Tengkorak Eks Korban PKI 'Bangkit' di Pantai Yehembang
Di kawasan Pantai Yehembang, terdapat kuburan 40 jenazah korban G30S/PKI. Dari total itu, 33 di antaranya dikuburkan langsung di areal Setra Yehembang.
NEGARA, NusaBali
Warga di kawasan Pantai Yehembang, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana dihebohkan dengan temuan tengkorak manusia di pantai setempat, Rabu (5/9) sore. Tengkorak manusia itu diyakini jasad eks para korban PKI tahun 1965 yang dikubur di tepi pantai. Tengkorak manusia itu ’bangkit’ dari kubur akibat abrasi di Pantai Penimbangan.
Informasi di lapangan, tulang belulang manusia di lokasi abrasi, sekitar 50 meter di timur Setra Yehembang itu, pertamakali dilihat seorang warga setempat, I Ketut Seka, 72. Ketika itu Seka hendak berolahraga di pantai Yehembang, sekitar pukul 15.30 Wita. Saat itu sejumlah tulang sudah berserakan di pasir bercampur dengan puing-puing senderan pantai yang jebol. Beberapa tulang lagi, masih menempel di bagian tanah pasir yang terkikis abrasi. “Tadi sedang olahraga di pantai. Tidak sengaja lihat ke senderan yang rusak itu, tiba-tiba sudah ada tulang berserakan,” tutur Seka.
Atas temuan itu, Seka lantas menginformasikan kepada sejumlah warga sekitardan dilanjutkan melapor kepada sejumlah aparat desa setempat. Sekitar pukul 15.40 Wita, Kapolsek Mendoyo Kompol Gusti Agung Sukasana beserta anggota dan Kasat Reskrim Polres Jembrana, AKP Gusti Made Sudarma Putra melakukan olah TKP. Selain memasang police line untuk menghalau puluhan warga yang penasaran dengan temuan menghebohka itu, petugas sempat pengumpulan tulang belulang manusia yang masih tampak dalam keadaan terkubur dari permukaan tanah sedalam 1 meter.
Selama proses pengumpulan tulang belulang itu, sempat disaksikan para tokoh warga setempat. Mereka di antaranya Perbekel Yehembang I Made Semadi, anggota DPRD Jembrana Ni Made Sri Sutharmi, serta Bendesa Pakraman Yehembang Ngurah Gede Aryana. Warga setempat memastikan telah mengetahui identitas tulang belulang itu sebagai bagian para korban pembantain sewaktu G30S/PKI, yang sempat dikuburkan di lokasi tersebut.
Sesepuh desa, Guru Kendya, 80, mengatakan, di seputaran kawasan Pantai Yehembang, terdapat kuburan 40 jenazah korban G30S/PKI. Dari total itu, 33 di antaranya dikuburkan langsung di areal Setra Yehembang. Sedangkan 7 jenazah lagi, tepat dikubur di lokasi temuan tulang belulang itu. Dia menyatakan 7 korban yang ditanam di dekat Setra Yehembang, 6 di antaranya merupakan warga Desa Yehembang dan 1 lagi warga Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo.
Bendesa Adat Yehembang, Ngurah Gede Aryana merupakan eks anggota PKI, yang sempat dikubur secara massal. Sebenarnya, terhadap jazad seluruh korban ini, susah dilakukan semacam ritual pengabenan melalui pihak keluarga masing-masing, tanpa harus menggali kuburannya. Karena itu, pihaknya tidak ingin dilakukan pembongkaran lebih lanjut. Kecuali kembali muncul dengan alami, seperti pengaruh abrasi ini.
Menurut Aryana, temuan tulang belulang itu akan dikubur di Setra Yehembang. Desa pakraman melaksanakan pacaruan di sekitar lokasi penemuan. “Upacara penguburan nanti sekedar nguningang saja, karena sudah diaben. Makanya, kami minta tidak sampai perlu dibogkar lagi. Karena khawatir juga abrasi makin parah kalau sampai dilakukan pembongkoran lebih ke dalam," ujar Aryana.
