Alat Berat Terjebak Lumpur, Eksekusi Gagal
Eksekusi bangunan di atas sepadan sungai dekat Pura Penegil Dharma, Desa Pakraman Kubutambahan, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Sabtu (8/10) urung dilaksanakan.
SINGARAJA, NusaBali
Eksekusi bangunan di atas sepadan sungai dekat Pura Penegil Dharma, Desa Pakraman Kubutambahan, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Sabtu (8/10) urung dilaksanakan. Gara-garanya, alat berat yang dikerahkan membongkar bangunan di sepadan sungai itu, keburu terperosok ke kubangan lumpur.
Eksekusi bangunan berupa tembok panyengker di atas sepadan sungai, dilaksanakan oleh krama Adat Desa Pakraman Kubutambahan, setelah pihak adat termasuk Muspika Kecamatan Kubutambahan, memberikan peringatan kepada pemilik bangunan agar membongkar sendiri bangunannya.
Bangunan tembok panyengker itu dinilai melanggar sepadan sungai, di samping mencemari kesucian kawasan Pura Penegil Dharma. Bangunan tembok panyengker itu berada di sisi timur Pura Penegil Dharma. Di lokasi itu juga terhadap sumber mata air yang dinyakini oleh Krama Desa Kubutambahan, sebagai tempat Penirtaan (tempat yang disakralkan memohon air suci,red).
Pemilik bangunan, Jero Sandiarta asal Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, tidak pernah menggubris surat peringatan agar membongkar tembok panyengker yang telah melanggar sepadan sungai. Jero Sandiarta dikabarkan menetap di luar negeri. “Jelas kami keberatan, karena sudah dua bulan lalu diberikan kesempatan membongkar, selalu mengulur-ulur waktu. Sehingga kami harus bertindak,” terang Kelian Desa Pakraman Kubutambahan, Jero Pasek Ketut Warkadea yang ditemui di lokasi, kemarin. Dalam eksekusi kemarin, seluruh Krama Adat Kubutambahan diturunkan, termasuk Pecalang Adat setempat.
Sebelum eksekusi, seluruh krama melaksanakan persembahyangan bersama di Pura Penegil Dharma sekitar pukul 07.00 Wita. Usai persembahyangan, krama langsung menuju lokasi eksekusi yang bersebelahan dengan Pura Penegil Dharma. Dalam eksekusi itu, pihak adat menggerakkan satu unit alat berat guna mempercepat proses pembongkaran tembok penyengker.
Nah, saat alat berat diarahkan menuju ke lokasi dengan menyisir sungai, ternyata di tengah jalan salah satu ban dari alat berat terperosok dalam lumpur. Ternyata jalan yang dipakai jalur alat berat turun menuju ke sungai, terlalu becek. Setiap kali dicoba bergerak, justru samakin dalam alat berat itu terperosok di kubangan lumpur. Hingga siang pukul 13.00 wita, alat berat tersebut belum bisa keluar dari kubungan lumpur.
Melihat situasi itu, sebagian krama memilih pulang ke rumah masing-masing, dan sebagian lagi bertahan sambil berharap alat berat itu bisa keluar dari kubangan lumpur. * k19
Eksekusi bangunan berupa tembok panyengker di atas sepadan sungai, dilaksanakan oleh krama Adat Desa Pakraman Kubutambahan, setelah pihak adat termasuk Muspika Kecamatan Kubutambahan, memberikan peringatan kepada pemilik bangunan agar membongkar sendiri bangunannya.
Bangunan tembok panyengker itu dinilai melanggar sepadan sungai, di samping mencemari kesucian kawasan Pura Penegil Dharma. Bangunan tembok panyengker itu berada di sisi timur Pura Penegil Dharma. Di lokasi itu juga terhadap sumber mata air yang dinyakini oleh Krama Desa Kubutambahan, sebagai tempat Penirtaan (tempat yang disakralkan memohon air suci,red).
Pemilik bangunan, Jero Sandiarta asal Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, tidak pernah menggubris surat peringatan agar membongkar tembok panyengker yang telah melanggar sepadan sungai. Jero Sandiarta dikabarkan menetap di luar negeri. “Jelas kami keberatan, karena sudah dua bulan lalu diberikan kesempatan membongkar, selalu mengulur-ulur waktu. Sehingga kami harus bertindak,” terang Kelian Desa Pakraman Kubutambahan, Jero Pasek Ketut Warkadea yang ditemui di lokasi, kemarin. Dalam eksekusi kemarin, seluruh Krama Adat Kubutambahan diturunkan, termasuk Pecalang Adat setempat.
Sebelum eksekusi, seluruh krama melaksanakan persembahyangan bersama di Pura Penegil Dharma sekitar pukul 07.00 Wita. Usai persembahyangan, krama langsung menuju lokasi eksekusi yang bersebelahan dengan Pura Penegil Dharma. Dalam eksekusi itu, pihak adat menggerakkan satu unit alat berat guna mempercepat proses pembongkaran tembok penyengker.
Nah, saat alat berat diarahkan menuju ke lokasi dengan menyisir sungai, ternyata di tengah jalan salah satu ban dari alat berat terperosok dalam lumpur. Ternyata jalan yang dipakai jalur alat berat turun menuju ke sungai, terlalu becek. Setiap kali dicoba bergerak, justru samakin dalam alat berat itu terperosok di kubangan lumpur. Hingga siang pukul 13.00 wita, alat berat tersebut belum bisa keluar dari kubungan lumpur.
Melihat situasi itu, sebagian krama memilih pulang ke rumah masing-masing, dan sebagian lagi bertahan sambil berharap alat berat itu bisa keluar dari kubangan lumpur. * k19
1
Komentar