Perkuat Seni, Tak Ingin Seperti Bebek
Tokoh muda Hindu-Bali, Ida Bagus Mahendra Sada Prabhawa
IDA Bagus Mahendra Sada Prabhawa, alias Gusde Mahendra,22, pemuda asal Griya Ayunan, Desa Ayunan, Kecamatan Abainsemal, Badung, punya cara hidup agak unik.
Putra dari Ida Bagus Catur Aba Widiatmika SE - Ida Ayu Made Dwiyani SPd H ini adalah seniman muda. Laki-laki yang bangga dengan busana destar ini piawai menabuh gender, sejumlah perangkat gong, rindik, menari Bali, dan ngawayang.
Penguasaan terhadap seni itu menjadikan Ketua DPK Peradah Badung 2020-2023 ini terlibat aktif dalam even seni bernafaskan Hindu Bali, baik di Bali dan luar Bali. Namun setamat SMAN 8 Denpasar, Gusde malah memilih kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Warmadewa, Denpasar.
‘’Biarkan berkesenian ini saya pakai untuk ngayah dan manyamabraya (kegiatan sosial). Saya kuliah Fakultas Ekonomi agar punya ilmu pengetahuan untuk mencari penghidupan. Juga, biar hidup ini tak menoton,’’ ujarnya saat dihubungi, Sabtu (14/8).
Gusde mengakui darah seninya turunan dari sang kompyang (kakeknya ayah,Red), Ida Bagus Yadnya, mantan Perbekel Ayunan. Beliau juga seniman mumpuni, terutama menari nopeng, dalang wayang, magender, dan sangging. Tradisi seni ini mengalir deras di keluarga Griya Ayunan, termasuk ke ayah Gusde, Ida Bagus Catur. ‘’Kompyang dan ajik (ayah) seniman Bali. Oh, ini harus saya lestarikan,’’ gumam Gusde ketika bocah, memicu bakat seninya.
Sejak kelas 3 SD, Gusde secara alamiah terpikat dengan seni. Karena di griya ada ‘sekolah seni’ alam. Hampir setiap hari ada banyak warga belajar menabuh gender, gong, mawirama, dan seni-seni bernafas Hindu Bali lainnya. Guna mengasah bakat seninya, Gusde belajar di Sanggar Maha Bajra Sandhi, milik maestro seni-budaya Bali ternama asal Griya Buda Keling, Karangasem, Ida Wayan Granoka. Dari sanggar ini darah seni Gus makin mengaura matang, bertaksu. Tak cukup di siru, sosok muda kreatif ini makin ketagihan menempa diri. Dia rajin mengikuti pelatihan dan lomba-lomba seni. Pelatihan itu, antara lain, Pelatihan Wayang di Dinas Kebudayaan Badung.
Gusde mengakui, kepiawaian seninya kian tertempa tak hanya karena bakat seni. Tak kalah dukung yakni lingkungan, juga berkat bimbingan serta asuan orangtua, keluarga serta para ‘mpu seni’ Bali yang mengagumkan. Unik memang. Dia amat cinta seni. Tapi, enjoy menimba ilmu di fakultss ekonomi. ‘’’Ya, karena saya belajar tanpa ada unsur paksaan. Buat saya, Ekonomi ini jadi ilmu baru,’’ jelasnya.
Berkat seni yang ditekuni, Gusde sempat sedikitnya sembilan kali terlibat dalam even seni bergengsi di Bali dan luar Bali. Even dimaksud, Grebeg Aksara Prasada-100th Puputan Klungkung, Semarapura 2008. Grebeg Aksara Prasada - Kebangkitan Nasional, Trowulan Jawa Timur, 20 Mei 2008. Parba Jagat Nusantara di Bandung, Jawa Barat, 17 September 2008. Parba Jagat Nusantara - Nusa Tenggara Barat di Mataram 2009. Parba Jagat Nusantara - UNHI, 2009 Grebeg Aksara Prasada - Tenganan Pegringsingan, 1 Agustus 2009. Revolusi Moralitas Negeri - Desa Adistana Budakeling - Penyatur Saren 2009. Grebeg Aksara Prasada - Desa Mas, Ubud, Gianyar, 1 Juni 2010. Pentas Wayang Lemah Remaja mewakili SMA N 8 Denpasar di Konsulat Jenderal India, menyambut hari suci Hindu Saraswati 2013. Penabuh Gong Kebyar Anak-Anak Duta Kota Dempasar PKB XXIX 2007. Penabuh Gender Wayang pada PKB XXXI 2009.
