Penyanyi Bali Tewas di Jalan
Artis penyanyi Pop Bali, Ni Wayan Purnami, 28, tewas mengenaskan akibat kece-lakaan lalulintas di Jalan Bypass Prof Dr IB Mantra, tepatnya di Simpang Tiga Selukat, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Sabtu (1/10), sore.
Sementara itu, suami korban Wayan Purnami, yakni I Nyoman Sukarata, berusaha tabah, meskipun kehilangan istri tercintanya. Ditemui NusaBali di rumah duka di Banjar Keladian, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem, Minggu kemarin, Nyoman Sukarata berusaha tabah.
Nyoman Sukarata menceritakan, istri yang dinikahinya tahun 2004 silam selama ini tinggal di Banjar Pering, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar bersama ketiga anaknya. Wayan Purnami merupakan penyanyi Pop Bali yang telah meluncurkan dua album. Hanya saja, Sukarata tidak tahu lagu-lagi hit sang istri.
Yang jelas, menurut Sukarata, istrinya tewas lakalantas seusai rekaman allbum keduanya, Sabtu sore. “Usai rekaman sore itu (Sabtu), istri saya hendak membeli magic com. Dia menyeberang di Jalan Bypass IB Mantra kawasan Desa Keramas, dengan dibonceng rekannya. Eh, motornya diseruduk pengendara lain hingga istri saya terpental dan langsung meninggal di tempat,” keluh Sukarata.
“Kesehariannya, istri saya bekerja sebagai penyanyi dan mengurus anak. Tapi, di kampung (Desa Pempatan, Kecamatan Rendang) dia tidak pernah menyanyi. Dia lebih sering ngayah sebagai penari,” lanjut Sukarata, yang menikahi Wayan Purnami pada 2005 ketika wanita pujaan hatrinya itu baru berusia 17 tahun.
Selama ini, Sukarata tinggal terpisah dengan istri dan ketiga anaknya. Sukarata tinggal di Desa Pempatan, Kecamatan Renang, sementara istri dan anaknya tinggal di rumah bajang (asal)-nya di Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh. Kesehariannya, Sukarata bekerja sebagai sopir Truk angkut material galian C ke Denpasar. Setiapkali melintas di Desa Keramas, dia selalu singgah di rumah mertuanya dan sekaligus menengok istri beserta anaknya.
Terakhir, korban Wayan Purnami pulang kampung ke Desa Pempatan saat Hari Raya Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu, 17 September 2016 lalu. Sang istri yang tewas salahpati di jalan raya ini terakhir kali berkomunikasi melalui telepon dengan Sukarata, Sabtu siang, atau sehari sebelum lakalantas maut.
“Saya tidak ada firasat apa pun sebelumnya. Saat kontak per telepon, juga tidak ada gejala aneh. Tiba-tiba, sorenya saya dapat kabar buruk istri saya kecelakaan. Saya pun langsung meluncur ke RSUD Sanjiwani Gianyar. Ternyata, istri saya sudah meninggal,” keluh Sukarata.
Menurut Sukarata, sebelum meninggal akibat lakalantas, istri tercintanya berniat pin-dah domisili dari Desa Keramas e Desa Pempatan. Semuanya masih proses mengurus surat-surat. Kepala Desa (Perbekel) Pempatan, I Ketut Asmarajaya, juga membenarkan korban Wayan Purnami sempat mengurus surat untuk pindah domisili dari Desa Pering ke desa asal suaminya. Jauh sebelumnya, korban pernah mengurus surat pindah domisili dari Desa Pempatan ke Desa Keramas, dengan alasan bekerja di Gianyar.
“Almarhum mengajukan surat pindah domisili lagi ke Desa Pempatan, Jumat (30/9) lalu. Semuanya masih dalam proses, biar bisa masuk lagi ke kartu keluarga di Desa Pempatan. Sayang, almarhum keburu keminggal,” jelas Perbekel Ketut Asmarajaya, Minggu kemarin. * cr62,k16
Nyoman Sukarata menceritakan, istri yang dinikahinya tahun 2004 silam selama ini tinggal di Banjar Pering, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar bersama ketiga anaknya. Wayan Purnami merupakan penyanyi Pop Bali yang telah meluncurkan dua album. Hanya saja, Sukarata tidak tahu lagu-lagi hit sang istri.
Yang jelas, menurut Sukarata, istrinya tewas lakalantas seusai rekaman allbum keduanya, Sabtu sore. “Usai rekaman sore itu (Sabtu), istri saya hendak membeli magic com. Dia menyeberang di Jalan Bypass IB Mantra kawasan Desa Keramas, dengan dibonceng rekannya. Eh, motornya diseruduk pengendara lain hingga istri saya terpental dan langsung meninggal di tempat,” keluh Sukarata.
“Kesehariannya, istri saya bekerja sebagai penyanyi dan mengurus anak. Tapi, di kampung (Desa Pempatan, Kecamatan Rendang) dia tidak pernah menyanyi. Dia lebih sering ngayah sebagai penari,” lanjut Sukarata, yang menikahi Wayan Purnami pada 2005 ketika wanita pujaan hatrinya itu baru berusia 17 tahun.
Selama ini, Sukarata tinggal terpisah dengan istri dan ketiga anaknya. Sukarata tinggal di Desa Pempatan, Kecamatan Renang, sementara istri dan anaknya tinggal di rumah bajang (asal)-nya di Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh. Kesehariannya, Sukarata bekerja sebagai sopir Truk angkut material galian C ke Denpasar. Setiapkali melintas di Desa Keramas, dia selalu singgah di rumah mertuanya dan sekaligus menengok istri beserta anaknya.
Terakhir, korban Wayan Purnami pulang kampung ke Desa Pempatan saat Hari Raya Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu, 17 September 2016 lalu. Sang istri yang tewas salahpati di jalan raya ini terakhir kali berkomunikasi melalui telepon dengan Sukarata, Sabtu siang, atau sehari sebelum lakalantas maut.
“Saya tidak ada firasat apa pun sebelumnya. Saat kontak per telepon, juga tidak ada gejala aneh. Tiba-tiba, sorenya saya dapat kabar buruk istri saya kecelakaan. Saya pun langsung meluncur ke RSUD Sanjiwani Gianyar. Ternyata, istri saya sudah meninggal,” keluh Sukarata.
Menurut Sukarata, sebelum meninggal akibat lakalantas, istri tercintanya berniat pin-dah domisili dari Desa Keramas e Desa Pempatan. Semuanya masih proses mengurus surat-surat. Kepala Desa (Perbekel) Pempatan, I Ketut Asmarajaya, juga membenarkan korban Wayan Purnami sempat mengurus surat untuk pindah domisili dari Desa Pering ke desa asal suaminya. Jauh sebelumnya, korban pernah mengurus surat pindah domisili dari Desa Pempatan ke Desa Keramas, dengan alasan bekerja di Gianyar.
“Almarhum mengajukan surat pindah domisili lagi ke Desa Pempatan, Jumat (30/9) lalu. Semuanya masih dalam proses, biar bisa masuk lagi ke kartu keluarga di Desa Pempatan. Sayang, almarhum keburu keminggal,” jelas Perbekel Ketut Asmarajaya, Minggu kemarin. * cr62,k16
Komentar