Bupati Agus Suradnyana Ingin Detail Bangunan Seperti Pada Zamannya
Peletakan Batu Pertama Restorasi Bale Gede Keluarga Ibunda Bung Karno, Rai Srimben
Setelah merestorasi bale gede, Pemkab Buleleng kembali akan melakukan pendekatan kepada keluarga besar Bale Agung untuk penataan situs rumah masa muda Rai Srimben
SINGARAJA, NusaBali
Restorasi bale gede keluarga besar Bale Agung yang menyimpan kenangan sosok Ni Nyoman Rai Srimben, ibunda Proklamator sekaligus Presiden RI pertama, Ir Soekarno, di Lingkungan Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan/Kabupaten Buleleng dimulai dengan prosesi peletakan batu pertama pada, Redite Wage Kuningan, Minggu (20/9) pagi. Prosesi diawali dengan upacara pecaruan, dilanjutkan nasarin (peletakan batu pertama) oleh Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana.
Bupati Agus Suradnyana menekankan agar restorasi memperhatikan detail bangunan sehingga menyamai bangunan aslinya. Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar ini mengaku bahagia setelah wacana restorasi sejak dua tahun silam akhirnya dapat terealisasi tahun ini. Meski ibunda Bung Karno, Rai Srimben hanya sempat tinggal pada masa kecil hingga dewasa di lingkungan keluarga Bale Agung, namun tempat tersebut memiliki sejarah luar biasa.
Bale Agung pun sering didengar menjadi salah satu tonggak lahirnya Presiden RI pertama itu. Hanya saja selama ini tidak dibahasakan secara formal. “Dengan cagar budaya ini dibahasakan secara formal, jadi buletin resmi seluruh Indonesia, bahkan dunia bahwa ibunda presiden pertama kita dari Bale Agung,” ungkapnya.
Pemeliharaan situs cagar budaya itu memang dirancang menjadi salah satu bagian dari Soekarno Heritage yang dibangun Pemkab Buleleng. Sehingga bupati yang juga akrab disapa PAS ini mengharapkan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bali untuk melakukan proses restorasi sedetail mungkin.
“Saya harap diperhatikan seluruh detailnya jangan sampai ada kelihatan modern. Restorasi bukan hanya soal membangun tetapi ada hal-hal yang membuat bangunan memberikan nuansa pada zaman itu,” tegasnya saat memberikan sambutan.
Setelah berhasil merestorasi bale gede yang dipergunakan sebagai tempat upacara keluarga, Pemkab Buleleng kembali akan melakukan pendekatan dan diskusi kepada keluarga besar Bale Agung untuk penataan situs rumah masa muda Rai Srimben. Jika memungkinkan dan keluarga besar sepakat Pemkab juga berencana akan mengembalikan situasi lingkungan Bale Agung seperti zaman dulu.
Seperti keberadaan gelebeg yang berjejer banyak di halaman depan dan tata letak bangunannya. “Kalau nanti seandainya maaf ada perpindahan keluarga merelakan rumahnya, kita akan bangunkan di tempat lain. Jangan setengah-setengah untuk jadikan cagar budaya. Ya nanti kita lihat, nanti kita ngobrol dulu dengan semeton di sini,” ungkap Bupati Agus Suradnyana.
Perwakilan keluarga besar Bale Agung, Jero I Made Arsana, mengapresiasi pemerintah yang saat ini telah merealisasikan wacananya untuk merestorasi keberadaan cagar budaya di Bale Agung.
Terkait rencana Pemkab Buleleng mengembalikan lingkungan sekitar seperti pada waktu Rai Srimben tinggal di sana kemungkinan akan dilakukan pada satu rumah di sisi selatan bale gede yang memang sempat menjadi tempat tidur Rai Srimben. Saat ini rumah itu ditempati Jro Made Ganiawan. Hanya saja saat ini bangunan rumah tidak masuk dalam kategori cagar budaya karena sudah direhab dengan arsitektur kekinian. Rumah itu rencananya akan dikembalikan sebagai penunjang cagar budaya bale gede di sebelahnya. Termasuk penunjang lain seperti halaman dan jalan yang dulu hanya bebatuan serta pintu masuk.
