Atraksi Seniman Asing Pikat Penonton
Satu penampilan hanya disediakan waktu sekitar 10 menit. Batasan waktu itu dinilai terlalu singkat, penonton pun kurang puas menyaksikan atraksi seni dari 13 negara
DENPASAR, NusaBali
Karnaval Kebudayaan serangkaian Word Culture Forum (WCF) yang digelar di Lapangan Puputan I Gusti Made Agung, Denpasar, Selasa (11/10) sore, bertabur bintang. Karnaval ini dibuka secara resmi oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid didampingi Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra, ditandai dengan pelepasan anak panah Cakra Bhuana Mandala Budaya.
Namun, pawai budaya yang diikuti beberapa negara tersebut tergolong singkat, dan tampaknya karnaval tersebut belum mampu memuaskan pengunjung termasuk Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid. Satu kesenian hanya tampil sekitar 10 menit. Padahal, menurut Hilmar, karnaval budaya ini merupakan bagian penting dari WCF.
“Kesenian sesungguhnya memiliki peran besar memperbaiki tatanan kehidupan di dunia. Kita lihat bahwa sebetulnya dipersatukan oleh bahasa gerak, bahasa musik, dan bahasa bunyi. Sekarang lihat sendiri sekian banyak kebudayaan dari belahan negara. Seharusnya ekspresi ini lebih banyak, bukan hanya satu sore hari. Tetapi beberapa hari,” ujar Farid, usai karnaval.
Sebanyak 21 kesenian tampil mengisi karnaval tersebut. Indonesia menampilkan ragam kesenian daerah, diawali dengan tari Ketug Gumi dari ISI Denpasar, kemudian menampilkan sembilan kesenian Bali yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia, Reog Ponorogo, Parigi Moutong (Palu), Hudog (Kalimantan), Tirtawening (Boyolali), Ogoh-ogoh, dan tari Yosim Pancar (Papua). Sementara 13 negara lain juga sangat antusias menampilkan tarian rakyat negaranya masing-masing. Mereka antara lain Argentina, Bulgaria, Republik Ceko, Yunani, Italia, Kazakhstan, Latvia, Polandia, Rusia, Slovakia, Uzbekistan, Thailand, dan Taiwan. Misalnya Khazaktan menampilkan tarian Kara Zhorga yang memperlihatkan sebuah tarian dari kecantikan dan keindahan gadis Khazaktan yang luwes dengan gerak tangannya merefleksikan keindahan musik Khazaktan. Taiwan juga tak mau kalah. Negara ini menampilkan kesenian perpaduan antara tarian dan beladiri yakni Bruce Lee Taiwan Kungfu Grand Master.
Tak kalah juga penampilan dari Uzbekistan, yang menampilkan 4 tarian yang mewakili 4 kotanya. Mereka antusias tampil membawakan kesenian serta kebudayaan negara mereka dalam karnaval yang pertama digelar di Denpasar.
Totalitas aktrasi seniman asing jauh lebih tertib, disiplin, dan rapi. Daya pikat, kostum serta kecantikan penari-penari perempuan mampu menyedot perhatian masyarakat yang tengah beristirahat di Lapangan Puputan. Gerakan serta waktu tampil pun sangat dihargai, tak membosankan malah penonton pun ingin melihat penampilan mereka lebih lama. Pasalnya, masyarakat Bali baru kali ini melihat kesenian dari negara lain, yang belum pernah dilihat secara langsung dan disaksikan secara gratis.
Tidak hanya kesenian, Pemkot Denpasar juga menampilkan aneka kuliner tradisional Bali. Sebanyak 15 stand kuliner tradisional Bali dibuka, dan makanan yang disediakan bisa dinikmati secara gratis.
Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra, merasa bangga atas dipilihnya Kota Denpasar sebagai tempat penyelenggaraan Karnaval Budaya Word Culture Forum tahun 2016. Menurutnya, kesempatan ini menjadi pengalaman berharga bagi Kota Denpasar untuk dapat terus meningkatkan profesionalisme dalam menangani perhelatan seni budaya.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada para seluruh delegasi negara-negara sahabat yang hadir dan telah ikut berpartisipasi dalam Karnaval Budaya ini. Semoga bisa memperoleh kenyamanan dan berkesan yang baik terhadap Kota Denpasar ini,” ujar Rai Mantra. * in
Namun, pawai budaya yang diikuti beberapa negara tersebut tergolong singkat, dan tampaknya karnaval tersebut belum mampu memuaskan pengunjung termasuk Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid. Satu kesenian hanya tampil sekitar 10 menit. Padahal, menurut Hilmar, karnaval budaya ini merupakan bagian penting dari WCF.
“Kesenian sesungguhnya memiliki peran besar memperbaiki tatanan kehidupan di dunia. Kita lihat bahwa sebetulnya dipersatukan oleh bahasa gerak, bahasa musik, dan bahasa bunyi. Sekarang lihat sendiri sekian banyak kebudayaan dari belahan negara. Seharusnya ekspresi ini lebih banyak, bukan hanya satu sore hari. Tetapi beberapa hari,” ujar Farid, usai karnaval.
Sebanyak 21 kesenian tampil mengisi karnaval tersebut. Indonesia menampilkan ragam kesenian daerah, diawali dengan tari Ketug Gumi dari ISI Denpasar, kemudian menampilkan sembilan kesenian Bali yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia, Reog Ponorogo, Parigi Moutong (Palu), Hudog (Kalimantan), Tirtawening (Boyolali), Ogoh-ogoh, dan tari Yosim Pancar (Papua). Sementara 13 negara lain juga sangat antusias menampilkan tarian rakyat negaranya masing-masing. Mereka antara lain Argentina, Bulgaria, Republik Ceko, Yunani, Italia, Kazakhstan, Latvia, Polandia, Rusia, Slovakia, Uzbekistan, Thailand, dan Taiwan. Misalnya Khazaktan menampilkan tarian Kara Zhorga yang memperlihatkan sebuah tarian dari kecantikan dan keindahan gadis Khazaktan yang luwes dengan gerak tangannya merefleksikan keindahan musik Khazaktan. Taiwan juga tak mau kalah. Negara ini menampilkan kesenian perpaduan antara tarian dan beladiri yakni Bruce Lee Taiwan Kungfu Grand Master.
Tak kalah juga penampilan dari Uzbekistan, yang menampilkan 4 tarian yang mewakili 4 kotanya. Mereka antusias tampil membawakan kesenian serta kebudayaan negara mereka dalam karnaval yang pertama digelar di Denpasar.
Totalitas aktrasi seniman asing jauh lebih tertib, disiplin, dan rapi. Daya pikat, kostum serta kecantikan penari-penari perempuan mampu menyedot perhatian masyarakat yang tengah beristirahat di Lapangan Puputan. Gerakan serta waktu tampil pun sangat dihargai, tak membosankan malah penonton pun ingin melihat penampilan mereka lebih lama. Pasalnya, masyarakat Bali baru kali ini melihat kesenian dari negara lain, yang belum pernah dilihat secara langsung dan disaksikan secara gratis.
Tidak hanya kesenian, Pemkot Denpasar juga menampilkan aneka kuliner tradisional Bali. Sebanyak 15 stand kuliner tradisional Bali dibuka, dan makanan yang disediakan bisa dinikmati secara gratis.
Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra, merasa bangga atas dipilihnya Kota Denpasar sebagai tempat penyelenggaraan Karnaval Budaya Word Culture Forum tahun 2016. Menurutnya, kesempatan ini menjadi pengalaman berharga bagi Kota Denpasar untuk dapat terus meningkatkan profesionalisme dalam menangani perhelatan seni budaya.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada para seluruh delegasi negara-negara sahabat yang hadir dan telah ikut berpartisipasi dalam Karnaval Budaya ini. Semoga bisa memperoleh kenyamanan dan berkesan yang baik terhadap Kota Denpasar ini,” ujar Rai Mantra. * in
Komentar