Dua Siswa SMPN 1 Singaraja Kantongi Tiga Medali POSI
Olimpiade secara online menjadi tantangan baru siswa berprestasi di masa pandemi Covid-19.
SINGARAJA, NusaBali
Pandemi Covid-19 tak menghalangi siswa SMPN 1 Singaraja (Spensa) untuk merengkuh prestasi. Dua siswa kelas IX, baru-baru ini berhasil menyabet tiga medali di ajang Pelatihan Olimpiade Sains Indonesia (POSI) Tingkat Nasional, 11 Juli 2020, secara online. Tiga medali yang diraih yakni satu medali emas untuk Bahasa Inggris dan dua medali perak untuk IPS dan Matematika.
Kedua siswa tersebut yakni Made Suralaya Indra Nata,14, ikut olimpiade IPS dan Michael Alexander Teja,14, Bahasa Inggris dan Matematika. Indra dan Michael saat ditemui di sekolahnya, Selasa (28/7), mengaku mengikuti event POSI bernaung di bawah Kompetisi Sains Nasional (KSN) untuk mengukur kemampuan diri. Dia mendaftarkan diri pada 8 Juli 2020. Setelah mendaftar, dia bersaing dengan ratusan peserta dari seluruh Indonesia. Seluruh peserta ikut lomba dengan melogin link yang disiapkan dan menjawab 50 soal pilihan ganda secara online. “Saat lomba, panitia memberikan rentang waktu pukul 08.00 Wita sampai 17.00 Wita. Jadi, kami bebas mau login dan jawab soalnya jam berapa, yang jelas waktu penyelesaian soal setelah login itu hanya dua jam,” ujar siswa bercita-cita jadi antropolog ini.
Dia memaparkan, Olimpiade IPS diikuti 115 peserta. Hasilnya, anak bungsu dari dua bersaudara ini harus puas mendapat medali perak. Sedangkan rekannya, Michael Alexander Teja, memutuskan untuk mengikuti dua kompetisi yakni Matematika dan Bahasa Inggris di hari yang sama. Hasilnya, cukup memuaskan. Anak sulung pasangan Swinatra Teja - Tjan Siauw In ini, berhasil menyabet medali emas pada mapel Bahasa Inggris dan perak di mapel Matematika. “Pagi saya ikuti Bahasa Inggris, siangan lanjut ke Matematika. Mapel Bahasa Inggris tidak nyangka dapet emas, karena saingan lebih sedikit hanya 90 orang. Beda dengan Matematika ada 230 peserta,” kata siswa kelahiran 14 Mei 2006 ini.
Indra dan Michael mengaku sudah beberapa kali mengikuti lomba secara online sehingga hampir tidak ada kendala. Hanya saja mereka mengaku lebih greget jika mengikuti lomba langsung karena dapat melihat langsung peserta lainnya. Komunikasi dengan panitia juga bisa dilakukan jika ada tidak dimengerti.
Namun lomba secara online ini cukup fair dan tidak bisa berbuat curang, dan bisa menyontek atau bertanya ke orang lain. “Kalau cari jawaban di google soal langsung log out. Kalau tanya ke orang lain juga tidak bisa karena waktunya pendek, sehingga lebih pada logika dan fokus ke soal,” imbuh Michael.
Kepala SMPN 1 Singaraja Dra Ni Putu Karnadhi MSi mengatakan keberhasilan dua siswanya mengikuti olimpiade online bukan pertama kali. Mereka sudah terbiasa karena sekolah juga telah memberlakukan sistem daring (dalam jaringan) dalam pembinaan mapel. Bahkan sebelum pandemi Covid-19, pembinaan dengan mendatangkan dosen pembina. Jika berhalangan tatap muka, pembinaan dilakukan secara daring.
“Sekolah memang memfasilitsi anak-anak ini dalam program reguler pembinaan khusus untuk group penggemar mata pelajaran selain mereka ikut privat mandiri. Tetapi tetap dalam kontrol sekolah, ikut kegiatan apa di luar atau perlu buku penunjang di sekolah harus lapor dulu,” kata Karnadhi.
