Hujan, 'Macan dan Rangda' Berteduh di Emperan Toko
Hujan yang mengguyur Bangli dan sekitarnya, Minggu (2/10), membuat aktivitas warga terhambat.
BANGLI, NusaBali
Seperti yang dialami Sekaa Barong Anak-anak dari Banjar Langkaan, Desa Kayubihi, Kecamatan/Kabupaten Bangli. Tengah bersemangat ngelawang di sekitar jalan raya Penatahan, Susut di Kecamatan Susut, Minggu sore kemarin, tiba-tiba hujan lebat mengguyur. Sekaa barong anak-anak ini pun berlarian menuju emperan toko.
“Hujan nika pak, mengaso dulu pang tan belus (Hujan pak, istirahat dulu biar tak basah),” kata Kelian Sekaa Barong Anak-anak I Wayan Supriadi.
Sekaa tersebut beranggotakan 25 orang anak-anak. Karena itulah Supriadi dan rekan-rekannya berdesak-desakan di emperan toko. Tentu saja ‘Barong Macan’ dan sosok Rangda’, piranti utama sekaa mereka ‘diajak’ serta, selain perangkat gamelan dan peralatan lain seperti kober. Begitu juga pajeng (payung) dan sokasi wadah uang hasil tanggapan. “Hasil ngelawang ini kami tabung,” tambah Nengah Suardiana, anggota sekaa barong anak-anak ini.
Kata Suardiana, perolehan ngelawang tidak menentu. Kadang-kadang, kalau ‘mujur’ sekaa ini bisa mengantongi Rp 900 ribu sehari ngelawang. Tetapi mereka tak tiap hari ngelawang. Menurut anak-anak ini, mereka ngelawang tergantung sekaa dan kondisi di sekolah, karena mereka semua adalah pelajar. Ada yang SD, ada yang SMP. Jika sedang sibuk dan konsentrasi di sekolah, mereka tidak ngelawang.
Selain itu rentang waktu gelawang pun ada batasannya, selama sebulan (35 hari) sejak Buda Kliwon Dunggulan (Hari Raya Galungan) sampai dengan Buda Kliwon Uku Pahang yang disebut Pegat Uwakan. * k17
Seperti yang dialami Sekaa Barong Anak-anak dari Banjar Langkaan, Desa Kayubihi, Kecamatan/Kabupaten Bangli. Tengah bersemangat ngelawang di sekitar jalan raya Penatahan, Susut di Kecamatan Susut, Minggu sore kemarin, tiba-tiba hujan lebat mengguyur. Sekaa barong anak-anak ini pun berlarian menuju emperan toko.
“Hujan nika pak, mengaso dulu pang tan belus (Hujan pak, istirahat dulu biar tak basah),” kata Kelian Sekaa Barong Anak-anak I Wayan Supriadi.
Sekaa tersebut beranggotakan 25 orang anak-anak. Karena itulah Supriadi dan rekan-rekannya berdesak-desakan di emperan toko. Tentu saja ‘Barong Macan’ dan sosok Rangda’, piranti utama sekaa mereka ‘diajak’ serta, selain perangkat gamelan dan peralatan lain seperti kober. Begitu juga pajeng (payung) dan sokasi wadah uang hasil tanggapan. “Hasil ngelawang ini kami tabung,” tambah Nengah Suardiana, anggota sekaa barong anak-anak ini.
Kata Suardiana, perolehan ngelawang tidak menentu. Kadang-kadang, kalau ‘mujur’ sekaa ini bisa mengantongi Rp 900 ribu sehari ngelawang. Tetapi mereka tak tiap hari ngelawang. Menurut anak-anak ini, mereka ngelawang tergantung sekaa dan kondisi di sekolah, karena mereka semua adalah pelajar. Ada yang SD, ada yang SMP. Jika sedang sibuk dan konsentrasi di sekolah, mereka tidak ngelawang.
Selain itu rentang waktu gelawang pun ada batasannya, selama sebulan (35 hari) sejak Buda Kliwon Dunggulan (Hari Raya Galungan) sampai dengan Buda Kliwon Uku Pahang yang disebut Pegat Uwakan. * k17
Komentar