Omzet Usaha Bengkel Anjlok hingga 70 Persen
Pelanggan yang datang ke bengkel sebagian besar hanya untuk ganti oli semata, sedangkan untuk servis motor sangat jarang.
SINGARAJA, NusaBali
Semenjak merebaknya pandemi Covid-19 hingga mulai pemberlakuan tatanan kehidupan era baru oleh pemerintah, ternyata belum cukup mampu membangkitkan kembali dunia ekonomi. Termasuk di dalamnya usaha bengkel sepeda motor yang pendapatannya terjungkal karena menurunnya jumlah transaksi.
Seperti yang dialami salah satu pemilik usaha bengkel di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Wira Pratama. Diakuinya, selama pandemi ini omzet usahanya terjun bebas. "Kalau sekarang yang datang sedikit, paling 10 orang paling banyak, itu pun paling servis ringan atau isi angin saja. Omzet yang didapat selama Covid-19 hampir turun sampai 70 persen," akunya, Minggu (6/9).
Sebelum adanya Covid-19, pria berumur 30 tahun ini mengaku pelanggan yang datang untuk isi angin ban motor saja perhari ia bisa mendapat hingga Rp 100 ribu per hari. Belum lagi pendapatan yang didapat dari pelayanan servis dan juga modifikasi motor di tempat usahanya. Namun karena kondisi ekonomi yang sulit, warga lebih banyak menunda untuk servis dan modifikasi motor.
Ia mengatakan, selama pandemi Covid-19 yang sudah berjalan hampir enam bulan, pelanggan yang datang ke bengkel sebagian besar hanya untuk ganti oli semata, sedangkan untuk servis motor sangat jarang. "Mungkin karena banyak yang lebih memilih untuk diam di rumah saja jadinya tak banyak yang menyervis motornya," sebutnya.
Pria yang akrab disapa Koko ini menambahkan, hal lain yang menyebabkan menurunnya omzet usaha miliknya adalah aktivitas pembelajaran dan perkuliahan yang ditiadakan. Padahal, siswa dan mahasiswa termasuk pelanggan yang paling sering menyambangi bengkelnya. "Dulu murid-murid dan mahasiswa yang ke sini banyak. Sekarang karena diliburkan jadi sepi," ujarnya.
Untuk menyiasati penurunan omzet yang didapat, ia mencoba melayani servis dengan sistem jemput bola alias datang langsung ke rumah pelanggan untuk melakukan servis sepeda motor. "Iya mau bagaimana lagi, kondisi seperti ini. Kalau ada yang menghubungi, saya datang ke rumah pelanggan," tutur pria yang sudah melakoni usaha bengkel selama 3 tahun ini.
Pengakuan serupa juga disampaikan oleh Wahyu Prayogi, pemilik bengkel di Kelurahan Kaliuntu, Kecamatan Buleleng. Dikatakannya, selama Covid-19 mewabah, pelanggan yang biasanya melakukan perawatan sepeda motor sudah mulai jarang. Dalam sehari biasanya pelanggan yang datang ke bengkelnya bisa mencapai 10 orang pelanggan.
Saat pandemi mulai datang semuanya berubah, pelanggan yang datang paling hanya tiga sampai lima pelanggan. Itu pun hanya ganti oli kebanyakannya jarang melakukan servis. "Biasanya omzet yang masuk dalam seharinya bisa Rp 700 ribu tapi sekarang paling tinggi dalam sehari hanya mencapai Rp 150 ribu," tutupnya. *cr75
Semenjak merebaknya pandemi Covid-19 hingga mulai pemberlakuan tatanan kehidupan era baru oleh pemerintah, ternyata belum cukup mampu membangkitkan kembali dunia ekonomi. Termasuk di dalamnya usaha bengkel sepeda motor yang pendapatannya terjungkal karena menurunnya jumlah transaksi.
Seperti yang dialami salah satu pemilik usaha bengkel di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Wira Pratama. Diakuinya, selama pandemi ini omzet usahanya terjun bebas. "Kalau sekarang yang datang sedikit, paling 10 orang paling banyak, itu pun paling servis ringan atau isi angin saja. Omzet yang didapat selama Covid-19 hampir turun sampai 70 persen," akunya, Minggu (6/9).
Sebelum adanya Covid-19, pria berumur 30 tahun ini mengaku pelanggan yang datang untuk isi angin ban motor saja perhari ia bisa mendapat hingga Rp 100 ribu per hari. Belum lagi pendapatan yang didapat dari pelayanan servis dan juga modifikasi motor di tempat usahanya. Namun karena kondisi ekonomi yang sulit, warga lebih banyak menunda untuk servis dan modifikasi motor.
Ia mengatakan, selama pandemi Covid-19 yang sudah berjalan hampir enam bulan, pelanggan yang datang ke bengkel sebagian besar hanya untuk ganti oli semata, sedangkan untuk servis motor sangat jarang. "Mungkin karena banyak yang lebih memilih untuk diam di rumah saja jadinya tak banyak yang menyervis motornya," sebutnya.
Pria yang akrab disapa Koko ini menambahkan, hal lain yang menyebabkan menurunnya omzet usaha miliknya adalah aktivitas pembelajaran dan perkuliahan yang ditiadakan. Padahal, siswa dan mahasiswa termasuk pelanggan yang paling sering menyambangi bengkelnya. "Dulu murid-murid dan mahasiswa yang ke sini banyak. Sekarang karena diliburkan jadi sepi," ujarnya.
Untuk menyiasati penurunan omzet yang didapat, ia mencoba melayani servis dengan sistem jemput bola alias datang langsung ke rumah pelanggan untuk melakukan servis sepeda motor. "Iya mau bagaimana lagi, kondisi seperti ini. Kalau ada yang menghubungi, saya datang ke rumah pelanggan," tutur pria yang sudah melakoni usaha bengkel selama 3 tahun ini.
Pengakuan serupa juga disampaikan oleh Wahyu Prayogi, pemilik bengkel di Kelurahan Kaliuntu, Kecamatan Buleleng. Dikatakannya, selama Covid-19 mewabah, pelanggan yang biasanya melakukan perawatan sepeda motor sudah mulai jarang. Dalam sehari biasanya pelanggan yang datang ke bengkelnya bisa mencapai 10 orang pelanggan.
Saat pandemi mulai datang semuanya berubah, pelanggan yang datang paling hanya tiga sampai lima pelanggan. Itu pun hanya ganti oli kebanyakannya jarang melakukan servis. "Biasanya omzet yang masuk dalam seharinya bisa Rp 700 ribu tapi sekarang paling tinggi dalam sehari hanya mencapai Rp 150 ribu," tutupnya. *cr75
1
Komentar