Ricuh, Musda Golkar Jembrana Dihentikan
DPD I Golkar Bali Dituding ‘Bermain’ di Musda Kabupaten
Wayan Suardika mundur, kursi Ketua DPD II Golkar Jembrana jadi ajang rebutan Made Suardana vs Ketut Widastra
NEGARA, NusaBali
Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Jembrana yang digelar di Sekretariat DPD II Golkar Jembrana di Negara, Selasa (18/8) siang, terpaksa dihentikan karena terjadi kericuhan. Masalahnya, puluhan Ketua Pengurus Desa (PD) Golkar se-Jembrana protes keras, karena sejumlah perwakilan organisasi sayap yang memiliki hak suara datang terlambat, namun tetap diakomodir sebagai peserta Musda.
Kericuhan terjadi setelah pembukaan Musda Golkar Jembrana, Selasa siang sekitar pukul 13.00 Wita. Saat acara hendak berlanjut ke tahapan sidang pemilihan Ketua DPD II Golkar Jembrana, puluhan Ketua PD Golkar se-Jembrana yang berkumpul di luar ruangan Musda, memprotes keras panitia.
Masalahnya, saat hendak berlanjut ke tahapan sidang, tiba-tiba datang 3 orang perwakilan organisasi sayap Golkar yang hendak masuk ke ruangan. Padahal, sesuai ketentuan awal, registrasi peserta Musda ditutup Selasa pagi pukul 10.00 Wita. Namun, mereka yang terlambat sampai 3 jam tetap diakomodir panitia sebagai peserta Musda Golkar Jembrana.
Selain memprotes panitia, puluhan Ketua PD Golkar dari berbagai kecamatan se-Jembrana ini sempat berusaha masuk ke ruangan Musda. Dalam kericuhan itu, para Ketua PD Golkar juga sempat meneriakkan agar DPD I Golkar Bali bersikap netral. Kebetulan, Musda Golkar Jembrana kemarin siang dihadiri langsung Ketua DPD I Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry.
Karena terjadi kericuhan, Ketua DPD I Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry, mempersilakan perwakilan dari sejumlah Ketua PD Golkar se-Jembrana untuk berdialog langsung dengannya. Setelah mendengar apa yang menjadi keluhan para Ketua PD Golkar dan melakukan rapat internal dengan panitia, Sugawa Korry akhirnya memutuskan tunda Musda Golkar Jembrana.
Sugawa Korry mengatakan, keputusan tunda pelaksanaan Musda Golkar Jembrana ini dilakukan atas usulan dari panitia. Salah satu pertimbangannya, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. “Karena ada pihak-pihak yang di luar peserta, justru melarang peserta Musda yang sah untuk masuk. Kalau itu dibiarkan, kan jadi kurang bagus. Kemudian, juga banyak datang peserta Musda yang tidak teriden-tifikasi,” tegas Sugawa Korry.
Menurut Sugawa Korry, dalam pelaksanaan Musda Golkar di tengah pandemi Covid-19, penting menekankan protokol kesehatan cegah penularan virus Corona. Untuk itu, jumlah peserta Musda Golkar Jembrana dibatasi. Namun nyatanya, yang datang cukup banyak, sehingga diputuskan untuk tunda Musda.
Musda Golkar Jembrana ditargetkan bisa terlaksana sebelum 31 Agustus 2020. “Pelaksanaan Musda Golkar Jembrana ditarget sebelum akhir Agustus 2020 ini, karena kita tengah persiapan menghadapi Pilkada Jembrana 2020,” jelas politisi senior asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang juga Wakil Ketua DPRD Bali dari Fraksi Golkar ini.
Disinggung terkait aksi protes puluhan Ketua PD Golkar yang akhirnya memaksa ditundanya Musda Golkar Jembrana, menurut Sugawa Korry, itu merupakan hal biasa dalam berdemokrasi. Namun, untuk peserta Musda yang datang terlambat saat acara belum dimulai, sebenarnya dibolehkan. Hanya saja, karena ada penolakan dari sejumlah Ketua PD Golkar, akhirnya diambil jalan tengah untuk menunda pelaksanaan Musda.
