Tikus Serang 527 Hektare Tanaman Padi di Tabanan
TABANAN, NusaaBali
Serangan hama tikus terhadap tanaman padi petani di Kabupaten Tabanan meluas.
Sejak Januari sampai pertengahan Juli 2020, tanaman padi yang diserang mencapai seluas 527 hektare. Bahkan jumlah itu sudah mengakibatkan puso seluas 124 ha.
Data dari Dinas Pertanian Tabanan, wilayah yang paling parah terimbas hama tikus adalah Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Tabanan, dan Kecamatan Penebel.
Selain hama tikus, penyakit blast juga menyerang padi petani di Tabanan. Total luas lahan yang diserang penyakit blast seluas 126 ha tersebar di seluruh kecamatan di Tabanan.
Koordinator Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Dinas Pertanian Tabanan I Nengah Durmita seizin Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Nyoman Budana, menerangkan serangan hama tikus di 2020 memang semakin meluas, terutama pada Mei dan Juni.
Sesuai dengan pengawasan ke lapangan, dari Januari hingga pertengahan Juli, padi yang diserang tikus sudah mencapai 527 ha. “Yang paling banyak padi petani diserang ada di Kecamatan Kerambitan, Penebel, dan Tabanan,” ungkap Durmita, Rabu (29/7).
Kata Durmita, untuk Kecamatan Kerambitan total padi petani yang diserang seluas 254 ha, Kecamatan Tabanan seluas 107 ha, dan Kecamatan Penebel seluas 93 ha. “Sementara untuk kecamatan lain juga terimbas namun jumlahnya lebih sedikit,” imbuhnya.
Durmita menjelaskan, dengan adanya serangan hama tikus tersebut, seluas 124 ha padi petani mengalami puso. Namun petani yang mengalami puso sudah mengikuti AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi) dan asuransinya sudah diklaim.
Durmita menyebutkan upaya mengendalikan hama tikus sudah dilakukan berkali-kali secara massal. Bahkan petani yang terimbas serangan padi sudah dibantu dengan pestisida. “Mudah-mudahan untuk ke depan serangan tikus bisa menurun,” harapnya.
Menurut Durmita, umur padi yang biasanya diserang tikus adalah padi yang sudah berumur 50 hari atau menjelang panen. Kemudian penyakit blast, padi yang rentan diserang mulai berumur 1 bulan. Penyakit blast mulanya dari daun menyerang dengan ciri-ciri padi berwarna cokelat. Jika sudah ada penyakit tersebut petani diminta segera melakukan penanganan dengan penyemprotan.
Dengan kondisi tersebut, Durmita mengimbau kepada petani, satu minggu setelah panen diharapkan melakukan pengeropyokan sarang tikus. Seperti diketahui perkembangan tikus sangat cepat, sepasang tikus saja dengan didukung pakan secara terus menerus, bisa beranak 1.200 ekor per tahun. “Maka dari itu pengendalian harus dilakukan secara cepat, agar populasi menjadi rendah,” tandas Durmita.
Selain itu untuk bisa menekan populasi tikus, satu minggu setelah tanam, petani diminta melakukan pengumpanan di sarang tikus. Dengan kondisi itu otomatis populasi tikus bisa ditekan.
Sementara untuk pengendalian penyakit blast, padi yang ditanam harus bergantian. Karena padi jenis ciherang sama sigelis paling rentan diserang penyakit blast. Kalau bisa petani harus bisa mengganti varietas setiap musim tanam. “Penyakit blast menyerang biasanya beradaptasi dulu, kalau sudah selang seling varietasnya otomatis bisa ditekan,” ucap Durmita. *des
1
Komentar