Bermula dari Kumpul-kumpul Sambil Minum
Kisah Toltol, Komunitas Peduli Lingkungan di Gianyar
Bagaimana caranya jika ngumpul-ngumpul itu menjadi sehat, lebih bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, terutama lingkungan sekitar.
GIANYAR, NusaBali
Di Kabupaten Gianyar terdapat komunitas peduli lingkungan. Namanya agak unik, Komunitas Toltol. Kata ‘toltol’ atau ‘noltol’ (bahasa Bali), nama komunitas ini tak ada hubungan dengan mematuk atau perilaku ayam/unggas lainnya yang memangsa makanan atau lawannya.
Oleh para pegiat komunitas tersebut, kata ‘toltol’ ini ternyata diambil dari kebiasaan sekelompok laki-laki (dewasa dan remaja) ngumpul-ngumpul bersama teman-teman mereka. Sekitar 10 tahun lalu, mereka kerap bertemu untuk ngobrol santai, kangen-kangenan, minum-minum, tentu ada miras (minuman keras). Lokasi ini rumah milik rekan mereka, Kadek Jaga Antara, salah seorang pelaku wisata, di Banjar Blahtanah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Lokasi ini kini jadi markas atau posko Komuniats Toltol.
‘’Karena sering ngumpul dan buat kegiatan minum-munim itu, maka selalu berhubungan dengan botol. Maka, muncul kumpulan botol minuman, dan lama-lama jadi nama tol-tol,’’ jelas Wayan Wija,42, salah seorang aktivis di komnunitas ini, saat ditemui dalam sebuah hajatan peduli lingkungan di Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, pekan lalu.
Ditemui bersama Koordinator Komunitas Toltol, Wayan Suartika alias Yan Gabler,47, Wija mengakui bertemu kumpul-kumpul bersama teman-teman sambil menikmati minuman, terkadang memunculkan image negatif. Karena rentan jadi kumpulan pemabuk. Padahal perkumpulan ini secara alami sejak awal terbangun tidak untuk holic atau mabuk-mabukan. ‘’Saat berkumpul, tentu saling melepas kangen. Di dalamnya, ada saja ide –ide segar ditawarkan oleh teman-teman,’’ jelas penghobi musik ini.
Dirinya dan teman-teman juga mengakui, saking seringnya bertemu teman-teman, tentu akan muncul rasa bosan. Apalagi dalam setiap kali bertemu, ujung-ujungnya hanya meneguk minuman keras atau miras. Maka saat seperti itu muncul ide dari beberapa teman, bagaimana caranya jika ngumpul-ngumpul itu menjadi sehat, lebih bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, terutama lingkungan sekitar. ‘’Dari ide itu, makanya kami bentuk Komuniats Toltol. Tentu tak ada peresmian, apalagi seremoni. Kami berjalan alamai, apa adanya,’’ tambah Wija, warga asal Banjar Lebah, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ini.
Paparan Wija diperkuat Yan Gabler. Yan Gabler menambahkan, selain dirinya dan Wija, ada satu orang lagi temannya yang getol dalam pembentukan dan aktif di Komunitas Toltol yakni Nyoman Handi alias Mangsu Art. Laki-laki penghobi tato
ini mengakui, penggerak Komunitas Toltol 70 persen suka minum. Mereka berasal dari pelbagai profesi dan ‘kelas’ masyarakat. Mulai dari mahasiswa, sekaa teruna, perajin, seniman, bahkan pelaku usaha kecil dan menengah di wilayah Kabupaten Gianyar. ‘’Kalau setiap kami bertemu kumpul-kumpul, urusannya hanya minum-minum, imagenya tentu kurang baik di mata masyarakat. Makanya kami buat sesuatu yang bermanfaat untuk kami dan kita, maka kami lakukan kegiatan bernafaskan peduli lingkungan,’’ jelasnya.
Yan Gabler memaparkan, aksi peduli lingkungan telah dilakukan pertama kali berupa bersih-berih sungai sekaligus tebar ikan di sungai. Saat itu lokasinya, masih di Banjar Blahtanah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati.
Kegiatan bersih-bersih sungai dan tebar ikan ini rutin dilakukan enam bulan sekali. Aksi ini melibatkan orang-orang yang mau peduli terhadap lingkungannya. Keterlibatan warga makin banyak karena diyakini aksi ini amat positif dan bermanfaat untuk diri mereka.
