Guide Belum Terimbas Dibukanya BalI bagi Wisatawan Nusantara
HPI Bali Usulkan Wisatawan Tidak Banyak Dibebani Biaya
DENPASAR, NusaBali
Pembukaan pariwisata Bali untuk wisatawan nusantara, belum berdampak signifikan terhadap pramuwisata atau guide, khususnya pramuwisata domestik.
Kunjungan wisatawan yang masih minim diyakini menjadi penyebabnya. Karenanya pramuwisata domestik pun masih tetap sebagian besar menganggur. Ketua DPD HPI Bali I Nyoman Nuarta, mengakui ada sedikit geliat tahapan pembukaan pariwisata Bali untuk wisatawan Nusantara dilakukan akhir Juli lalu. Namun suasananya belum signifikan. “Mungkin karena ini baru mulai,” ujarnya.
Karena itulah sebagian besar pramuwisata khususnya pramuwisata domestik, sebagian besar masih menganggur. Dikatakan Nuarta, satu dua guide mulai dapat pekerjaan menghandle turis domestik. Itu sangat kecil dibanding dengan jumlah guide domestik yang ada. “Boleh dikatakan masih belum ada dampak atau masih nihil,” ujar Nuarta yang juga seorang advokat.
Pihaknya mengaku terus mencermati perkembangan kebijakan-kebijakan Pemprov Bali khususnya terkait pariwisata Bali. Mulai dari pelongggaran untuk kegiatan atau aktivitas masyarakat lokal, sampai dengan dibukanya Bali untuk wisatawan Nusantara atau domestik.
Dia berharap semua langkah maupun kebijakan tersebut sampai dengan pembukaan Bali untuk wisatawan internasional atau manca negara yang rencananya 11 September 2020. “Semoga baik wisatawan domestik dan manca negara ramai pada September nanti. Anggota kami sudah sangat menderita,” ujarnya.
Pengawas dan Bidang Kesejahteraan DPD HPI Bali I Ketut Juniartana, mengiyakan pernyataan Ketua DPD HPI I Nyoman Nuarta. “Memang sudah ada kunjungan turis domestik, tetapi tidak signifikan dampaknya,” ujarnya. Itu karena jumlah kunjungan masih sedikit. Selain itu kebanyakan merupakan tour keluarga atau family tour yang tidak banyak memanfaatkan jasa pemandu.
Untuk mendukung peningkatkan kunjungan tersebut, Juniarta menyatakan sebaiknya kebijakan yang menyebabkan pembebanan biaya pada wisatawan dikurangi atau disubsidi pemerintah.
Misalnya paket tour Rp 1,2 juta untuk sekian hari, jangan sampai ada tambahan biaya lain misalnya rapid test atau test swab. Test atau tahapan tersebut tentu penting sebagai bentuk kewaspadaan, namun biayanya jangan dibebankan kepada wisatawan. Itu akan menyebabkan mereka (wisatawan) berpikir untuk datang ke Bali. Apalagi dalam kondisi berat seperti sekarang ini.
Juniarta mengaku kerap mendapat pertanyaan dari partner maupun kolega sehubungan perkembangan pariwisata Bali. Terutama menyangkut informasi soal biaya pemeriksaan seperti rapid dan swab test jika masuk ke Bali. “Ya memang banyak yang menanyakan,” ungkapnya.
Karena itulah kata Juniartana pemerintah diharapkan bisa menanggung biaya test rapid maupun swab. Jangan dibebankan kepada wisatawan. Apabila nanti pariwisata Bali sudah normal, biaya yang dikeluarkan pemerintah tentu akan kembali. Jumlah pramuwisata atau guide domestic HPI Bali 800 orang. Jumlah ini merupakan bagian dari 6000 angggota HPI Bali. *k17
Karena itulah sebagian besar pramuwisata khususnya pramuwisata domestik, sebagian besar masih menganggur. Dikatakan Nuarta, satu dua guide mulai dapat pekerjaan menghandle turis domestik. Itu sangat kecil dibanding dengan jumlah guide domestik yang ada. “Boleh dikatakan masih belum ada dampak atau masih nihil,” ujar Nuarta yang juga seorang advokat.
Pihaknya mengaku terus mencermati perkembangan kebijakan-kebijakan Pemprov Bali khususnya terkait pariwisata Bali. Mulai dari pelongggaran untuk kegiatan atau aktivitas masyarakat lokal, sampai dengan dibukanya Bali untuk wisatawan Nusantara atau domestik.
Dia berharap semua langkah maupun kebijakan tersebut sampai dengan pembukaan Bali untuk wisatawan internasional atau manca negara yang rencananya 11 September 2020. “Semoga baik wisatawan domestik dan manca negara ramai pada September nanti. Anggota kami sudah sangat menderita,” ujarnya.
Pengawas dan Bidang Kesejahteraan DPD HPI Bali I Ketut Juniartana, mengiyakan pernyataan Ketua DPD HPI I Nyoman Nuarta. “Memang sudah ada kunjungan turis domestik, tetapi tidak signifikan dampaknya,” ujarnya. Itu karena jumlah kunjungan masih sedikit. Selain itu kebanyakan merupakan tour keluarga atau family tour yang tidak banyak memanfaatkan jasa pemandu.
Untuk mendukung peningkatkan kunjungan tersebut, Juniarta menyatakan sebaiknya kebijakan yang menyebabkan pembebanan biaya pada wisatawan dikurangi atau disubsidi pemerintah.
Misalnya paket tour Rp 1,2 juta untuk sekian hari, jangan sampai ada tambahan biaya lain misalnya rapid test atau test swab. Test atau tahapan tersebut tentu penting sebagai bentuk kewaspadaan, namun biayanya jangan dibebankan kepada wisatawan. Itu akan menyebabkan mereka (wisatawan) berpikir untuk datang ke Bali. Apalagi dalam kondisi berat seperti sekarang ini.
Juniarta mengaku kerap mendapat pertanyaan dari partner maupun kolega sehubungan perkembangan pariwisata Bali. Terutama menyangkut informasi soal biaya pemeriksaan seperti rapid dan swab test jika masuk ke Bali. “Ya memang banyak yang menanyakan,” ungkapnya.
Karena itulah kata Juniartana pemerintah diharapkan bisa menanggung biaya test rapid maupun swab. Jangan dibebankan kepada wisatawan. Apabila nanti pariwisata Bali sudah normal, biaya yang dikeluarkan pemerintah tentu akan kembali. Jumlah pramuwisata atau guide domestic HPI Bali 800 orang. Jumlah ini merupakan bagian dari 6000 angggota HPI Bali. *k17
Komentar