Melalui koordinasi tersebut, pihak Kepolisian pun menyanggupi permintaan itu. Tulang belulang jenazah yang kebanyakan dalam keadaan sudah rapuh itu langsung diserahkan kepada pihak Desa Pakraman Yehembang. "Ya kami serahkan langsung tadi, karena sudah jelas. Ada saksi hidup juga, yang kami rasa tidak mengada-ada. Apalagi, desa juga mau mempertanggungjawabkan kesaksian itu,” ujar Kapolsek Mendoyo, Kompol Gusti Agung Sukasana. * ode
Informasi di lapangan, tulang belulang manusia di lokasi abrasi, sekitar 50 meter di timur Setra Yehembang itu, pertamakali dilihat seorang warga setempat, I Ketut Seka, 72. Ketika itu Seka hendak berolahraga di pantai Yehembang, sekitar pukul 15.30 Wita. Saat itu sejumlah tulang sudah berserakan di pasir bercampur dengan puing-puing senderan pantai yang jebol. Beberapa tulang lagi, masih menempel di bagian tanah pasir yang terkikis abrasi. “Tadi sedang olahraga di pantai. Tidak sengaja lihat ke senderan yang rusak itu, tiba-tiba sudah ada tulang berserakan,” tutur Seka.
Atas temuan itu, Seka lantas menginformasikan kepada sejumlah warga sekitardan dilanjutkan melapor kepada sejumlah aparat desa setempat. Sekitar pukul 15.40 Wita, Kapolsek Mendoyo Kompol Gusti Agung Sukasana beserta anggota dan Kasat Reskrim Polres Jembrana, AKP Gusti Made Sudarma Putra melakukan olah TKP. Selain memasang police line untuk menghalau puluhan warga yang penasaran dengan temuan menghebohka itu, petugas sempat pengumpulan tulang belulang manusia yang masih tampak dalam keadaan terkubur dari permukaan tanah sedalam 1 meter.
Selama proses pengumpulan tulang belulang itu, sempat disaksikan para tokoh warga setempat. Mereka di antaranya Perbekel Yehembang I Made Semadi, anggota DPRD Jembrana Ni Made Sri Sutharmi, serta Bendesa Pakraman Yehembang Ngurah Gede Aryana. Warga setempat memastikan telah mengetahui identitas tulang belulang itu sebagai bagian para korban pembantain sewaktu G30S/PKI, yang sempat dikuburkan di lokasi tersebut.
Sesepuh desa, Guru Kendya, 80, mengatakan, di seputaran kawasan Pantai Yehembang, terdapat kuburan 40 jenazah korban G30S/PKI. Dari total itu, 33 di antaranya dikuburkan langsung di areal Setra Yehembang. Sedangkan 7 jenazah lagi, tepat dikubur di lokasi temuan tulang belulang itu. Dia menyatakan 7 korban yang ditanam di dekat Setra Yehembang, 6 di antaranya merupakan warga Desa Yehembang dan 1 lagi warga Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo.
Bendesa Adat Yehembang, Ngurah Gede Aryana merupakan eks anggota PKI, yang sempat dikubur secara massal. Sebenarnya, terhadap jazad seluruh korban ini, susah dilakukan semacam ritual pengabenan melalui pihak keluarga masing-masing, tanpa harus menggali kuburannya. Karena itu, pihaknya tidak ingin dilakukan pembongkaran lebih lanjut. Kecuali kembali muncul dengan alami, seperti pengaruh abrasi ini.
Menurut Aryana, temuan tulang belulang itu akan dikubur di Setra Yehembang. Desa pakraman melaksanakan pacaruan di sekitar lokasi penemuan. “Upacara penguburan nanti sekedar nguningang saja, karena sudah diaben. Makanya, kami minta tidak sampai perlu dibogkar lagi. Karena khawatir juga abrasi makin parah kalau sampai dilakukan pembongkoran lebih ke dalam," ujar Aryana.
Melalui koordinasi tersebut, pihak Kepolisian pun menyanggupi permintaan itu. Tulang belulang jenazah yang kebanyakan dalam keadaan sudah rapuh itu langsung diserahkan kepada pihak Desa Pakraman Yehembang. "Ya kami serahkan langsung tadi, karena sudah jelas. Ada saksi hidup juga, yang kami rasa tidak mengada-ada. Apalagi, desa juga mau mempertanggungjawabkan kesaksian itu,” ujar Kapolsek Mendoyo, Kompol Gusti Agung Sukasana. * ode
Komentar