Yan Gabler dan Wija mengakui, pada awal-awal tak mudah untuk mengajak orang terlibat dalam kegiatan lingkungan. Selain tak dibayar karena bersifat sosial, juga banyak orang punya alasan nyata, antara lain kesibukan bekerja dan urusan lain sehari-hari. ‘’Tapi, kami terus berupaya dan memancing agar masyarakat ikut peduli pada lingkungan mereka. Minimal jangan buang sampah sembarangan, apalagi ke sungai,’’ jelasnya.
Yan Gabler menambahkan, tatkala lingkungan sekitar bersih dan sehat, yang merasakan tentu warga di sekitar lingkungan tersebut. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi siapa pun untuk tak peduli dengan lingkungannya. Melihat kondisi lingkungan kini terutama soal penanganan sampah plastik, Komunitas Toltol terus menggalakkan kegiatan sosial bernafaskan lingkungan. Komunitas ini pun tak henti-henti belajar terutama dalam menggugah masyarakat, antara lain dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar, Trush Hero Indonesia di Gianyar, dan pihak-pihak berkompeten lainnya. ‘’Untuk mengedukasi masyarakat, kami juga terus belajar dan menggali pengetahuan tentang penataan lingkungan bersih dan sehat,’’ujarnya.
Komunitas Toltol kini beranggotakn sekitar 100 relawan. Mereka berasal dari sejumlah desa di Kabupaten Gianyar, dengan dukungan perbekel dan kadus masing-masing. Komunitas ini pun terus menggalang kegiatan sekaligus mengajak orang semakin sadar pada pentingnya kingkungan berih dan sehat.
Plt Kepala DLH Gianyar I Wayan Kujus Pawitra menyatakan bangga kepada masyarakat di Gianyar yang kesadarannya terhadap lingkungan makin tinggi. Kondisi ini tak hanya ditandai pengelolaan sampah yang makin membaik di desa-desa. Tak kalah menarik, makin banyak masyarakat menghimpun diri untuk membentuk komunitas atau kelompok peduli lingkungan, seperti Komunitas Toltol. Melihat makin menjamurnya komunitas peduli lingkungan ini, lanjut dia, menandakan sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Gianyar terbukti tak hanya jadi tanggungjawab pemerintah, juga masyarakat luas. "Kami dari DLH sangat merasakan makin terdorong oleh energi komunitas seperti Toltol ini dalam penciptaan lingkungan bersih dan sehat ini," jelas mantan Kepala DLH Gianyar yang kini menjabat Sekretaris DPRD Gianyar ini. *lsa
Oleh para pegiat komunitas tersebut, kata ‘toltol’ ini ternyata diambil dari kebiasaan sekelompok laki-laki (dewasa dan remaja) ngumpul-ngumpul bersama teman-teman mereka. Sekitar 10 tahun lalu, mereka kerap bertemu untuk ngobrol santai, kangen-kangenan, minum-minum, tentu ada miras (minuman keras). Lokasi ini rumah milik rekan mereka, Kadek Jaga Antara, salah seorang pelaku wisata, di Banjar Blahtanah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Lokasi ini kini jadi markas atau posko Komuniats Toltol.
‘’Karena sering ngumpul dan buat kegiatan minum-munim itu, maka selalu berhubungan dengan botol. Maka, muncul kumpulan botol minuman, dan lama-lama jadi nama tol-tol,’’ jelas Wayan Wija,42, salah seorang aktivis di komnunitas ini, saat ditemui dalam sebuah hajatan peduli lingkungan di Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, pekan lalu.
Ditemui bersama Koordinator Komunitas Toltol, Wayan Suartika alias Yan Gabler,47, Wija mengakui bertemu kumpul-kumpul bersama teman-teman sambil menikmati minuman, terkadang memunculkan image negatif. Karena rentan jadi kumpulan pemabuk. Padahal perkumpulan ini secara alami sejak awal terbangun tidak untuk holic atau mabuk-mabukan. ‘’Saat berkumpul, tentu saling melepas kangen. Di dalamnya, ada saja ide –ide segar ditawarkan oleh teman-teman,’’ jelas penghobi musik ini.
