Warga Garap Patung Dewi Sri Bahan Ambengan
Usung Tema Ramah Lingkungan
GIANYAR, NusaBali
Sebuah rumah makan di Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar, membuat patung Dewi Sri berbahan ambengan (alang-alang).
Patung setinggi 14 meter ini dibangun dalam posisi duduk. Patung dibangun di tengah persawahan untuk penghormatan kepada Dewi Sri sebagai simbol kemakmuran.
Pembuatan patung itu masih berlangsung, diperkirakan rampung sepekan ke depan. Hal itu diungkapkan oleh seniman patung berbahan alami, I Wayan Agus Eri Putra saat ditemui, Minggu (9/8). Dia mengaku membuat patung berbahan alami berawal dari perhatiannya terkait alam dan lingkungan sekitar. Dia pun meresponm kondisi itu dengan memanfaatkan bahan alam untuk kreativitas seni. “Sebelumnya sempat membuat ogoh-ogoh berbahan jerami untuk di banjar. Sekarang patung berbahan alang-alang,” jelas pria asal Banjar Kelingkung, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud ini.
Dia mengaku, penggarapan patung itu sejak 1,5 bulan lalu, melibatkan 11 pemuda di banjarnya. “Penggarapan, kira-kira lagi seminggu kelar. Kami hanya bekerja dengan teman-teman di banjar, mereka rata-rata dirumahkan dampak pandemi Covid-19,” sambungnya.
Agus Eri juga mengaku bahan alang-alang itu bisa tahan sampai dua tahun ke depan, meskipun diletakkan pada ruangan terbuka. Patung ini telah menghabiskan sekitar 50 ikat alang-alang. Bahan yang digunakan harus dipilih terlebih dahulu, dicari mana yang layak pakai. “Tema patung Dewi Sri ini memang permintaan dari pemilik tempat rekreasi ini. Karena lokasinya di persawahan dan sebagai simbol pemberi kemakmuran, kesejahteraan, dan rejeki. Apalagi kini banyak warga beralih menjadi petani, atau ke alam,” imbuhnya.
Pemilik rumah makam tersebut, I Made Ardana mengaku pembuatan patung Dewi Sri memanfaatkan alang-alang di areal 26 are itu untuk menambah kesan ramah lingkungan. Sebab di sisi barat dan timur lokasi tersebut masih berupa areal persawahan yang asri. “Ini sebagai simbol kemakmuran, selain itu menambah kesan ramah lingkungan. Jadi kami gunakan bahan yang langsung dari alam,” paparnya.
Disinggung dengan mengapa dibuat dengan ukuran jumbo, Ardana mengaku selain memperkenalkan wilayah Desa Tegallalang, juga untuk memberikan ruang kreatif kepada seniman. Khususnya kali ini adalah seniman perupa yang memanfaatkan bahan dari alam secara langsung. “Kami kenalkan ke masyarakat bahwa Tegallalang ada objek selain Ceking. Makanya kami selalu membuat patung yang berukuran besar,” ujarnya. *nvi
Pembuatan patung itu masih berlangsung, diperkirakan rampung sepekan ke depan. Hal itu diungkapkan oleh seniman patung berbahan alami, I Wayan Agus Eri Putra saat ditemui, Minggu (9/8). Dia mengaku membuat patung berbahan alami berawal dari perhatiannya terkait alam dan lingkungan sekitar. Dia pun meresponm kondisi itu dengan memanfaatkan bahan alam untuk kreativitas seni. “Sebelumnya sempat membuat ogoh-ogoh berbahan jerami untuk di banjar. Sekarang patung berbahan alang-alang,” jelas pria asal Banjar Kelingkung, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud ini.
Dia mengaku, penggarapan patung itu sejak 1,5 bulan lalu, melibatkan 11 pemuda di banjarnya. “Penggarapan, kira-kira lagi seminggu kelar. Kami hanya bekerja dengan teman-teman di banjar, mereka rata-rata dirumahkan dampak pandemi Covid-19,” sambungnya.
Agus Eri juga mengaku bahan alang-alang itu bisa tahan sampai dua tahun ke depan, meskipun diletakkan pada ruangan terbuka. Patung ini telah menghabiskan sekitar 50 ikat alang-alang. Bahan yang digunakan harus dipilih terlebih dahulu, dicari mana yang layak pakai. “Tema patung Dewi Sri ini memang permintaan dari pemilik tempat rekreasi ini. Karena lokasinya di persawahan dan sebagai simbol pemberi kemakmuran, kesejahteraan, dan rejeki. Apalagi kini banyak warga beralih menjadi petani, atau ke alam,” imbuhnya.
Pemilik rumah makam tersebut, I Made Ardana mengaku pembuatan patung Dewi Sri memanfaatkan alang-alang di areal 26 are itu untuk menambah kesan ramah lingkungan. Sebab di sisi barat dan timur lokasi tersebut masih berupa areal persawahan yang asri. “Ini sebagai simbol kemakmuran, selain itu menambah kesan ramah lingkungan. Jadi kami gunakan bahan yang langsung dari alam,” paparnya.
Disinggung dengan mengapa dibuat dengan ukuran jumbo, Ardana mengaku selain memperkenalkan wilayah Desa Tegallalang, juga untuk memberikan ruang kreatif kepada seniman. Khususnya kali ini adalah seniman perupa yang memanfaatkan bahan dari alam secara langsung. “Kami kenalkan ke masyarakat bahwa Tegallalang ada objek selain Ceking. Makanya kami selalu membuat patung yang berukuran besar,” ujarnya. *nvi
1
Komentar