20 Kartunis Kritisi Kondisi Sosial Kota Denpasar
Pemkot Gelar Pameran Bertajuk ‘Denpasar dalam Kartun dan Karikatur’
Sejumlah kartunis kawakan yang ikut tampilkan karyanya dala pameran di Kantor Dinas Kebudayaan Denpasar, 14-16 Agustus 2020, antara lain, Tu Suaria, Cece Riberu, Gus Martin, Jango Paramartha, dan Gun Gun
DENPASAR, NusaBali
Pemkot Denpasar menggelar pameran dan penerbitan buku bertajuk ‘Denpasar dalam Kartun dan Karikatur’, serangkaian HUT ke-75 Proklamai Kemerdekaan RI. Pameran yang digelar selama 3 hari, 14-16 Agustus 2020 ini, diikuti 20 kartunis yang menampilkan karya-karya mengkritisi kondisi sosial di Kota Denpasar.
Pameran ‘Denpasar dalam Kartun dan Karikatur’ ini dibuka Sekda Kota Denpasar, Anak Agung Ngurah Rai Iswara, di Kantor Dinas Kebudayaan Denpasar, Jalan Hayam Wuruk Denpasar, Jumat (14/8) pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Dari 20 kartunis yang ikut pameran, beberapa di antaranya merupakan tokoh lawas, seperti Kadek Jango Paramartha, Ida Bagus Martinaya alias Gus Martin, Cece Riberu (almar-hum), Gun Gun, dan Putu Suaria Utama.
Sedangkan lainnya yang juga menampilkan karyanya adalah Chuk Ndaru Handono, Agus Yudha, Putu Ebo Supardhi, Putu Widnyana (almarhum), Ghost Harsanta, Krisna Comayuda, Puryana Purik, Surya Dharma, Ardiana, Putu Dieant, Kesuma Tirta, Wied N, Pinky Sunanta, Yere Agusto, dan I Wayan Nuriarta.
Karya-karya milik 20 kartunis yang ditampilkan dalam pameran tersebut adalah berupa kritikan yang dikemas menggelitik terhadap pemerintah, yang selama ini dirasakan masyarakat Kota Denpasar. Materi kritikan mulai dari tatanan pemerintah, seni, adat, kondisi sosial, hingga budayanya yang sudah bergeser.
Kartunis yang sekaligus Ketua Panitia Penyelenggara Pameran ‘Denpasar dalam Kartun dan Karikatur’, Kadek Jango Paramartha, mengungkapkan pameran ini tujuannya untuk saling mengingatkan sebagai warga kota yang selama ini merasakan beberapa hal, seperti perubahn sosial maupun kebersihan. Kondisi tersebut dikemas para kartunis dalam karya visual yang diyakini bisa penyalurkan aspirasi masyarakat ke pemerintah.
Menurut Jango, pemerintah juga harus memahami kondisi masyarakat yang harusnya mengayomi dan membenahi kembali tatanan kota. Saai ini, kondisi sosial di Denpasar lebih memprihatinkan, sehingga perlu dicermati oleh pemerintah sendiri.
“Ini sebuah kepekaan masyarakat yang harus ditanggapi juga oleh pemerintah. Contoh, dagang lumpia yang dikejar-kejar Satpol PP untuk mengusir mereka. Itu sebetulnya bukan solusi, tetapi pemerintah juga harusnya memberikan tempat kepada mereka untuk jualan,” jelas Jango yang juga kartunis Harian Umum NusaBali.
Selain itu, kata Jango, karya kartun dan karikatur ini juga sebagai perwakilan dari masyarakat yang demo untuk menyampaikan aspirasi mereka. Di tengah pandemi Covid-19, ini sangat efektif untuk mengganti demo dengan menuangkan kritikan dalam kartun buat disampaikan ke pemerintah. “Kenap dipaksakan kartun kritis yang menggelitik dijadikan satu buku? Ini untuk menjadikan memoreble kepada generasi. Bahwa masukan dan aspirasi itu bisa melalui kartun,” kata mantan Ketua Persatuan Kartunis Indonesia (Prakarti) Bali 1995-2000 ini.
Sementara itu, Sekda Kota Denpasar AA Ngurah Rai Iswara mengapresiasi pameran Denpasar dalam Kartun dan Karikatur’ tersebut. Menurut Rai Iswara, pameran tersebut bisa mendorong berkembangnya ruang kreatif bagi masyarakat untuk berkreasi yang berguna bagi kemajuan kota maupun bangsa dan negara.
"Saya berharap pelaksanaan pameran ini dapat memotivasi seniman lain di Kota Denpasar. Hidupnya atmosfer berkesenian, khususnya seni rupa, tentu dapat mendukung regenerasi penerus agar bisa melestarikan adat budaya dan kesenian untuk melaksanakan visi misi Kota Denpasar yakni ‘Kota yang Berwawasan Budaya’," terang Rai Iswara.
