Kelola Sampah Mandiri, Warga Bengkel Tak Lagi Buang Sampah ke TPA
TABANAN, NusaBali
Warga Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Tabanan, tak lagi membuang sampah lagi ke TPA Mandung.
Sebab setiap rumah tangga sudah mulai mengolah sampahnya sendiri. Meskipun belum maksimal seluruh warga sudah menerapkan secara perlahan. Perbekel Bengkel Nyoman Wahya Biantara menjelaskan warga di Desa Bengkel sejak sebulan lalu tak lagi membuang sampah ke TPA. Sebelumnya sampah diangkut oleh BUMDes dan dibawa ke TPA di Banjar Mandung, Desa Sembung Gede, Kecamatan Tabanan.
Karena ingin mewujudkan warga mandiri dan bisa mengolah sampah sendiri, jelas dia, maka dibuat kebijakan bahwa layanan pembuangan sampah ke TPA diputus. “Kami mulai pelan-pelan untuk mengelola sampah sendiri dari sumber,” ungkapnya, Jumat (11/9).
Kata dia, sejak ada kebijakan tidak membuang sampah ke TPA, warga sudah belajar mengolah sampahnya sendiri. Seperti memilah sampah plastik, botol, dan sampah organik. Untuk sampah organik, sementara ini masih dibuang ke tegalan warga. Sampah plastik sementara masih dibakar dan sampah botol sudah dijual. “Yang susah mengelola memang sampah tas kresek ini, jadi sampah tas kresek ini untuk sementara masih dibakar,” ujarnya.
Oleh karena itu, untuk memaksimalkan pengolahan sampah dari sumbernya ini setiap rumah tangga sudah dilatih membuat komposter rumah tangga untuk mengelola sampah organik jadi kompos. Sebab, 60 persen produksi sampah adalah dari dapur rumah tangga. “Tahun depan kami sudah anggarkan agar semua rumah tangga sudah punya komposter atau pengkomposan,” tegasnya.
Komposter yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos.
Selain itu, menurut Wahya Biantara, untuk memaksimalkan pengolahan sampah tes kresek dan kulit snack ini jangka pendeknya akan disiapkan incinerator tanpa asap. Nantinya sampah plastik akan dibakar. “Kapasitas incinerator kecil, 1 drum sampah plastik habis dalam waktu 15 menit,” katanya.
Dia berharap, sembari menunggu anggaran untuk pembuatan komposter, warga di Desa Bengkel yang terdiri dari 4 banjar sudah mulai dilatih tentang penanganan sampah dari sumber. Bahkan sudah ada warga memiliki komposter sendiri dengan biaya sendiri. “Kami harapkan secara perlahan masyarakat terbiasa mengolah sampah sendiri, agar sampah ke TPA bisa berkurang dan permasalahan sampah yang menjadi momok bisa diatasi,” harapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tabanan I Made Subagia sangat mengapresiasi langkah dari warga Desa Bengkel yang sudah mulai mengolah sampah mandiri. Sebelumnya, dia sudah mengetahui langkah kongkrit yang digerakkan Perbekel Desa Bengkel. “Kami sudah ketahui warga Desa Bengkel sudah sebulan tak buang sampah ke TPA,” jelasnya.
Dia berharap agar desa desa lain menerapkan hal serupa untuk bisa mengolah sampah dari sumbernya. Apalagi sudah dikeluarkan Perda Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Desa Adat di Bali, dimana salah satu pointnya Desa Adat berkewajiban mengelolah sampah di wewidangan Desa Adat. Selain itu, Pergub Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengolahan Sampah Berbasis Sumber. Dimana Desa Adat dan Desa Dinas segera mengolah sendiri sampahnya agar hanya residu saja yang dibawa ke TPA. “Kami harapkan masyarakat mulai menerapkan Perda dan Pergub yang sudah diterbitkan. Supaya pembuangan sampah ke TPA bisa berkurang,” harapnya. *des
Karena ingin mewujudkan warga mandiri dan bisa mengolah sampah sendiri, jelas dia, maka dibuat kebijakan bahwa layanan pembuangan sampah ke TPA diputus. “Kami mulai pelan-pelan untuk mengelola sampah sendiri dari sumber,” ungkapnya, Jumat (11/9).
Kata dia, sejak ada kebijakan tidak membuang sampah ke TPA, warga sudah belajar mengolah sampahnya sendiri. Seperti memilah sampah plastik, botol, dan sampah organik. Untuk sampah organik, sementara ini masih dibuang ke tegalan warga. Sampah plastik sementara masih dibakar dan sampah botol sudah dijual. “Yang susah mengelola memang sampah tas kresek ini, jadi sampah tas kresek ini untuk sementara masih dibakar,” ujarnya.
Oleh karena itu, untuk memaksimalkan pengolahan sampah dari sumbernya ini setiap rumah tangga sudah dilatih membuat komposter rumah tangga untuk mengelola sampah organik jadi kompos. Sebab, 60 persen produksi sampah adalah dari dapur rumah tangga. “Tahun depan kami sudah anggarkan agar semua rumah tangga sudah punya komposter atau pengkomposan,” tegasnya.
Komposter yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos.
Selain itu, menurut Wahya Biantara, untuk memaksimalkan pengolahan sampah tes kresek dan kulit snack ini jangka pendeknya akan disiapkan incinerator tanpa asap. Nantinya sampah plastik akan dibakar. “Kapasitas incinerator kecil, 1 drum sampah plastik habis dalam waktu 15 menit,” katanya.
Dia berharap, sembari menunggu anggaran untuk pembuatan komposter, warga di Desa Bengkel yang terdiri dari 4 banjar sudah mulai dilatih tentang penanganan sampah dari sumber. Bahkan sudah ada warga memiliki komposter sendiri dengan biaya sendiri. “Kami harapkan secara perlahan masyarakat terbiasa mengolah sampah sendiri, agar sampah ke TPA bisa berkurang dan permasalahan sampah yang menjadi momok bisa diatasi,” harapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tabanan I Made Subagia sangat mengapresiasi langkah dari warga Desa Bengkel yang sudah mulai mengolah sampah mandiri. Sebelumnya, dia sudah mengetahui langkah kongkrit yang digerakkan Perbekel Desa Bengkel. “Kami sudah ketahui warga Desa Bengkel sudah sebulan tak buang sampah ke TPA,” jelasnya.
Dia berharap agar desa desa lain menerapkan hal serupa untuk bisa mengolah sampah dari sumbernya. Apalagi sudah dikeluarkan Perda Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Desa Adat di Bali, dimana salah satu pointnya Desa Adat berkewajiban mengelolah sampah di wewidangan Desa Adat. Selain itu, Pergub Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengolahan Sampah Berbasis Sumber. Dimana Desa Adat dan Desa Dinas segera mengolah sendiri sampahnya agar hanya residu saja yang dibawa ke TPA. “Kami harapkan masyarakat mulai menerapkan Perda dan Pergub yang sudah diterbitkan. Supaya pembuangan sampah ke TPA bisa berkurang,” harapnya. *des
1
Komentar