'Panggung Pandemi', Ruang Pentas Mengisi Kekosongan Akibat Wabah
DENPASAR, NusaBali
Sudah hampir enam bulan pandemi Covid-19 ini berjalan.
Banyak yang harus menganggur, termasuk pegiat seni panggung, seperti seni tari, koreografer, penata lighting. Alih-alih berdiam diri dan menyalahkan keadaan, Gumiart Bali Management dan Studio B.T.S Production mencoba untuk membuat persembahan pentas seni tari secara terbatas dan mandiri. Kegiatan tersebut dikemas dua mingguan yang disiarkan live di media sosial.
Mereka menamai pentas seni tari tersebut dengan nama ‘Panggung Pandemi’, yakni sebuah suguhan aktrasi bagi seniman tari menuangkan kemampuanya tampil di panggung dengan pola era new normal. Ini menjadi ruang kepada insan kreatif khususnya seni tari berkarya dan tampil dalam pemanggungan jarak jauh, menjadi model adaptasi masa kini.
Panggung Pandemi dijadwalkan tampil setiap dua minggu, dan sampai saat ini sudah terlaksana dua episode, dengan menampilkan koreografer Wawan dari Gumiart pada episode pertama, dan penari Arjuna Sutedja pada episode kedua.
“Pandemi memaksa kita berkreatif, bukan berdiam diri. Meski dengan pementasan era baru, menyaksikan live dari media daring atau dalam jaringan, dan medsos, IG, Facebook dan sebagainya,” ujar pengagas pentas ‘Panggung Pandemi, I Gede Gusman Adhi Gunawan.
Pria yang akrab disapa Wawan ini menjelaskan, konsep Panggung Pandemi, difokuskan di Studi BTS milik Gus Dodik yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk Nomor 60 A, Denpasar. Meski diawal dirancang akan berpindah-pindah, namun memperhatikan berbagai pertimbangan, maka pelaksanaa Panggung Pandemi saat ini difokuskan di studio BTS.
“Langkah ini kita kolaborasi bersama Gus Dodik, pemilik studio BTS, dengan persiapan lebih matang, baik kesiapan penampil, dukungan tatalampu, sound. Terlebih kita digiring untuk menggarap secara live dan mengenal secara langsung dunia brodcast,” ungkapnya.
Menurut Wawan, sajian pementasan tari diperuntukkan bagi siapa saja terutama para seniman tari. Sejauh ini lanjut dia, management Gumiart telah menerima permintaan banyak minat yang ingin sebagai penampil. “Yang mau tampil sudah cukup banyak,tapi kita pelan-pelan dulu, apakah tetap di satu lokasi atau berpindah-pindah, itu semua menyesuaikan waktu serta dukungan lainya,” bebernya.
Ditambahkan, keberadaan ruang kreatif ini diharapkan bisa berkelanjutan. Menariknya, dari pihak kampus Universitas Mahadewa Indonesia telah melakukan penjajakan dan akan membuat MOU, untuk menjadikan Panggung Pandemi ini sebagai media tempat kuliah bareng. “Di satu sisi kita bersinergi, mereka memberikan pengakuan. Di sisi lain, bagi mahasiswa ini akan menjadi ajang praktek yang strategis. Berangkat dari keyakinan diri sendiri, saya bersama Gus Dodik siap melakukan kolaborasi pentas seni ini,” tandas Wawan.
Sementara itu Ida Bagus Surya Merdika alias Gus Dodik mengaku ruang kreatif ini sebagai persembahan tatkala pandemi yang membatasi kegiatan selama ini. Dia berkeyakinan, ruang ini dilakukan secara mandiri dengan wujud persembahan bagi insan seni tari, sehingga mereka tidak merasa kehilangan panggung. “Kita bersinergi dengan seniman tari, kalangan fotografer, dan ruang panggung yang saya kelola dimana awalnya kita sangat kesulitan mencari ruang kreatif di tengah pandemi ini,” kata seniman dalang ini. *ind
Komentar