“Arahan saya tadi (saat pembukaan Musda, Red), sebenarnya sudah jelas. Berdialog-lah. Tetapi, tampaknya belum sidang sudah ada upaya-upaya mencegah peserta yang membawa mandat. Sebenarnya, peserta itu bisa masuk karena sidang memang belum dimulai. Itu tidak melanggar ketentuan, tapi justru apa yang disampaikan panitia tidak didengarkan,” sesal Sugawa Korry.
Wacana yang berkembang hingga Selasa kemarin, ada 3 kader Beringin yang digadang-gadang maju tarung memperebutkan kursi Ketua DPD II Golkar Jembrana 2020-2025. Pertama, I Made Suardana, anggota Fraksi Golkar DPRD Bali Dapil Jembrana (2014-2019, 2019-2024) yang kini menjadi Plt Ketua DPD II Golkar Jembrana sejak setahun terakhir. Sebelumnya, Made Suardana sempat menduduki kursi Ketua DPD II Golkar Jembrana 2010-2015.
Kedua, I Ketut Widastra, kader Beringin yang saat ini menjabat Wakil Ketua Bappilu Wilayah Kecamatan Jembrana-Pekutatan-Mendoyo DPD II Golkar Jembrana 2015-2020. Ketiga, I Wayan Suardika, kader Beringin yang kini menjabat Wakil Ketua DPRD Jembrana 2019-2024 dari Fraksi Golkar.
Perlu dicatat, Wayan Suardika sebelumnya sempat menjabat Ketua DPD II Golkar Jembrana hasil Musda tahun 2015. Namun, di tengah jalan sebelum masa jabatannya habis, Wayan Suardika lengser dareui jabatan Ketua DPD II Golkar Jembrana pada 2019 lalu. Dia lengser bersamaan dengan dilengserkannya Ketua DPD II Golkar Bangli I Wayan Gunawan, Ketua DPD II Golkar Karangasem I Made Sukerana, Ketua DPD II Golkar Badung I Wayan Muntra, Ketua DPD II Golkar Tabanan I Ketut Arya Budi Giri, dan Plt Ketua DPD II Golkar Buleleng I Made Adi Dja-ya.
Wayan Suardika sendiri tidak ikut menggugat ke Mahkamah Partai Golkar atas lengsernya dari kursi jabatan Ketua DPD II Golkar Jembrana. Dia berbeda dengan 5 Ketua DPD II Golkar lainnya yang menggugat ke Mahkamah Partai Golkar, meski akhirnya gugatan mereka rontok. Tidak ikut menggugat, Wayan Suardika dapat hadian sebagai Wakil Ketua DPRD Jembrana hasil Pileg 2019.
Selain itu, saat ini Suardika juga mendapat posisi sebagai Wakil Ketua Bidang Kerohanian DPD I Golkar Bali pimpinan Nyoman Sugawa Korry. Namun, Suardika hampir dipastikan tidak akan terpilih menjadi Ketua DPD II Golkar Jembrana 2020-2025. Pasalnya, sebelum mulai acara Musda Golkar Jembrana diputuskan ditunda, Selasa kemarin, Suardika mundur sebagai calok ketua. Jadi, kursi Ketua DPD II Golkar Jembrana kini jadi ajang rebutan Made Suardana vs Ketut Widastra.
Sementara itu, kisruh Musda Golkar Jembrana diadukan ke Ketua Umum DPP Golkar, Airlangga Hartarto. Hal ini diungkapkan Wakil Koordinator Bappilu Wilayah Bali DPP Golkar, Dewa Made Widiyasa Nida, yang kemarin terjun langsung ke Musda Golkar Jembrana.