Dirinya dan teman-teman juga mengakui, saking seringnya bertemu teman-teman, tentu akan muncul rasa bosan. Apalagi dalam setiap kali bertemu, ujung-ujungnya hanya meneguk minuman keras atau miras. Maka saat seperti itu muncul ide dari beberapa teman, bagaimana caranya jika ngumpul-ngumpul itu menjadi sehat, lebih bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, terutama lingkungan sekitar. ‘’Dari ide itu, makanya kami bentuk Komuniats Toltol. Tentu tak ada peresmian, apalagi seremoni. Kami berjalan alamai, apa adanya,’’ tambah Wija, warga asal Banjar Lebah, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ini.
Paparan Wija diperkuat Yan Gabler. Yan Gabler menambahkan, selain dirinya dan Wija, ada satu orang lagi temannya yang getol dalam pembentukan dan aktif di Komunitas Toltol yakni Nyoman Handi alias Mangsu Art. Laki-laki penghobi tato
ini mengakui, penggerak Komunitas Toltol 70 persen suka minum. Mereka berasal dari pelbagai profesi dan ‘kelas’ masyarakat. Mulai dari mahasiswa, sekaa teruna, perajin, seniman, bahkan pelaku usaha kecil dan menengah di wilayah Kabupaten Gianyar. ‘’Kalau setiap kami bertemu kumpul-kumpul, urusannya hanya minum-minum, imagenya tentu kurang baik di mata masyarakat. Makanya kami buat sesuatu yang bermanfaat untuk kami dan kita, maka kami lakukan kegiatan bernafaskan peduli lingkungan,’’ jelasnya.
Yan Gabler memaparkan, aksi peduli lingkungan telah dilakukan pertama kali berupa bersih-berih sungai sekaligus tebar ikan di sungai. Saat itu lokasinya, masih di Banjar Blahtanah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati.
Kegiatan bersih-bersih sungai dan tebar ikan ini rutin dilakukan enam bulan sekali. Aksi ini melibatkan orang-orang yang mau peduli terhadap lingkungannya. Keterlibatan warga makin banyak karena diyakini aksi ini amat positif dan bermanfaat untuk diri mereka.
Yan Gabler dan Wija mengakui, pada awal-awal tak mudah untuk mengajak orang terlibat dalam kegiatan lingkungan. Selain tak dibayar karena bersifat sosial, juga banyak orang punya alasan nyata, antara lain kesibukan bekerja dan urusan lain sehari-hari. ‘’Tapi, kami terus berupaya dan memancing agar masyarakat ikut peduli pada lingkungan mereka. Minimal jangan buang sampah sembarangan, apalagi ke sungai,’’ jelasnya.
Yan Gabler menambahkan, tatkala lingkungan sekitar bersih dan sehat, yang merasakan tentu warga di sekitar lingkungan tersebut. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi siapa pun untuk tak peduli dengan lingkungannya. Melihat kondisi lingkungan kini terutama soal penanganan sampah plastik, Komunitas Toltol terus menggalakkan kegiatan sosial bernafaskan lingkungan. Komunitas ini pun tak henti-henti belajar terutama dalam menggugah masyarakat, antara lain dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar, Trush Hero Indonesia di Gianyar, dan pihak-pihak berkompeten lainnya. ‘’Untuk mengedukasi masyarakat, kami juga terus belajar dan menggali pengetahuan tentang penataan lingkungan bersih dan sehat,’’ujarnya.
Komunitas Toltol kini beranggotakn sekitar 100 relawan. Mereka berasal dari sejumlah desa di Kabupaten Gianyar, dengan dukungan perbekel dan kadus masing-masing. Komunitas ini pun terus menggalang kegiatan sekaligus mengajak orang semakin sadar pada pentingnya kingkungan berih dan sehat.
Plt Kepala DLH Gianyar I Wayan Kujus Pawitra menyatakan bangga kepada masyarakat di Gianyar yang kesadarannya terhadap lingkungan makin tinggi. Kondisi ini tak hanya ditandai pengelolaan sampah yang makin membaik di desa-desa. Tak kalah menarik, makin banyak masyarakat menghimpun diri untuk membentuk komunitas atau kelompok peduli lingkungan, seperti Komunitas Toltol. Melihat makin menjamurnya komunitas peduli lingkungan ini, lanjut dia, menandakan sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Gianyar terbukti tak hanya jadi tanggungjawab pemerintah, juga masyarakat luas. "Kami dari DLH sangat merasakan makin terdorong oleh energi komunitas seperti Toltol ini dalam penciptaan lingkungan bersih dan sehat ini," jelas mantan Kepala DLH Gianyar yang kini menjabat Sekretaris DPRD Gianyar ini. *lsa
1
Komentar