Sementara itu staf BPCB Bali, Giri Prayoga, mengatakan proses restorasi yang saat ini dalam penunjukan rekanan digarap dengan anggaran Rp 160 juta. Dalam penggarapan nantinya dia mengaku akan berdiskusi terus pada Pemkab Buleleng terkait penekanan detail bangunan yang diminta Bupati Buleleng, Agus Suradnyana. Sedangkan dari bahan baku yang dipakai sebagian besar menggunakan bahan yang sudah ada. Hanya saja dari kajian awal BPCB akan ada kenaikan sisi bangunan 10-15 centimeter, karena anak tangga terbawah saat ini sedikit tertutup dengan semen jalur jalan di sampingnya.
Sejauh ini dari hasil kajian yang dilakukan BPCB dalam restorasi bangunan tak lebih dari 7x7 meter itu terkendala soal dokumentasi bale gede di masa itu sehingga mengharuskan tim melakukan perkiraan. “Kalau ada foto misalnya dulu kondisinya begini kami jadi gampang, dimensi bisa kita cari, kemarin itu yang tidak ada,” ungkap Giri. Setelah proses restorasi yang ditargetkan rampung pada awal Desember mendatang ke depannya akan dikomunikasikan ke Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng untuk penggalian data.
Ke depannya Dinas Kebudayaan yang akan melengkapinya dengan data dan wacana bale gede baik dari segi cerita dan sejarah sehingga bisa hidup dan dapat mendatangkan wisatawan. “Cagar budaya akan mati jika tidak dihidupkan dengan wacananya, sehingga ke depannya akan berlanjut ke penggarapan wacana,” jelas dia.
Dalam prosesi peletakan batu pertama restorasi bale gede keluarga Rai Srimben di Bale Agung, juga dihadiri oleh Sekda Buleleng, Gede Suyasa, Asisten II Setda Buleleng Ni Made Rousmini, Kepala Dinas Kebudayaan Gede Dody Sukma Oktiva, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna dan tampak anggota DPR RI asal Buleleng, Ketut Kariasa Adnyana, Bendesa Adat Buleleng dan keluarga besar Bale Agung. *k23
Bupati Agus Suradnyana menekankan agar restorasi memperhatikan detail bangunan sehingga menyamai bangunan aslinya. Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar ini mengaku bahagia setelah wacana restorasi sejak dua tahun silam akhirnya dapat terealisasi tahun ini. Meski ibunda Bung Karno, Rai Srimben hanya sempat tinggal pada masa kecil hingga dewasa di lingkungan keluarga Bale Agung, namun tempat tersebut memiliki sejarah luar biasa.
Bale Agung pun sering didengar menjadi salah satu tonggak lahirnya Presiden RI pertama itu. Hanya saja selama ini tidak dibahasakan secara formal. “Dengan cagar budaya ini dibahasakan secara formal, jadi buletin resmi seluruh Indonesia, bahkan dunia bahwa ibunda presiden pertama kita dari Bale Agung,” ungkapnya.
Pemeliharaan situs cagar budaya itu memang dirancang menjadi salah satu bagian dari Soekarno Heritage yang dibangun Pemkab Buleleng. Sehingga bupati yang juga akrab disapa PAS ini mengharapkan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bali untuk melakukan proses restorasi sedetail mungkin.
“Saya harap diperhatikan seluruh detailnya jangan sampai ada kelihatan modern. Restorasi bukan hanya soal membangun tetapi ada hal-hal yang membuat bangunan memberikan nuansa pada zaman itu,” tegasnya saat memberikan sambutan.