Menurut Dewa Nida, kisruh Musda Golkar Jembrana dilaporkan kepada Ketua Korwil Pemenangan Pemilu Wilayah Bali DPP Golkar, Gede Sumarjaya Linggih alias Demer. "Saya juga langsung direct laporkan masalah ini kepada Ketua Umum DPP Golkar. Harusnya, Musda Golkar Jembrana tidak sampai kisruh dan ditunda, kalau semuanya membuka proses secara demokratis," ujar Dewa Nida kepada NusaBali.
Dewa Nida mengatakan, kisruh Musda Golkar Jembrana terjadi karena terindikasi DPD I Golkar Bali ‘bermain’ dengan memblok aspirasi akar rumput. "Kalau DPD I Golkar Bali tidak bermain, kisruh tidak akan terjadi. Kayak pemegang suara dari unsur Ormas SOKSI malah di-nol-kan. Kalau begini, ya mendingan tidak ada Musda. Tunjuk saja Ketua DPD II Golkar Jembrana," sesal Dewa Nida.
Mantan Ketua DPD II Golkar Klungkung ini menegaskan, dirinya sudah jauh-jauh hari memberitahukan kepada Sekretaris DPD I Golkar Bali Made Dauh Wijana supaya tidak campur tangan dalam Musda Golkar Kabupaten/Kota. "Saya telepon Dauh Wijana supaya DPD I Golkar melepas saja proses di daerah. Kalau begini, proses Musda akan berpengaruh terhadap Pilkada 2020. Sangat berbahaya bagi partai kalau begini," papar politisi Golkar asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung ini.
Menurut Dewa Nida, di Musda Golkar Jembrana muncul aspirasi arus bawah mendukung salah satu kandidat sebgai calon Ketua DPD II Golkar Jembrana. "DPD I Golkar Bali harusnya mendukung arus bawah. Jangan yang nggak dapat dukungan dipaksakan. Salah besar itu. Panitia Musda sekarang nggak bisa melanjutkan Musda Golkar Jembrana. Saya akan pantau terus ini," katanya.
Dikonfirmasi NusaBali terpisah, Sekretaris DPD I Golkar Bali, Made Dauh Wijana, bantah tudingan Dewa Nida yang sebut DPD I Golkar Bali intervensi pemilik suara, sehingga menimbulkan protes. "Mana ada DPD I Golkar mengintervensi. Musda Golkar Jembrana ditunda karena ada peserta dari unsur Ormas terlambat datang, sehingga tidak diberikan masuk. Itu saja pemicunya, nggak ada intervensi," dalih Dauh Wijana. *ode,nat
Kericuhan terjadi setelah pembukaan Musda Golkar Jembrana, Selasa siang sekitar pukul 13.00 Wita. Saat acara hendak berlanjut ke tahapan sidang pemilihan Ketua DPD II Golkar Jembrana, puluhan Ketua PD Golkar se-Jembrana yang berkumpul di luar ruangan Musda, memprotes keras panitia.
Masalahnya, saat hendak berlanjut ke tahapan sidang, tiba-tiba datang 3 orang perwakilan organisasi sayap Golkar yang hendak masuk ke ruangan. Padahal, sesuai ketentuan awal, registrasi peserta Musda ditutup Selasa pagi pukul 10.00 Wita. Namun, mereka yang terlambat sampai 3 jam tetap diakomodir panitia sebagai peserta Musda Golkar Jembrana.
Selain memprotes panitia, puluhan Ketua PD Golkar dari berbagai kecamatan se-Jembrana ini sempat berusaha masuk ke ruangan Musda. Dalam kericuhan itu, para Ketua PD Golkar juga sempat meneriakkan agar DPD I Golkar Bali bersikap netral. Kebetulan, Musda Golkar Jembrana kemarin siang dihadiri langsung Ketua DPD I Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry.
Karena terjadi kericuhan, Ketua DPD I Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry, mempersilakan perwakilan dari sejumlah Ketua PD Golkar se-Jembrana untuk berdialog langsung dengannya. Setelah mendengar apa yang menjadi keluhan para Ketua PD Golkar dan melakukan rapat internal dengan panitia, Sugawa Korry akhirnya memutuskan tunda Musda Golkar Jembrana.
