Cegah Hama Tikus Mengganas, Disbud Rencanakan Upacara Mrateka Merana
TABANAN, NusaBali
Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan berencana menggelar upacara Mrateka Merana (Ngaben Tikus) di 2021.
Usulan ritual ini karena maraknya serangan hama tikus di lahan pertanian di Kabupaten Tabanan. Tradisi ini sudah sering diselenggarakan oleh krama Tabanan, khususnya di wilayah Desa Adat Bedha, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan. Hal itu lantaran sebagian besar penduduk di desa tersebut hidup dari bercocok tanam, khususnya padi.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan I Gusti Ngurah Supanji, menjelaskan usulan ritual Mrateka Merana rencana dilakukan di tahun 2021. Sebab pihaknya sudah mengusulkan telaah staf ke pimpinan daerah untuk bisa dianggarkan di 2021. “Usulan upacara dilakukan karena serangan tikus mulai mengganas,” kata Ngurah Supanji, Minggu (6/9).
Menurut Ngurah Supanji, Mrateka Merana terdiri dari dua kata, mrateka artinya mengupacarai, merana artinya hama penyakit. Tujuan dari upacara ini adalah menyucikan roh/atma hama penyakit supaya kembali ke asalnya, sehingga tidak kembali menjelma ke bumi sebagai hama penyakit dan merusak segala jenis tanaman yang ada di bumi, khususnya tanaman padi. “Upacara ini memang harus rutin dilaksanakan, apalagi dari sekian merana yang paling istimewa adalah tikus karena dianggap memiliki karakteristik lain dan memiliki kecerdasan, sehingga penanganannya ada di dalam lontar khusus,” tegas Ngurah Supanji.
Dikatakannya, tradisi Ngaben Tikus ini terakhir dilakukan sekitar tahun 1995 di Desa Pakraman Bedha, Bongan, Tabanan. Upacara Mrateka Merana dilakukan sesuai dengan isi lontar Sri Purana dan lontar Dharma Pemacula. Sesuai keyakinan, tradisi ini dipercaya mampu mengendalikan serangan hama tikus.
“Jika pimpinan setuju dan diberikan dana, baru nanti kami akan berkoordinasi dengan prajuru dalam hal ini pakaseh dan krama subak untuk membahas lokasi dan waktu yang dianggap tepat untuk pelaksanaan upacara,” tegas Ngurah Supanji.
Sesuai isi lontar, upacara Mrateka Merana harus dilaksanakan di Bale Agung dan pembakaran dilakukan di pinggir pantai. Begitu pun bulan yang paling baik melaksanakan upacara ini ketika rasi bintang di langit membentuk rasi tikus. “Astungkara bisa digelar di tahun 2021,” harapnya.
Dan mengenai anggaran yang diperlukan menggelar upacara estimasinya sekitar Rp 300 juta. “Pelaksanaannya nanti terpusat, namun untuk pelaksanaan lainnya seperti mapakeling, pengeropyokan, pembersihan, mrateka lanjut pengabenan dilaksanakan serentak di Kabupaten Tabanan,” tandas Ngurah Supanji. *des
1
Komentar