Harap Bupati Ajak ASN Beli Barang Seni
Perajin dan Pedagang Pasar Seni Kelimpungan
Para pedagang dan seniman-seniman kecil di Gianyar sangat mengandalkan pasar seni ini.
GIANYAR, NusaBali
Sejak pandemi Covid-19, pertengahan Februari 2020, tidak ada kunjungan wisatawan ke Pasar Seni Sukawati di pasar relokasi, Banjar Peninjoan, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Karena itu, para pedagang barang seni ini mengharapkan Bupati Gianyar dan para pejabat mau mengajak para aparatur sipil negara (ASN) atau pegawai agar berbelanja ke pasar ini.
Dengan kebijakan itu, para pedagang akan lebih mudah dapat pagarus (penjualan awal untuk pelaris,Red) dan pasar akan terpancing jadi ramai. Informasi di pasar setempat, Senin (27/7), para pedagang dan seniman-seniman kecil di Gianyar sangat mengandalkan pasar seni ini. Karena di pasar ini mereka dapat menjual barang seni untuk mencukupi segala kebutuhan. Namun karena pandemi, mereka kelimpungan akibat pasar sepi. Perajin barang seni hanya berdiam diri, dan tak sedikit yang maburuh seni seperti pematung, juru gambar, dan lainnya, kehilangan pekerjaan.
Nyoman Pramadi salah satu pedagang lukisan di Pasar Seni Sukawati, mengatakan kalau sudah memasuki bulan Juli, wisatawan biasanya ramai bahkan kebanyakan berbelanja di pasar seni. "Sebaliknya, saat ini sangat sepi. Jika pun ada itu hanya warga lokal dan jumlahnya sangat sedikit," ujar Pramadi, Senin (27/7).
Kini dia dan para pedagang lain yang berjualan barang serupa, tidak bisa berbuat banyak. Lantaran yang mereka jual itu barang-barang seni. Berbeda halnya dengan sembako atau kebutuhan pokok lainnya. "Kalau sembako, baju, celana masih ada yang nyari. Sementara lukisan, patung, pernak-pernik lainya sangat sepi pembeli," jelasnya.
Pramadi telah berjualan lukisan sejak tahun 90an ini tidak memiliki strategi untuk berjualan, selain hanya membuka kiosnya di lokasi pasar relokasi. Menurutnya kalau berjualan melalui online susah, lebih banyak keluar uang untuk beli kuota internet dari pada barang laku. "Kami jualan barang seni, kalau tidak dilihat langsung, susah orang akan tertarik," ungkapnya.
Pria asal Banjar Dentiyis, Desa Bantuan ini berharap, dan ingin menyampaikan kepada Pemkab Gianyar agar mengajak para ASN di lingkungan Pemkab ikut serta berbelanja barang-barang seni. Meskipun belanjanya tidak banyak. "Biar bisa saja ini mutar, bukan hanya untuk yang saya jual saja, tapi untuk pedagang lain juga," harapnya sambil menunjukan lukisan-lukisan yang dia pajang.
Ditambahkan Pramadi, jumlah pedagang yang berjualan di pasar ini 780 lebih pedagang. Namun tidak semuanya dapat buka kios. Dia sendiri merasa beruntung dapat tempat di depan, sehingga berani buka kios. Toh, sulit juga dapat pembeli. Sementara rekan-rekannya di bagian belakang tidak berani buka.
Dikonfirmasi terpisah, Bupati Gianyar Made ‘Agus’ Mahayastra mengatakan akan mengkaji usulan tersebut. Kajian itu karena barang seni tiak termasuk kebutuhan pokok seperti daging babi yang sempat dibeli oleh para ASN di Pemkab Gianyar. ‘’Komoditas barang seni kan umumnya turis yang beli. Tapi kami akan coba kaji usulan ini,’’ jelas bupati yang juga Ketua DPC PDIP Gianyar ini. *nvi,lsa
Dengan kebijakan itu, para pedagang akan lebih mudah dapat pagarus (penjualan awal untuk pelaris,Red) dan pasar akan terpancing jadi ramai. Informasi di pasar setempat, Senin (27/7), para pedagang dan seniman-seniman kecil di Gianyar sangat mengandalkan pasar seni ini. Karena di pasar ini mereka dapat menjual barang seni untuk mencukupi segala kebutuhan. Namun karena pandemi, mereka kelimpungan akibat pasar sepi. Perajin barang seni hanya berdiam diri, dan tak sedikit yang maburuh seni seperti pematung, juru gambar, dan lainnya, kehilangan pekerjaan.
Nyoman Pramadi salah satu pedagang lukisan di Pasar Seni Sukawati, mengatakan kalau sudah memasuki bulan Juli, wisatawan biasanya ramai bahkan kebanyakan berbelanja di pasar seni. "Sebaliknya, saat ini sangat sepi. Jika pun ada itu hanya warga lokal dan jumlahnya sangat sedikit," ujar Pramadi, Senin (27/7).
Kini dia dan para pedagang lain yang berjualan barang serupa, tidak bisa berbuat banyak. Lantaran yang mereka jual itu barang-barang seni. Berbeda halnya dengan sembako atau kebutuhan pokok lainnya. "Kalau sembako, baju, celana masih ada yang nyari. Sementara lukisan, patung, pernak-pernik lainya sangat sepi pembeli," jelasnya.
Pramadi telah berjualan lukisan sejak tahun 90an ini tidak memiliki strategi untuk berjualan, selain hanya membuka kiosnya di lokasi pasar relokasi. Menurutnya kalau berjualan melalui online susah, lebih banyak keluar uang untuk beli kuota internet dari pada barang laku. "Kami jualan barang seni, kalau tidak dilihat langsung, susah orang akan tertarik," ungkapnya.
Pria asal Banjar Dentiyis, Desa Bantuan ini berharap, dan ingin menyampaikan kepada Pemkab Gianyar agar mengajak para ASN di lingkungan Pemkab ikut serta berbelanja barang-barang seni. Meskipun belanjanya tidak banyak. "Biar bisa saja ini mutar, bukan hanya untuk yang saya jual saja, tapi untuk pedagang lain juga," harapnya sambil menunjukan lukisan-lukisan yang dia pajang.
Ditambahkan Pramadi, jumlah pedagang yang berjualan di pasar ini 780 lebih pedagang. Namun tidak semuanya dapat buka kios. Dia sendiri merasa beruntung dapat tempat di depan, sehingga berani buka kios. Toh, sulit juga dapat pembeli. Sementara rekan-rekannya di bagian belakang tidak berani buka.
Dikonfirmasi terpisah, Bupati Gianyar Made ‘Agus’ Mahayastra mengatakan akan mengkaji usulan tersebut. Kajian itu karena barang seni tiak termasuk kebutuhan pokok seperti daging babi yang sempat dibeli oleh para ASN di Pemkab Gianyar. ‘’Komoditas barang seni kan umumnya turis yang beli. Tapi kami akan coba kaji usulan ini,’’ jelas bupati yang juga Ketua DPC PDIP Gianyar ini. *nvi,lsa
Komentar