Sugawa Korry mengatakan, keputusan tunda pelaksanaan Musda Golkar Jembrana ini dilakukan atas usulan dari panitia. Salah satu pertimbangannya, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. “Karena ada pihak-pihak yang di luar peserta, justru melarang peserta Musda yang sah untuk masuk. Kalau itu dibiarkan, kan jadi kurang bagus. Kemudian, juga banyak datang peserta Musda yang tidak teriden-tifikasi,” tegas Sugawa Korry.
Menurut Sugawa Korry, dalam pelaksanaan Musda Golkar di tengah pandemi Covid-19, penting menekankan protokol kesehatan cegah penularan virus Corona. Untuk itu, jumlah peserta Musda Golkar Jembrana dibatasi. Namun nyatanya, yang datang cukup banyak, sehingga diputuskan untuk tunda Musda.
Musda Golkar Jembrana ditargetkan bisa terlaksana sebelum 31 Agustus 2020. “Pelaksanaan Musda Golkar Jembrana ditarget sebelum akhir Agustus 2020 ini, karena kita tengah persiapan menghadapi Pilkada Jembrana 2020,” jelas politisi senior asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang juga Wakil Ketua DPRD Bali dari Fraksi Golkar ini.
Disinggung terkait aksi protes puluhan Ketua PD Golkar yang akhirnya memaksa ditundanya Musda Golkar Jembrana, menurut Sugawa Korry, itu merupakan hal biasa dalam berdemokrasi. Namun, untuk peserta Musda yang datang terlambat saat acara belum dimulai, sebenarnya dibolehkan. Hanya saja, karena ada penolakan dari sejumlah Ketua PD Golkar, akhirnya diambil jalan tengah untuk menunda pelaksanaan Musda.
“Arahan saya tadi (saat pembukaan Musda, Red), sebenarnya sudah jelas. Berdialog-lah. Tetapi, tampaknya belum sidang sudah ada upaya-upaya mencegah peserta yang membawa mandat. Sebenarnya, peserta itu bisa masuk karena sidang memang belum dimulai. Itu tidak melanggar ketentuan, tapi justru apa yang disampaikan panitia tidak didengarkan,” sesal Sugawa Korry.
Wacana yang berkembang hingga Selasa kemarin, ada 3 kader Beringin yang digadang-gadang maju tarung memperebutkan kursi Ketua DPD II Golkar Jembrana 2020-2025. Pertama, I Made Suardana, anggota Fraksi Golkar DPRD Bali Dapil Jembrana (2014-2019, 2019-2024) yang kini menjadi Plt Ketua DPD II Golkar Jembrana sejak setahun terakhir. Sebelumnya, Made Suardana sempat menduduki kursi Ketua DPD II Golkar Jembrana 2010-2015.
Kedua, I Ketut Widastra, kader Beringin yang saat ini menjabat Wakil Ketua Bappilu Wilayah Kecamatan Jembrana-Pekutatan-Mendoyo DPD II Golkar Jembrana 2015-2020. Ketiga, I Wayan Suardika, kader Beringin yang kini menjabat Wakil Ketua DPRD Jembrana 2019-2024 dari Fraksi Golkar.
Perlu dicatat, Wayan Suardika sebelumnya sempat menjabat Ketua DPD II Golkar Jembrana hasil Musda tahun 2015. Namun, di tengah jalan sebelum masa jabatannya habis, Wayan Suardika lengser dareui jabatan Ketua DPD II Golkar Jembrana pada 2019 lalu. Dia lengser bersamaan dengan dilengserkannya Ketua DPD II Golkar Bangli I Wayan Gunawan, Ketua DPD II Golkar Karangasem I Made Sukerana, Ketua DPD II Golkar Badung I Wayan Muntra, Ketua DPD II Golkar Tabanan I Ketut Arya Budi Giri, dan Plt Ketua DPD II Golkar Buleleng I Made Adi Dja-ya.
