Broker Sapi Untung 400 Dollar
Mahalnya harga daging sapi di Indonesia tak lepas dari keuntungan yang diambil dari mereka yang terlibat dalam mata rantai pemasok sapi sampai di tangan pembeli.
JAKARTA, NusaBali
Salah satunya adalah para broker. Saat melakukan kunjungan ke Tasmania, Australia dalam rangka pertemuan parlemen lima negara yakni MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia) beberapa hari lalu, Ketua DPR RI Ade Komarudin sempat membicarakan tentang daging sapi dengan Australia. Pasalnya Indonesia mendatangkan daging sapi dari negara tersebut.
"Ternyata pemerintahan disana juga tidak untung, meski harga sapi yang ditawarkan ke Indonesia tinggi. Saya diskusi dengan Dubes yang sempat mewawancarai peternak disana, terungkap kalau broker mengambil keuntungan 400 dollar atau Rp6 juta per sapi. Belum lagi importir disini mengambil keuntungan sehingga harga daging sapi semakin mahal," ujar pria yang biasa disapa Akom ini di Gedung DPR RI, Senin (10/10).
Mengetahui itu, Akom mengaku kaget. Ia berharap, pemerintah segera menerbitkan PP ketahanan pangan agar harga daging tidak terus naik menjelang maupun saat hari raya. "Kami mendorong setiap tahun atau saat Lebaran tidak ada lagi masalah dengan daging. Tahun depan atau tahun berikutnya harga daging tidak gila-gilaan lagi seperti tahun sebelumnya," imbuh pria dari fraksi Golkar ini.
Dalam kesempatan tersebut, Akom menerangkan, lima negara yang tergabung dalam MIKTA sama-sama menjadi anggota G 20. Pertemuan mereka antara lain membahas tentang keterbukaan parlemen, akuntabilitas dan keamanan parlemen.
Akom mendapat kesempatan memimpin rapat di sesi kedua. Ia menjelaskan, soal keterbukaan, parlemen Indonesia memiliki media sosial (medsos) seperti twitter, facebook, majalah dan TV Parlemen meski belum dikelola optimal.
"Mengenai keterbukaan informasi publik banyak persamaan, tetapi ada perbedaan juga. Di Australia dan Tasmania, gedung rapat balkon paripurna dan lainnya ditutup kaca. Namun semua jenis rapat apapun tetap berlangsung secara terbuka dan diketahui masyarakat luas," jelas Akom. Dengan ditutup kaca, terang Akom, keamanan terjamin lantaran orang tidak melempar botol ketika melakukan protes secara anarkis.
Di Indonesia belum, tempat rapat paripurna maupun komisi masih terbuka. Padahal, yang namanya parlemen dimana-mana harus dikelola dengan baik dan aman dari gerakan anarkis dan terorisme. Pengamanan pun harus berlapis-lapis dengan bekerjasama dengan tentara. "Jangan sampai DPR dibom, karena negara akan mudah goyah," imbuh Akom. k22
"Ternyata pemerintahan disana juga tidak untung, meski harga sapi yang ditawarkan ke Indonesia tinggi. Saya diskusi dengan Dubes yang sempat mewawancarai peternak disana, terungkap kalau broker mengambil keuntungan 400 dollar atau Rp6 juta per sapi. Belum lagi importir disini mengambil keuntungan sehingga harga daging sapi semakin mahal," ujar pria yang biasa disapa Akom ini di Gedung DPR RI, Senin (10/10).
Mengetahui itu, Akom mengaku kaget. Ia berharap, pemerintah segera menerbitkan PP ketahanan pangan agar harga daging tidak terus naik menjelang maupun saat hari raya. "Kami mendorong setiap tahun atau saat Lebaran tidak ada lagi masalah dengan daging. Tahun depan atau tahun berikutnya harga daging tidak gila-gilaan lagi seperti tahun sebelumnya," imbuh pria dari fraksi Golkar ini.
Dalam kesempatan tersebut, Akom menerangkan, lima negara yang tergabung dalam MIKTA sama-sama menjadi anggota G 20. Pertemuan mereka antara lain membahas tentang keterbukaan parlemen, akuntabilitas dan keamanan parlemen.
Akom mendapat kesempatan memimpin rapat di sesi kedua. Ia menjelaskan, soal keterbukaan, parlemen Indonesia memiliki media sosial (medsos) seperti twitter, facebook, majalah dan TV Parlemen meski belum dikelola optimal.
"Mengenai keterbukaan informasi publik banyak persamaan, tetapi ada perbedaan juga. Di Australia dan Tasmania, gedung rapat balkon paripurna dan lainnya ditutup kaca. Namun semua jenis rapat apapun tetap berlangsung secara terbuka dan diketahui masyarakat luas," jelas Akom. Dengan ditutup kaca, terang Akom, keamanan terjamin lantaran orang tidak melempar botol ketika melakukan protes secara anarkis.
Di Indonesia belum, tempat rapat paripurna maupun komisi masih terbuka. Padahal, yang namanya parlemen dimana-mana harus dikelola dengan baik dan aman dari gerakan anarkis dan terorisme. Pengamanan pun harus berlapis-lapis dengan bekerjasama dengan tentara. "Jangan sampai DPR dibom, karena negara akan mudah goyah," imbuh Akom. k22
1
Komentar