Upacaranya Kolaborasikan Adat Bali dan Dayak
Umat Hindu Bangun Padmasana di Hulu Sungai Tengah
JAKARTA, NusaBali
Umat Hindu desa Labuhan, kabupaten Hulu Sungai Tengah, provinsi Kalimantan Selatan menggelar upacara Yadnya Batapung Tawar atau Ngeruak Padmasana Pura Agung Datu Magintir.
Upacara digelar sebagai peletakan batu pertama dalam proses pembangunan Padmasana agar mendapatkan keselamatan dan anugerah dari Sang Hyang Widhi Wasa serta para leluhur.
"Upacara kami gelar Senin, 3 Agustus sore kemarin," ujar salah satu umat Hindu desa Labuhan Wirianto Hadi Sucipto kepada NusaBali, Selasa (4/8).
Dalam upacara tersebut, kata pria yang biasa disapa Hadi ini, ada yang menarik. Lantaran terdapat kolaborasi adat istiadat leluhur Dayak dan Bali. Antara lain mereka sandingkan banten dari Dayak dan Bali. Di Bali disebut Daksina, sementara di Dayak Beras Bagandang. Sedangkan sarana percikan air suci di Bali metirta, mereka menyebut Batapung Tawar. Untuk pemimpin upacara dari kalangan Bali ada Pandita, di mereka ada Balian.
Dalam upacara itu umat Hindu dari kecamatan Batang Alai Selatan dan Batang Alai Timur hadir. Begitupula Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) provinsi Kalsel I Ketut Artika, Ketua PHDI kabupaten Hulu Sungai Tengah Irpani dan sejumlah tokoh Hindu lainnya. Total ada 200 orang hadir di upacara tersebut.
Ketua PHDI provinsi Kalsel I Ketut Artika menyampaikan, dirinya sangat mendukung pembangunan Padmasana Pura Agung Datu Magintir. Dia berharap, pembangunan cepat selesai dan sesuai rencana.
Tak kalah menarik, lanjut Hadi, adalah darmawacana oleh Shri Dewi Laksmi Meitha Shinta Lalitha Dewi. Dia menyampaikan materi tentang Bangga Menjadi Hindu. Materi itu sangat pas, karena dia berasal dari Minahasa.
Dia meminta kalangan muda Hindu agar bangga dengan agamanya. Anak-anak muda pun perlu meningkatkan starada dan bakti, rajin beribadah serta menikah dengan pasangan yang satu keyakinan. Dengan begitu mereka tidak pindah agama.
Dalam kesempatan tersebut, dia mengatakan pula, bila leluhur mereka Datu Magintir hadir. "Beliau menyatakan Datu Magintir hadir ditengah-tengah kami dan tersenyum karena diistanakan disini untuk disembah. Mendengar itu, kami merinding," papar Hadi.
Pembangunan Padmasana sendiri saat ini masih berlangsung. Bahkan galian pondasi telah mencapai 1,60 meter. Mereka mendatangkan tukang dari kabupaten Jembrana, Bali lantaran dianggap ahli di bidang ukir. Maklum nantinya disisi kanan dan kiri Padmasana dan Penglurah akan ada ukiran khas Dayak.
Mengenai dana pembangunan, Hadi menyatakan, diperoleh dari sumbangan umat Hindu nusantara. Bahkan umat yang tinggal di Belgia turut memberikan punia. Mereka menargetkan pembangunan selesai satu tahun. Mereka berharap bantuan dana terus berdatangan, karena dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan fasilitas Pura lainnya. *k22
1
Komentar