Bali Deflasi -0,16 Persen
BI Koordinasi TPID Jaga Stabilitas Harga
Bali deflasi sebesar -0,16 persen (mtm), masih menunjukkan deflasi dari bulan sebelumnya (-0,39 persen (mtm)). Deflasi itu lebih dalam dibandingkan dengan deflasi nasional sebesar -0,05 persen.
DENPASAR,NusaBali
Bali kembali mengalami deflasi pada Agustus ini. Hal itu ditunjukkan dari Indeks Harga Konsumen (IHK) di Denpasar dan Singaraja, sehingga kedua kota tersebut mengalami deflasi. Denpasar deflasi -0,12 persen dan Singaraja -0,42 persen.
BPS mencatat Bali deflasi sebesar -0,16 persen (mtm), masih menunjukkan deflasi dari bulan sebelumnya (-0,39 persen (mtm)). Deflasi Bali lebih dalam dibandingkan dengan deflasi Nasional yang tercatat sebesar -0,05 persen.
Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho menjelaskan, kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar -2,01 persen (mtm), lebih dalam jika dibandingkan dengan Juli 2020 (-1,37 persen, mtm). Penurunan terdalam berlanjut untuk komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan pisang.
“Turunnya harga bawang merah terjadi seiring dengan sudah dimulainya panen bawang merah di berbagai sentra nasional di tengah permintaan yang stabil,” ujar Adi Nugroho, di Denpasar, Selasa (1/9).
Sedangkan penurunan harga daging ayam disebabkan normalisasi pasokan pasca langkanya daging ayam pada semester I 2020. Kelompok barang administered price tercatat deflasi sebesar -0,50 persen (mtm). Penurunan tekanan harga pada kelompok ini disebabkan turunnya tarif angkutan udara. Penurunan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh maskapai untuk meningkatkan jumlah penumpang.
Kelompok barang core inflation pada bulan Agustus mencatat inflasi sebesar 0,34 persen (mtm), naik dibandingkan dengan bulan Juli yang deflasi sebesar -0,11 persen(mtm). Peningkatan ini terjadi terutama didorong peningkatan harga emas perhiasan, canang sari, dan air kemasan.
Peningkatan harga emas perhiasan disebabkan peningkatan harga emas dunia masih berlanjut akibat re-emergence Covid-19 di beberapa negara. Sedangkan naiknya harga canang sari sejalan dengan mulai dibukanya industri pariwisata serta menyambut rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan.
Sementara Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada September 2020 akan tetap terkendali. Namun adanya Hari Raya Galungan dan peningkatan kegiatan pariwisata pada September 2020 berpotensi memberikan tekanan harga.
“Menghadapi potensi tantangan tersebut, Bank Indonesia Provinsi Bali akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna memastikan inflasi terjaga dalam kisaran sasaran nasional,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali , Trisno Nugroho.
Menurut Trisno Nugroho TPID Kabupaten/Kota dan Provinsi Bali senantiasa berupaya menjalankan program 4K (kestabilan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif). Juga mendukung program pemerintah untuk meningkatkan penyerapan komoditas pertanian utamanya hortikultura dengan berbagai program, seperti Pasar Gotong Royong. *K17.
BPS mencatat Bali deflasi sebesar -0,16 persen (mtm), masih menunjukkan deflasi dari bulan sebelumnya (-0,39 persen (mtm)). Deflasi Bali lebih dalam dibandingkan dengan deflasi Nasional yang tercatat sebesar -0,05 persen.
Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho menjelaskan, kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar -2,01 persen (mtm), lebih dalam jika dibandingkan dengan Juli 2020 (-1,37 persen, mtm). Penurunan terdalam berlanjut untuk komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan pisang.
“Turunnya harga bawang merah terjadi seiring dengan sudah dimulainya panen bawang merah di berbagai sentra nasional di tengah permintaan yang stabil,” ujar Adi Nugroho, di Denpasar, Selasa (1/9).
Sedangkan penurunan harga daging ayam disebabkan normalisasi pasokan pasca langkanya daging ayam pada semester I 2020. Kelompok barang administered price tercatat deflasi sebesar -0,50 persen (mtm). Penurunan tekanan harga pada kelompok ini disebabkan turunnya tarif angkutan udara. Penurunan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh maskapai untuk meningkatkan jumlah penumpang.
Kelompok barang core inflation pada bulan Agustus mencatat inflasi sebesar 0,34 persen (mtm), naik dibandingkan dengan bulan Juli yang deflasi sebesar -0,11 persen(mtm). Peningkatan ini terjadi terutama didorong peningkatan harga emas perhiasan, canang sari, dan air kemasan.
Peningkatan harga emas perhiasan disebabkan peningkatan harga emas dunia masih berlanjut akibat re-emergence Covid-19 di beberapa negara. Sedangkan naiknya harga canang sari sejalan dengan mulai dibukanya industri pariwisata serta menyambut rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan.
Sementara Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada September 2020 akan tetap terkendali. Namun adanya Hari Raya Galungan dan peningkatan kegiatan pariwisata pada September 2020 berpotensi memberikan tekanan harga.
“Menghadapi potensi tantangan tersebut, Bank Indonesia Provinsi Bali akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna memastikan inflasi terjaga dalam kisaran sasaran nasional,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali , Trisno Nugroho.
Menurut Trisno Nugroho TPID Kabupaten/Kota dan Provinsi Bali senantiasa berupaya menjalankan program 4K (kestabilan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif). Juga mendukung program pemerintah untuk meningkatkan penyerapan komoditas pertanian utamanya hortikultura dengan berbagai program, seperti Pasar Gotong Royong. *K17.
Komentar