Gusde mengaku sangat senang bisa melakoni seni. Dengan seni dirinya merasa yakin dapat melestarikan seni budaya Bali, sebagaimana digeriskan para leluhurnya. Dari sederet aktivitas seninya, dia amat terkesan ketika mewakili SMAN 8 Denpasar, almamaternya, pada acara pementasan Wayang Lemah. Saat itu dia tampil sebagai Dalang Remaja di Konsulat Jenderal India, serangkaian peringatan hari suci Saraswati.
"Ya, sebuah kebanggaan bagi saya. Sejak usia sembilan tahun sudah diberikan pengetahuan dan banyak pengalaman luar biasa oleh Ida Sang Hyang Widi. Saya harus tingkatkan, minimal dipertahankan, sebagai tindakan nyata melestarikan seni budaya Bali,’’ ujar Ketua ST Yowana Batur Sari ini.
Sebagai pemuda yang sutindih (berbela) dengan dresta Bali, Gusde berpesan kepada para juniornya agar selalu bangga melakoni seni, adat, dan budaya Bali. Bukan malah membanggakan budaya luar dengan mengesampingkan identitas budaya sendiri. ‘’Kita orang Bali kaya dengan seni, budaya, tradisi Bali. Ya… harus seimbang antara mengikuti trend zaman dan menjaga tradisi,’’ jelas Ketua Yowana Dharmopadesa Badung ini. Gusde juga rajn berdiskusi tentang kepemudaan Hindu Bali. Dia kerap melontarkan pesan agar manfaatkan masa muda untuk kegiatan positif. Jangan melempem, tapi juga jangan membebek. Pemuda Bali mesti konsisten dan punya pendirian teguh. Dia pun mengutif Bung Karno, ‘’jadilah elang walaupun terbang sendirian, ketimbang ikut-ikutan seperti bebek’’. *lsa
Penguasaan terhadap seni itu menjadikan Ketua DPK Peradah Badung 2020-2023 ini terlibat aktif dalam even seni bernafaskan Hindu Bali, baik di Bali dan luar Bali. Namun setamat SMAN 8 Denpasar, Gusde malah memilih kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Warmadewa, Denpasar.
‘’Biarkan berkesenian ini saya pakai untuk ngayah dan manyamabraya (kegiatan sosial). Saya kuliah Fakultas Ekonomi agar punya ilmu pengetahuan untuk mencari penghidupan. Juga, biar hidup ini tak menoton,’’ ujarnya saat dihubungi, Sabtu (14/8).
Gusde mengakui darah seninya turunan dari sang kompyang (kakeknya ayah,Red), Ida Bagus Yadnya, mantan Perbekel Ayunan. Beliau juga seniman mumpuni, terutama menari nopeng, dalang wayang, magender, dan sangging. Tradisi seni ini mengalir deras di keluarga Griya Ayunan, termasuk ke ayah Gusde, Ida Bagus Catur. ‘’Kompyang dan ajik (ayah) seniman Bali. Oh, ini harus saya lestarikan,’’ gumam Gusde ketika bocah, memicu bakat seninya.
Sejak kelas 3 SD, Gusde secara alamiah terpikat dengan seni. Karena di griya ada ‘sekolah seni’ alam. Hampir setiap hari ada banyak warga belajar menabuh gender, gong, mawirama, dan seni-seni bernafas Hindu Bali lainnya. Guna mengasah bakat seninya, Gusde belajar di Sanggar Maha Bajra Sandhi, milik maestro seni-budaya Bali ternama asal Griya Buda Keling, Karangasem, Ida Wayan Granoka. Dari sanggar ini darah seni Gus makin mengaura matang, bertaksu. Tak cukup di siru, sosok muda kreatif ini makin ketagihan menempa diri. Dia rajin mengikuti pelatihan dan lomba-lomba seni. Pelatihan itu, antara lain, Pelatihan Wayang di Dinas Kebudayaan Badung.
