Januari–Juli, PLN Kuta Turunkan 460 Layangan
Ratusan layangan diturunkan oleh PLN ULP Kuta itu karena nyangkut di jaringan listrik. Kasus terbanyak terjadi pada Juni dan Juli 2020.
MANGUPURA, NusaBali
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kuta menurunkan 460 layangan dari dua kecamatan yakni Kuta dan Kuta Selatan, selama rentang waktu Januari–Juli 2020. Ratusan layangan yang diturunkan itu merupakan layangan milik masyarakat yang nyangkut di jaringan listrik. Manajer PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kuta Ida Bagus Surya Respati, menerangkan dalam catatannya ada 460 layangan yang berhasil diturunkan oleh petugasnya dari jaringan listrik yang ada di Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan. Ratusan layangan yang nyangkut di jaringan itu tercatat dari Januari hingga Juli 2020.
“Total 460 layangan ini dari awal tahun sampai akhir Juli kemarin. Semuanya kami turunkan setelah terima laporan masyarakat, serta adanya gangguan pasokan listrik yang disebabkan oleh layangan itu,” kata Surya Respati, Rabu (12/8) siang.
Ratusan layangan yang diturunkan itu dari berbagai ukuran dan jenis. Meski terjadi sejak awal tahun, namun kejadian layangan nyangkut itu terbanyak pada dua bulan terakhir (Juni dan Juli). Selama dua bulan terakhir, PLN ULP Kuta menurunkan 116 layangan pada Juni dan 135 layangan pada Juli di dua kecamatan, Kuta dan Kuta Selatan.
“Kalau pada Januari hingga Mei itu jumlahnya bervariasi dari 28 hingga 61 layangan. Sementara, dua bulan ini (Juni dan Juli) yang melonjak cukup tinggi hingga seratusan lebih layangan yang nyangkut di jaringan listrik,” urai Surya Respati.
Terkait wilayah terbanyak gangguan listrik yang disebabkan oleh layangan, Surya Respati menyebut Kelurahan Jimbaran pada posisi teratas. Kemudian Desa Ungasan dan posisi ketiga yakni Kelurahan Kuta dan Seminyak. Sementara wilayah lainnya ada, namun tidak terlalu signifikan.
Ditanya terkait persentase kasus layangan nyangkut dari tahun ke tahun, Surya Respati menyatakan ada peningkatan. Meski tidak merinci, namun dipastikan untuk pertengahan tahun 2020 ini, sudah melewati kasus tahun 2018 dan 2019. “Kalau data pastinya saya belum pegang. Tapi, yang terbanyak tahun ini. Padahal ini masih pertengahan tahun,” ujarnya.
Dia berharap, dengan adanya kasus layangan yang nyangkut di jaringan listrik, masyarakat harus pahami aturan agar tidak menaikkan layangan di dekat gardu induk ataupun jaringan PLN. Hal ini bisa memicu terjadinya kebakaran serta terganggunya pasokan listrik kepada masyarakat.
“Harapan kami, masyarakat memperhatikan situasi dan kondisi sekitar saat menaikkan layangan. Kalau ada gardu listrik di sekitarnya, mendingan urungkan niat atau cari lokasi yang aman,” tandas Surya Respati. *dar
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kuta menurunkan 460 layangan dari dua kecamatan yakni Kuta dan Kuta Selatan, selama rentang waktu Januari–Juli 2020. Ratusan layangan yang diturunkan itu merupakan layangan milik masyarakat yang nyangkut di jaringan listrik. Manajer PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kuta Ida Bagus Surya Respati, menerangkan dalam catatannya ada 460 layangan yang berhasil diturunkan oleh petugasnya dari jaringan listrik yang ada di Kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan. Ratusan layangan yang nyangkut di jaringan itu tercatat dari Januari hingga Juli 2020.
“Total 460 layangan ini dari awal tahun sampai akhir Juli kemarin. Semuanya kami turunkan setelah terima laporan masyarakat, serta adanya gangguan pasokan listrik yang disebabkan oleh layangan itu,” kata Surya Respati, Rabu (12/8) siang.
Ratusan layangan yang diturunkan itu dari berbagai ukuran dan jenis. Meski terjadi sejak awal tahun, namun kejadian layangan nyangkut itu terbanyak pada dua bulan terakhir (Juni dan Juli). Selama dua bulan terakhir, PLN ULP Kuta menurunkan 116 layangan pada Juni dan 135 layangan pada Juli di dua kecamatan, Kuta dan Kuta Selatan.
“Kalau pada Januari hingga Mei itu jumlahnya bervariasi dari 28 hingga 61 layangan. Sementara, dua bulan ini (Juni dan Juli) yang melonjak cukup tinggi hingga seratusan lebih layangan yang nyangkut di jaringan listrik,” urai Surya Respati.
Terkait wilayah terbanyak gangguan listrik yang disebabkan oleh layangan, Surya Respati menyebut Kelurahan Jimbaran pada posisi teratas. Kemudian Desa Ungasan dan posisi ketiga yakni Kelurahan Kuta dan Seminyak. Sementara wilayah lainnya ada, namun tidak terlalu signifikan.
Ditanya terkait persentase kasus layangan nyangkut dari tahun ke tahun, Surya Respati menyatakan ada peningkatan. Meski tidak merinci, namun dipastikan untuk pertengahan tahun 2020 ini, sudah melewati kasus tahun 2018 dan 2019. “Kalau data pastinya saya belum pegang. Tapi, yang terbanyak tahun ini. Padahal ini masih pertengahan tahun,” ujarnya.
Dia berharap, dengan adanya kasus layangan yang nyangkut di jaringan listrik, masyarakat harus pahami aturan agar tidak menaikkan layangan di dekat gardu induk ataupun jaringan PLN. Hal ini bisa memicu terjadinya kebakaran serta terganggunya pasokan listrik kepada masyarakat.
“Harapan kami, masyarakat memperhatikan situasi dan kondisi sekitar saat menaikkan layangan. Kalau ada gardu listrik di sekitarnya, mendingan urungkan niat atau cari lokasi yang aman,” tandas Surya Respati. *dar
Komentar