Setelah berhasil merestorasi bale gede yang dipergunakan sebagai tempat upacara keluarga, Pemkab Buleleng kembali akan melakukan pendekatan dan diskusi kepada keluarga besar Bale Agung untuk penataan situs rumah masa muda Rai Srimben. Jika memungkinkan dan keluarga besar sepakat Pemkab juga berencana akan mengembalikan situasi lingkungan Bale Agung seperti zaman dulu.
Seperti keberadaan gelebeg yang berjejer banyak di halaman depan dan tata letak bangunannya. “Kalau nanti seandainya maaf ada perpindahan keluarga merelakan rumahnya, kita akan bangunkan di tempat lain. Jangan setengah-setengah untuk jadikan cagar budaya. Ya nanti kita lihat, nanti kita ngobrol dulu dengan semeton di sini,” ungkap Bupati Agus Suradnyana.
Perwakilan keluarga besar Bale Agung, Jero I Made Arsana, mengapresiasi pemerintah yang saat ini telah merealisasikan wacananya untuk merestorasi keberadaan cagar budaya di Bale Agung.
Terkait rencana Pemkab Buleleng mengembalikan lingkungan sekitar seperti pada waktu Rai Srimben tinggal di sana kemungkinan akan dilakukan pada satu rumah di sisi selatan bale gede yang memang sempat menjadi tempat tidur Rai Srimben. Saat ini rumah itu ditempati Jro Made Ganiawan. Hanya saja saat ini bangunan rumah tidak masuk dalam kategori cagar budaya karena sudah direhab dengan arsitektur kekinian. Rumah itu rencananya akan dikembalikan sebagai penunjang cagar budaya bale gede di sebelahnya. Termasuk penunjang lain seperti halaman dan jalan yang dulu hanya bebatuan serta pintu masuk.
Sementara itu staf BPCB Bali, Giri Prayoga, mengatakan proses restorasi yang saat ini dalam penunjukan rekanan digarap dengan anggaran Rp 160 juta. Dalam penggarapan nantinya dia mengaku akan berdiskusi terus pada Pemkab Buleleng terkait penekanan detail bangunan yang diminta Bupati Buleleng, Agus Suradnyana. Sedangkan dari bahan baku yang dipakai sebagian besar menggunakan bahan yang sudah ada. Hanya saja dari kajian awal BPCB akan ada kenaikan sisi bangunan 10-15 centimeter, karena anak tangga terbawah saat ini sedikit tertutup dengan semen jalur jalan di sampingnya.
Sejauh ini dari hasil kajian yang dilakukan BPCB dalam restorasi bangunan tak lebih dari 7x7 meter itu terkendala soal dokumentasi bale gede di masa itu sehingga mengharuskan tim melakukan perkiraan. “Kalau ada foto misalnya dulu kondisinya begini kami jadi gampang, dimensi bisa kita cari, kemarin itu yang tidak ada,” ungkap Giri. Setelah proses restorasi yang ditargetkan rampung pada awal Desember mendatang ke depannya akan dikomunikasikan ke Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng untuk penggalian data.
Ke depannya Dinas Kebudayaan yang akan melengkapinya dengan data dan wacana bale gede baik dari segi cerita dan sejarah sehingga bisa hidup dan dapat mendatangkan wisatawan. “Cagar budaya akan mati jika tidak dihidupkan dengan wacananya, sehingga ke depannya akan berlanjut ke penggarapan wacana,” jelas dia.
Dalam prosesi peletakan batu pertama restorasi bale gede keluarga Rai Srimben di Bale Agung, juga dihadiri oleh Sekda Buleleng, Gede Suyasa, Asisten II Setda Buleleng Ni Made Rousmini, Kepala Dinas Kebudayaan Gede Dody Sukma Oktiva, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna dan tampak anggota DPR RI asal Buleleng, Ketut Kariasa Adnyana, Bendesa Adat Buleleng dan keluarga besar Bale Agung. *k23
Komentar