Wayan Suardika sendiri tidak ikut menggugat ke Mahkamah Partai Golkar atas lengsernya dari kursi jabatan Ketua DPD II Golkar Jembrana. Dia berbeda dengan 5 Ketua DPD II Golkar lainnya yang menggugat ke Mahkamah Partai Golkar, meski akhirnya gugatan mereka rontok. Tidak ikut menggugat, Wayan Suardika dapat hadian sebagai Wakil Ketua DPRD Jembrana hasil Pileg 2019.
Selain itu, saat ini Suardika juga mendapat posisi sebagai Wakil Ketua Bidang Kerohanian DPD I Golkar Bali pimpinan Nyoman Sugawa Korry. Namun, Suardika hampir dipastikan tidak akan terpilih menjadi Ketua DPD II Golkar Jembrana 2020-2025. Pasalnya, sebelum mulai acara Musda Golkar Jembrana diputuskan ditunda, Selasa kemarin, Suardika mundur sebagai calok ketua. Jadi, kursi Ketua DPD II Golkar Jembrana kini jadi ajang rebutan Made Suardana vs Ketut Widastra.
Sementara itu, kisruh Musda Golkar Jembrana diadukan ke Ketua Umum DPP Golkar, Airlangga Hartarto. Hal ini diungkapkan Wakil Koordinator Bappilu Wilayah Bali DPP Golkar, Dewa Made Widiyasa Nida, yang kemarin terjun langsung ke Musda Golkar Jembrana.
Menurut Dewa Nida, kisruh Musda Golkar Jembrana dilaporkan kepada Ketua Korwil Pemenangan Pemilu Wilayah Bali DPP Golkar, Gede Sumarjaya Linggih alias Demer. "Saya juga langsung direct laporkan masalah ini kepada Ketua Umum DPP Golkar. Harusnya, Musda Golkar Jembrana tidak sampai kisruh dan ditunda, kalau semuanya membuka proses secara demokratis," ujar Dewa Nida kepada NusaBali.
Dewa Nida mengatakan, kisruh Musda Golkar Jembrana terjadi karena terindikasi DPD I Golkar Bali ‘bermain’ dengan memblok aspirasi akar rumput. "Kalau DPD I Golkar Bali tidak bermain, kisruh tidak akan terjadi. Kayak pemegang suara dari unsur Ormas SOKSI malah di-nol-kan. Kalau begini, ya mendingan tidak ada Musda. Tunjuk saja Ketua DPD II Golkar Jembrana," sesal Dewa Nida.
Mantan Ketua DPD II Golkar Klungkung ini menegaskan, dirinya sudah jauh-jauh hari memberitahukan kepada Sekretaris DPD I Golkar Bali Made Dauh Wijana supaya tidak campur tangan dalam Musda Golkar Kabupaten/Kota. "Saya telepon Dauh Wijana supaya DPD I Golkar melepas saja proses di daerah. Kalau begini, proses Musda akan berpengaruh terhadap Pilkada 2020. Sangat berbahaya bagi partai kalau begini," papar politisi Golkar asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung ini.
Menurut Dewa Nida, di Musda Golkar Jembrana muncul aspirasi arus bawah mendukung salah satu kandidat sebgai calon Ketua DPD II Golkar Jembrana. "DPD I Golkar Bali harusnya mendukung arus bawah. Jangan yang nggak dapat dukungan dipaksakan. Salah besar itu. Panitia Musda sekarang nggak bisa melanjutkan Musda Golkar Jembrana. Saya akan pantau terus ini," katanya.
Dikonfirmasi NusaBali terpisah, Sekretaris DPD I Golkar Bali, Made Dauh Wijana, bantah tudingan Dewa Nida yang sebut DPD I Golkar Bali intervensi pemilik suara, sehingga menimbulkan protes. "Mana ada DPD I Golkar mengintervensi. Musda Golkar Jembrana ditunda karena ada peserta dari unsur Ormas terlambat datang, sehingga tidak diberikan masuk. Itu saja pemicunya, nggak ada intervensi," dalih Dauh Wijana. *ode,nat
Komentar