nusabali

Kawasan Wisata Lovina Dirancang Jadi Kecamatan

Akan Disangga 8 Desa, Fokuskan Pengembangan Sektor Pariwisata

  • www.nusabali.com-kawasan-wisata-lovina-dirancang-jadi-kecamatan

SINGARAJA, NusaBali
Pemerintah Kabupaten Buleleng mencanangkan pemekaran kecamatan, yakni Kecamatan Lovina kawasan wisata yang kini masuk wilayah Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng.

Nantinya, Kecamatan Lovina yang menjadi kecamatan ke-10 di Kabupaten Buleleng, diarakan fokus untuk pengembangan pariwisata. Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, mengatakan pemekaran kecamatan baru dinilai sangat penting, mengingat Kecamatan Buleleng memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak dibandingkan 8 kecamatan lainnya di Gumi Panji Sakti (Kecamatan Tejakula, Kecamatan Kubutambahan, Kecamatan Sawan, Kecamatan Sukasada, Kecamatan Banjar, Kecamatan Seririt, Kecamatan Busungbiu, dan Kecamatan Gerokgak). Kecamatan Buleleng saat ini menaungi 12 desa dan 17 kelurahan.  Sedangkan kecamatan lainnya rata-rata masih membawahi kurang dari 20 desa/kelurahan.

Menurut Agus Suradnyana, pembentukan Kecamatan Lovina nantinya akan disangga oleh 8 desa yang saat ini masuk dalam wilayah Kecamatan Buleleng, Kecamatan Sukasada, dan Kecamatan Banjar. Desa-desa tersebut adalah Desa Pemaron, Desa Tukadmungga, Desa Anturan, Desa Kalibukbuk (Kecamatan Buleleng), Desa Selat, Desa Kayuputih (Kecamatan Sukasada), serta Desa Kaliasem dan Desa Te-mukus (Kecamatan Banjar).

“Kecamatan Lovina ini akan saya fokuskan khusus untuk pengembangan pariwisata. Terlebih, kawasan wisata Lovina dengan 8 desa penyangga ini keterkaitannya sangat mendukung,” kata Agus Suradnyana di Singaraja, Minggu (23/8).

Disebutkan, rencana pemekaran kecamatan baru di Buleleng sebenarnya sudah dirancang sejak beberapa tahun lalu. Pertimbangannya, luas wilayah dan topografi Kabupaten Buleleng yang terdiri dari dataran tinggi dan datangan rendah. Bahkan, Pemkab Buleleng sudah melibatkan Undiksha Singaraja sebagai tim peneliti. Hanya saja pengembangan kecamatan baru di Buleleng selama ini belum dapat direalisasikan, mengingat ada moratorium dari pemerintah pusat tentang pemekaran ke-camatan baru.

Kawasan wisata Lovina selama ini menjadi ikon pariwisata Buleleng, dengan keindahan dan ketenangan air lautnya. Di sini ada wisata andalan dolpin. Pantai yang indah juga ada di sekitar Lovina, membujur ke barat dari Desa Kaliasem hingga Temukus Temukus dan ke arah timur dari Desa Anturan, Desa Tukadmungga, hingga Desa Pemaron.

Sedangkan kawasan yang ada di dataran tinggi, seperti Desa Kayuputih Melaka (Kecamatan Banjar) dengan topografi perbukitannya, sangat berpotensi untuk pengembangan akomodasi pariwisata. Begitu juga Desa Selat (Kecamatan Sukasada) dengan potensi hutan desa yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) saat ini, juga dapat dikembangkan menjadi DTW Wisata Taman Alam, dari kebun binatang hingga tree house.

“Dari topografi interlancenya (keterkaitan) sangat mendukung, kenapa tidak bikin kecamatan baru untuk dijadikan new destination intelance? Saat ini, Lovina segitu saja. Nah, dengan 8 desa penyangga itu, Kecamatan Lovina bisa menjadi kawasan pariwisata yang komprehensif,” jelas Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar yang juga Ketua DPC PDIP Buleleng ini.

Menurut Agus Suradnyana, pancanganan pemekaran kecamatan baru di Buleleng ini akan digodok lebih matang lagi, agar sesuai syarat dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Termasuk Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), sehingga tergambar jelas zona-zona mana yang diperuntukkan bagi pengembangan pariwisata dan zona pertanian.

Untuk mendukung pengembangan kawasan wisata Lovina, Pemkab Buleleng tahun depan akan mengawali dengan pra desain pembangunan 9 jembatan di pesisir utara yang membentang dari wilayah Kelurahan Banyuasri (sisi timur) hingga Pantai Lovina (sisi barat). Dalam proyek yang diestimasi menelan anggaran sekitar Rp 50 miliar ini, akan dibangun berbagai jenis jembatan, mulai dari jembatan gantung hingga jembatan kaca yang sangat mendukung untuk wisata selfi.

Proyek ini, kata Agus Suradnyana, juga akan dilengkapi dengan jogging track dari Pantai Lovina hingga Pasar Banyuasri di Kota Singaraja. “Ini mengkonekkan Pasar Banyuasri dengan Lovina. Bicara pariwisata, destinasi market juga salah satu unsur pendukung,” tegas mantan Ketua Komisi III DPRD Bali tiga kali periode ini.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Buleleng dari Fraksi Gerindra, Gede Suradnya, menilai wacana pemekaran Kecamatan Lovina bukan kepentingan mendesak. Jika targetnya adalah pengembangan pariwisata berbasis kawasan, Suradnya meminta pemerintah membahas dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan. “Pemekaran kecamatan akan menambah beban anggaran. Pemerintah butuh anggaran besar dari sisi penyusunan personalia, administratif, hingga penyediaan fasilitas gedung perkantoran,” tandas politisi asal Desa Anturan, Kecamatan Buleleng ini saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Minggu kemarin.

Menurut Suradnya, sejauh ini Kecamatan Buleleng masih bisa menanggung beban dari 29 desa/kelurahan yang dinaunginya. Puluhan desa/kelurahan pun masih memiliki akses yang tak jauh untuk mencapai ibukota kecamatan dalam keperluan pengurusan administrasi dan lainnya. “Wisatawan yang datang ke Buleleng bukan melihat dari administrasi kawasannya, tetapi karena daya tarik wisata minat khusus, seperti wisata alam dan seni budaya yang khas Buleleng,” katanya. *k23

Komentar