Ekskavator Ngadat 3 Jam, Antrean Truk Angkut Sampah Mengular
TABANAN, NusaBali
Belasan truk pengangkut sampah Kabupaten Tabanan harus antre untuk masuk ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah di Banjar Mandung, Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Kamis (10/9).
Antrean hingga 12 kendaraan tersebut terjadi lantaran ekskavator rusak. Alat berat tersebut rusak/macet selama sekitar tiga jam, dan mulai hidup sekitar pukul 12.00 Wita. Namun sebelumnya ekskavator sudah kerap kali rusak lantaran kondisinya sudah berumur. Meskipun di TPA Mandung terdapat 2 ekskavator, satu ekskavator sudah rusak selama sepekan dan sedang menunggu suku cadang (spare part) yang dipesan dari luar Bali.
Pantauan di lapangan Kamis siang, kondisi TPA sedang krodit. Selain terjadi antrean masuk truk sampah, TPA juga terbakar. Terlihat api dan asap belum bisa dikendalikan yang mengakibatkan suasana TPA berkabut asap.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tabanan I Made Subagia, menerangkan rusaknya ekskavator berlangsung sekitar tiga jam. Karena itu truk pengangkut sampah harus antre masuk ke TPA. “Ekskavatornya rusak, selangnya bocor tapi sudah bisa hidup pukul 12.00 Wita,” ungkapnya.
Dikatakannya, rusaknya alat berat memang kerap terjadi di samping alat sudah berumur. Apalagi sekarang hanya 1 alat yang bisa difungsikan. Sementara 1 lagi ekskavator yang dimiliki TPA sudah rusak seminggu dan masih menunggu suku cadang yang dipesan dari luar Bali. “Suku cadangnya tidak ada di Bali, harus pesan. Kami sudah pesan, masih menunggu,” tutur Subagia.
Untuk itu agar pembuangan sampah ke TPA berkurang, Subagia mendorong masyarakat segera menerapkan Perda Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali, dimana salah satu poinnya desa adat berkewajiban mengelola sampah di wewidangan desa adat.
Dan juga Pergub Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengolahan Sampah Berbasis Sumber. Dimana desa adat dan desa dinas segera mengolah sendiri sampahnya agar hanya residu saja yang dibawa ke TPA. “Penerapan PHBS (pola hidup bersih dan sehat) saat pandemi Covid-19 tidak hanya tentang diri saja, tetapi juga lingkungan. Jika banyak tumpukan sampah dan alat kerap rusak karena sudah tua, saya tidak bisa membayangkan kumuhnya seperti apa,” tandas Subagia.
Subagia pun mengakui kondisi TPA saat ini masih terbakar namun kategori tidak parah. Solusinya TPA rutin melakukan penyemprotan, dan jika parah baru menghubungi pemadam kebakaran. “Memang masih berasap, sulit kami kendalikan sampai apinya benar-benar padam. Namun kami sudah rutin melakukan penyemprotan,” kata Subagia. *des
Komentar