Jelas dia, keikutsertaan siswa dalam lomba online ini diikuti secara mandiri, mulai dari pendaftaran hingga proses menjawab soal. Namun mereka tetap melaporkan kegiatan ke pembina. “Kami memang siapkan pola kemandirian siswa, sehingga situasi pandemi ini tidak memengaruhi mereka ingin berlomba. Tetapi tetap dalam pengawasan dan pendampingan dari sekolah melalui guru pembina,” tegas dia.* k23
Pandemi Covid-19 tak menghalangi siswa SMPN 1 Singaraja (Spensa) untuk merengkuh prestasi. Dua siswa kelas IX, baru-baru ini berhasil menyabet tiga medali di ajang Pelatihan Olimpiade Sains Indonesia (POSI) Tingkat Nasional, 11 Juli 2020, secara online. Tiga medali yang diraih yakni satu medali emas untuk Bahasa Inggris dan dua medali perak untuk IPS dan Matematika.
Kedua siswa tersebut yakni Made Suralaya Indra Nata,14, ikut olimpiade IPS dan Michael Alexander Teja,14, Bahasa Inggris dan Matematika. Indra dan Michael saat ditemui di sekolahnya, Selasa (28/7), mengaku mengikuti event POSI bernaung di bawah Kompetisi Sains Nasional (KSN) untuk mengukur kemampuan diri. Dia mendaftarkan diri pada 8 Juli 2020. Setelah mendaftar, dia bersaing dengan ratusan peserta dari seluruh Indonesia. Seluruh peserta ikut lomba dengan melogin link yang disiapkan dan menjawab 50 soal pilihan ganda secara online. “Saat lomba, panitia memberikan rentang waktu pukul 08.00 Wita sampai 17.00 Wita. Jadi, kami bebas mau login dan jawab soalnya jam berapa, yang jelas waktu penyelesaian soal setelah login itu hanya dua jam,” ujar siswa bercita-cita jadi antropolog ini.
Dia memaparkan, Olimpiade IPS diikuti 115 peserta. Hasilnya, anak bungsu dari dua bersaudara ini harus puas mendapat medali perak. Sedangkan rekannya, Michael Alexander Teja, memutuskan untuk mengikuti dua kompetisi yakni Matematika dan Bahasa Inggris di hari yang sama. Hasilnya, cukup memuaskan. Anak sulung pasangan Swinatra Teja - Tjan Siauw In ini, berhasil menyabet medali emas pada mapel Bahasa Inggris dan perak di mapel Matematika. “Pagi saya ikuti Bahasa Inggris, siangan lanjut ke Matematika. Mapel Bahasa Inggris tidak nyangka dapet emas, karena saingan lebih sedikit hanya 90 orang. Beda dengan Matematika ada 230 peserta,” kata siswa kelahiran 14 Mei 2006 ini.
Indra dan Michael mengaku sudah beberapa kali mengikuti lomba secara online sehingga hampir tidak ada kendala. Hanya saja mereka mengaku lebih greget jika mengikuti lomba langsung karena dapat melihat langsung peserta lainnya. Komunikasi dengan panitia juga bisa dilakukan jika ada tidak dimengerti.
Namun lomba secara online ini cukup fair dan tidak bisa berbuat curang, dan bisa menyontek atau bertanya ke orang lain. “Kalau cari jawaban di google soal langsung log out. Kalau tanya ke orang lain juga tidak bisa karena waktunya pendek, sehingga lebih pada logika dan fokus ke soal,” imbuh Michael.
Kepala SMPN 1 Singaraja Dra Ni Putu Karnadhi MSi mengatakan keberhasilan dua siswanya mengikuti olimpiade online bukan pertama kali. Mereka sudah terbiasa karena sekolah juga telah memberlakukan sistem daring (dalam jaringan) dalam pembinaan mapel. Bahkan sebelum pandemi Covid-19, pembinaan dengan mendatangkan dosen pembina. Jika berhalangan tatap muka, pembinaan dilakukan secara daring.
“Sekolah memang memfasilitsi anak-anak ini dalam program reguler pembinaan khusus untuk group penggemar mata pelajaran selain mereka ikut privat mandiri. Tetapi tetap dalam kontrol sekolah, ikut kegiatan apa di luar atau perlu buku penunjang di sekolah harus lapor dulu,” kata Karnadhi.
Jelas dia, keikutsertaan siswa dalam lomba online ini diikuti secara mandiri, mulai dari pendaftaran hingga proses menjawab soal. Namun mereka tetap melaporkan kegiatan ke pembina. “Kami memang siapkan pola kemandirian siswa, sehingga situasi pandemi ini tidak memengaruhi mereka ingin berlomba. Tetapi tetap dalam pengawasan dan pendampingan dari sekolah melalui guru pembina,” tegas dia.* k23
Komentar