah menyusul Kota Denpasar. Sementara, Kabupaten Buleleng yang sebelumnya masuk level siaga sudah turun ke kategori waspada.
“Jadi untuk sejumlah wilayah di Pulau Dewata ini masuk dalam kategori waspada kering semua. Untuk kategori wilayah yang masuk dalam level waspada kering itu berdasarkan indikator hari tanpa hujan (HTH) atau deret hari kering yang bervariasi antara 21 sampai 30 hari,” ungkap Iman, Minggu (26/7) siang.
Dijelaskannya, perhitungan kabupaten/kota disebut masuk dalam level waspada kekeringan, karena sudah tidak pernah diguyur hujan dalam 20 hingga 30 hari terakhir. Iman berharap kondisi kekeringan di Pulau Dewata tidak sampai pada level awas seperti yang terjadi di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Terkait perhitungan tanggal tidak pernah turun hujan berturut turut ini dilakukan pihaknya pada 20 Juli lalu. “Total yang masuk waspada sampai saat ini ada lima kabupaten/kota. Sebelumnya Buleleng itu siaga, tapi sudah turun hujan. Sehingga, status siaga sudah dipatahkan karena mengalami hujan satu hari. Sementara, empat kabupaten/kota lainnya sudah tidak diguyur hujan dalam rentang 20 hingga 30 hari,” beber Iman.
Prakiraan dan analisa wilayah yang masuk dalam kategori waspada itu, menurut Iman, diharap bisa memberikan acuan bagi instansi atau dinas pertanian, dalam hal ini menyiasati cara atau bercocok tanam. Untuk tanaman yang rentan gagal panen, seperti padi bisa diganti dengan tanaman yang bisa ‘toleran’ dengan kondisi kekeringan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya hujan, menyebabkan air tanah di lapisan dangkal air berkurang. Sementara untuk kondisi air tanah untuk kebutuhan air minum sejauh ini masih dikategorikan cukup. “Masyarakat harus bisa menyiasati kondisi kekeringan itu. Kalau persediaan air tanah untuk konsumsi seperti sumur atau air bor masih banyak,” ungkap Iman.
Selain mewanti-wanti petani, Iman juga berharap masyarakat selalu memperhatikan kondisi alam atau hutan sekitar tempat tinggal. Pasalnya, kondisi kekeringan tersebut rawan memicu kebakaran.
“Lantaran kondisi jarang hujan, secara otomatis menyebabkan suhu semakin panas. Untuk itu perlu diwaspadai soal kebakaran. Meski kondisi saat ini jarang hujan, tapi bukan berarti ke depannya tidak turun hujan, karena kondisi suhu muka laut dan tekanan udara sekitar Bali saat ini memungkinkan akan terjadi hujan ke depannya,” beber Iman. *dar
Komentar