Rai Iswara menyebutkan, melalui karya-karya kartun para kartunis Kota Denpasar, tidak hanya memposisikan kartun sebagai karya seni yang disenangi masyarakat, tetapi juga sebagai media kritik sosial yang bisa menjadi media komunikasi antar elemen masyarakat. *mis
Pameran ‘Denpasar dalam Kartun dan Karikatur’ ini dibuka Sekda Kota Denpasar, Anak Agung Ngurah Rai Iswara, di Kantor Dinas Kebudayaan Denpasar, Jalan Hayam Wuruk Denpasar, Jumat (14/8) pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Dari 20 kartunis yang ikut pameran, beberapa di antaranya merupakan tokoh lawas, seperti Kadek Jango Paramartha, Ida Bagus Martinaya alias Gus Martin, Cece Riberu (almar-hum), Gun Gun, dan Putu Suaria Utama.
Sedangkan lainnya yang juga menampilkan karyanya adalah Chuk Ndaru Handono, Agus Yudha, Putu Ebo Supardhi, Putu Widnyana (almarhum), Ghost Harsanta, Krisna Comayuda, Puryana Purik, Surya Dharma, Ardiana, Putu Dieant, Kesuma Tirta, Wied N, Pinky Sunanta, Yere Agusto, dan I Wayan Nuriarta.
Karya-karya milik 20 kartunis yang ditampilkan dalam pameran tersebut adalah berupa kritikan yang dikemas menggelitik terhadap pemerintah, yang selama ini dirasakan masyarakat Kota Denpasar. Materi kritikan mulai dari tatanan pemerintah, seni, adat, kondisi sosial, hingga budayanya yang sudah bergeser.
Kartunis yang sekaligus Ketua Panitia Penyelenggara Pameran ‘Denpasar dalam Kartun dan Karikatur’, Kadek Jango Paramartha, mengungkapkan pameran ini tujuannya untuk saling mengingatkan sebagai warga kota yang selama ini merasakan beberapa hal, seperti perubahn sosial maupun kebersihan. Kondisi tersebut dikemas para kartunis dalam karya visual yang diyakini bisa penyalurkan aspirasi masyarakat ke pemerintah.
Menurut Jango, pemerintah juga harus memahami kondisi masyarakat yang harusnya mengayomi dan membenahi kembali tatanan kota. Saai ini, kondisi sosial di Denpasar lebih memprihatinkan, sehingga perlu dicermati oleh pemerintah sendiri.
“Ini sebuah kepekaan masyarakat yang harus ditanggapi juga oleh pemerintah. Contoh, dagang lumpia yang dikejar-kejar Satpol PP untuk mengusir mereka. Itu sebetulnya bukan solusi, tetapi pemerintah juga harusnya memberikan tempat kepada mereka untuk jualan,” jelas Jango yang juga kartunis Harian Umum NusaBali.
Selain itu, kata Jango, karya kartun dan karikatur ini juga sebagai perwakilan dari masyarakat yang demo untuk menyampaikan aspirasi mereka. Di tengah pandemi Covid-19, ini sangat efektif untuk mengganti demo dengan menuangkan kritikan dalam kartun buat disampaikan ke pemerintah. “Kenap dipaksakan kartun kritis yang menggelitik dijadikan satu buku? Ini untuk menjadikan memoreble kepada generasi. Bahwa masukan dan aspirasi itu bisa melalui kartun,” kata mantan Ketua Persatuan Kartunis Indonesia (Prakarti) Bali 1995-2000 ini.
Sementara itu, Sekda Kota Denpasar AA Ngurah Rai Iswara mengapresiasi pameran Denpasar dalam Kartun dan Karikatur’ tersebut. Menurut Rai Iswara, pameran tersebut bisa mendorong berkembangnya ruang kreatif bagi masyarakat untuk berkreasi yang berguna bagi kemajuan kota maupun bangsa dan negara.
"Saya berharap pelaksanaan pameran ini dapat memotivasi seniman lain di Kota Denpasar. Hidupnya atmosfer berkesenian, khususnya seni rupa, tentu dapat mendukung regenerasi penerus agar bisa melestarikan adat budaya dan kesenian untuk melaksanakan visi misi Kota Denpasar yakni ‘Kota yang Berwawasan Budaya’," terang Rai Iswara.
Rai Iswara menyebutkan, melalui karya-karya kartun para kartunis Kota Denpasar, tidak hanya memposisikan kartun sebagai karya seni yang disenangi masyarakat, tetapi juga sebagai media kritik sosial yang bisa menjadi media komunikasi antar elemen masyarakat. *mis
1
Komentar