Gusde mengakui, kepiawaian seninya kian tertempa tak hanya karena bakat seni. Tak kalah dukung yakni lingkungan, juga berkat bimbingan serta asuan orangtua, keluarga serta para ‘mpu seni’ Bali yang mengagumkan. Unik memang. Dia amat cinta seni. Tapi, enjoy menimba ilmu di fakultss ekonomi. ‘’’Ya, karena saya belajar tanpa ada unsur paksaan. Buat saya, Ekonomi ini jadi ilmu baru,’’ jelasnya.
Berkat seni yang ditekuni, Gusde sempat sedikitnya sembilan kali terlibat dalam even seni bergengsi di Bali dan luar Bali. Even dimaksud, Grebeg Aksara Prasada-100th Puputan Klungkung, Semarapura 2008. Grebeg Aksara Prasada - Kebangkitan Nasional, Trowulan Jawa Timur, 20 Mei 2008. Parba Jagat Nusantara di Bandung, Jawa Barat, 17 September 2008. Parba Jagat Nusantara - Nusa Tenggara Barat di Mataram 2009. Parba Jagat Nusantara - UNHI, 2009 Grebeg Aksara Prasada - Tenganan Pegringsingan, 1 Agustus 2009. Revolusi Moralitas Negeri - Desa Adistana Budakeling - Penyatur Saren 2009. Grebeg Aksara Prasada - Desa Mas, Ubud, Gianyar, 1 Juni 2010. Pentas Wayang Lemah Remaja mewakili SMA N 8 Denpasar di Konsulat Jenderal India, menyambut hari suci Hindu Saraswati 2013. Penabuh Gong Kebyar Anak-Anak Duta Kota Dempasar PKB XXIX 2007. Penabuh Gender Wayang pada PKB XXXI 2009.
Gusde mengaku sangat senang bisa melakoni seni. Dengan seni dirinya merasa yakin dapat melestarikan seni budaya Bali, sebagaimana digeriskan para leluhurnya. Dari sederet aktivitas seninya, dia amat terkesan ketika mewakili SMAN 8 Denpasar, almamaternya, pada acara pementasan Wayang Lemah. Saat itu dia tampil sebagai Dalang Remaja di Konsulat Jenderal India, serangkaian peringatan hari suci Saraswati.
"Ya, sebuah kebanggaan bagi saya. Sejak usia sembilan tahun sudah diberikan pengetahuan dan banyak pengalaman luar biasa oleh Ida Sang Hyang Widi. Saya harus tingkatkan, minimal dipertahankan, sebagai tindakan nyata melestarikan seni budaya Bali,’’ ujar Ketua ST Yowana Batur Sari ini.
Sebagai pemuda yang sutindih (berbela) dengan dresta Bali, Gusde berpesan kepada para juniornya agar selalu bangga melakoni seni, adat, dan budaya Bali. Bukan malah membanggakan budaya luar dengan mengesampingkan identitas budaya sendiri. ‘’Kita orang Bali kaya dengan seni, budaya, tradisi Bali. Ya… harus seimbang antara mengikuti trend zaman dan menjaga tradisi,’’ jelas Ketua Yowana Dharmopadesa Badung ini. Gusde juga rajn berdiskusi tentang kepemudaan Hindu Bali. Dia kerap melontarkan pesan agar manfaatkan masa muda untuk kegiatan positif. Jangan melempem, tapi juga jangan membebek. Pemuda Bali mesti konsisten dan punya pendirian teguh. Dia pun mengutif Bung Karno, ‘’jadilah elang walaupun terbang sendirian, ketimbang ikut-ikutan seperti bebek’’. *lsa
1
Komentar